Jum'at, 23 Oktober 2015
Pagi ini aku memulai hari nyaris seperti akan berangkat kerja. Mulai dari mandi pagi, siap-siap ... hanya saja perginya bukan ke tempat kerja. Lalu ke manakah aku? Aku ke POLRES Soreang ... bersama Mama. Duileh, udah 22 masih aja di temenin Mama. Ha-ha-ha-ha bodo amat! Daripada aku sendirian kayak anak ilang, di kantor polisi pula. Lagipula sudah perjanjian kalau ini yang terakhir kalinya minta ditemenin Mama.
Kami berangkat pukul 06.00 WIB supaya tiba di Soreang pukul 08.00 WIB saat loket pendaftaran dibuka. Rumah kami di Nagreg, sebuah kecamatan yang selalu eksis di musim libur lebaran atau liburan panjang lainnya. Eksis karena macet bro ... Jalanannya jangan di tanya, berkelok-kelok, menanjak dan menurun. Oleh-oleh khasnya ada ubi Cilembu. Tunggu ... kok malah ngomongin Nagreg? Oke, skip karena rumahku juga bukan di sebelah situ. Rumahku di kampung yang dari jalan raya jaraknya 2 km, dengan catatan pake jalan pintas. Otomatis untuk menghemat waktu tapi tidak menghemat uang harus naik ojek. Ojeknya yang biasa, bukan Go-Jek.
Menurut aku ya, Nagreg itu berada di ujung sebelah sini dan Soreang berada di ujung sebelah sana. Jadi kalau mau ke POLRES itu semacam dari ujung mau mencapai ujung yang lain ... jauhnya buset dah. Selain itu moda transportasinya harus pake elf jurusan Leuwi Panjang. Yang kebetulan pagi itu nggak muncul-muncul. Malah elf jurusan St. Hall yang lewat banyak banget, padahal biasanya elf jurusan ini yang susah banget dapetnya. Entah mengapa aku sering merasa, sesuatu yang kita butuhkan justru sering menghilang disaat yang sama dan sesuatu yang tidak kita butuhkan justru muncul disaat kita tidak membutuhkannya. Semacam tukang sol sepatu. Giliran ditungguin gak muncul, nggak ditungguin eh teriak-teriak.
Akhirnya pukul 06.25 munculah elf-elf Garut-Leuwi Panjang. Tapi nggak asal naik dong. Harus pilih-pilih nama. Kenapa? Ya, seringkali kenek atau sopir elf tertentu memasang tarif luar biasa. Pernah beberapa kali pas pulang agak malem dari jalan Moch. Toha tuh sendirian. Udah ngetemnya lama eh masa dari situ ke Nagreg tarifnya Rp. 35.000,- ya kali aku bisa ikut ke Garut sekalian. Mulai hari itu aku cap sama rata deh elf dengan nama xxxxx tersebut. Sebodo amat nggak bakalan mau naik lagi. Gini kan nih, satu bikin ulah yang lain kena getahnya. Saran aja ya kalau pulang paling aman naik elf yang jurusan Tasik. Kenapa? Karena paling mahal diminta ongkos Limbangan Rp. 15.000,-
Kami pun naik elf xxxx yang kebetulan nggak ada keneknya. Menurutku naik elf itu sama kayak naik roaler coaster di Dufan. Jadi yang punya penyakit jantung mending jangan naik. Apalagi kalau udah ketemu temennya beuh makin menjadi-jadi roaler coasternya. Kek roaler coasternya Trans Studio, itungannya perdetik. Keluar pintu tol Moch. Toha cuma perlu waktu 15 menit. Sisanya kena macet sebelum lampu merah.