Muara Rasa Karya Devania Annesya

No Comments

Photo of author

By Gemaulani

Novel Muara Rasa

Judul                   : Muara Rasa
Penulis                : Devania Annesya
Penyunting         : Katrine Gabby Kusuma
Penerbit              : Ice Cube
Cetakan              : Pertama, Mei 2015
Jumlah Halaman : vii + 186 hlm
ISBN                   : 978-979-91-0857-9 
Blurb : 
“Karen mau datang, dia ingin kenalan sama kalian.”

“Karen? Siapa lagi?” Ravi mengerutkan kening.

“Pacarnya Val,” jawab Flo sembari tersenyum.

Tapi Ravi dapat membaca pedih di balik senyuman itu.

Ketika liburan semester dimulai, Flo dan Ravi yang kuliah di luar kota
pulang ke rumah mereka di Surabaya untuk berkumpul lagi dengan sahabat
mereka, Val. Tapi “pulang” tidaklah selalu menyenangkan. Terutama jika
ada banyak rasa yang belum terungkap. Ravi diam-diam mencintai Flo,
sementara Flo menyimpan rasa terhadap Val yang hanya menganggapnya
sebagai adik kecil. Selama ini mereka selalu mengutamakan persahabatan
di atas segala-galanya. Supaya mereka bisa selalu bersama. Supaya mereka
tidak lagi mengalami kehilangan. Supaya mereka merasa berada di rumah.
Namun setiap rasa pada akhirnya membutuhkan muara. Akhir dari perjalanan
panjang. Akhir dari segala rasa sakit.

***
Menceritakan kehidupan tiga orang sahabat, Flora, Vivaldi dan Ravi. Pertemuan mereka terjadi di tahun 2005, ketika Flo pindah ke kompleks perumahan Val dan Ravi. Awalnya Val dan Ravi mengacuhkan keberadaan Flo. Namun seiring berjalannya waktu juga karena satu dan lain hal … mereka akhirnya bersahabat.
Flo yang berkuliah di Yogyakarta memutuskan untuk menghabiskan liburan semesternya di Surabaya. Val dan Ravi, terutama Val selalu menjadi alasannya untuk pulang. Val berkuliah di ITS sementara Ravi di Jakarta.
Siang itu, di tengah teriknya matahari dan sumpeknya pasar Karangmenjangan Flo mengajak Val untuk menemaninya membeli bra. Jelas saja membuat Val ingin segera pulang, apalagi ponselnya tertinggal di rumah. Takut kekasihnya menghubungi. Val yang terburu-buru akhirnya meraih tangan Flo, saat itulah keduanya menyadari permukaan tangan masing-masing yang berubah.
“Orang yang memiliki kekasih selalu seperti itu, tidak bisa terlalu lama jauh dari ponsel. Menyebalkan,” – Flo, hal 11.
Val memperlihatkan walpaper ponselnya yang berubah. Bukan lagi foto mereka bertiga, melainkan foto Karen, kekasihnya … gadis tinggi, langsing, dengan senyuman lebar yang khas.

“Kenapa ia harus mengakui kecantikan gadis lain ketika gadis itu sudah barang tentu mendapat pujian demikian dari banyak orang? Kenapa gadis cantik seakan meminta semua orang mendeklarasikan kecantikannya?” Hal 15.
Mama meminta Ravi untuk pulang. Namun bagi Ravi pulang hanya akan membuat rasa bersalahnya semakin besar. Selain itu ia tidak tega meninggalkan gitarnya. Karena Papa tidak suka Ravi bermain gitar. Tapi ketika mendengar Flo pulang, seketika itu juga Ravi ingin pulang. Flo selalu menjadi alasannya untuk pulang.
Val memperkenalkan Karen kepada kedua sahabatnya. Karen mengajak mereka berkunjung ke kafe miliknya. Di sana, Val mengajak mereka untuk bermain Truth or truth. Berkat permainan itu semua rahasia di antara mereka menuntut muara sebagai ujung perjalanan, bahkan Ravi menceritakan tentang James kepada Karen. 

Tapi masalah mereka bukan hanya tentang perasaan masing-masing, tapi juga permasalahan yang ada dalam keluarga mereka.
***
Flo itu gadis bertubuh mungil yang selalu ceria, kekanak-kanakan dan memberikan semangat kepada orang lain. Seringkali bertingkah gila agar bisa berlama-lama di dekat Val, tapi selalu berusaha menyembunyikan perasaannya. Kalau aku ibaratkan, Flo ini seperti Maudy Ayunda dengan karakternya sebagai Kugy.

Flo di Muara Rasa 
sumber foto : www.indopos.co.id 
Val itu ganteng, dewasa, terkendali. Aku ibaratkan Mario Maurer aja deh.
Val di Muara Rasa
 sumber foto : http://gudangbiodata.blogspot.com/2013/07/biodata-lengkap-mario-maurer.html
Ravi itu cuek, tinggi, kurus, ganteng, rambut gondrong, kulit pucat. Bercita-cita jadi musisi. Mampu menentang papanya. Aku ibaratkan Adipati Dolken pas jadi Keenan.
Ravi di Muara Rasa
sumber foto : www.kawankumagz.com
Selain ketiga tokoh utama di atas, ada juga tokoh-tokoh pendukung seperti Karen (senyumnya seperti senyum Emma Roberts), Elvira (adik Val, jauh lebih dewasa dari usianya), James (kembaran Ravi yang unggul di bidang akademik).

***
Quotes favorit :

“Ya, lebih baik begitu. Cinta itu menyakitkan. Apalagi kalau orang yang kamu sukai tidak balas menyukaimu.” – Elvira, hal 27.
“Hahaha, kebayang banget lucunya. Lagi pula, anak pintar emang biasanya pelit. Soalnya mereka berusaha keras buat belajar. Lha kita malah mainan gundu … Hahaha.” – Val, hal 39.
“Bagaimana mungkin seseorang bisa melukai tanpa ia berniat melukai?” hal 51.
“PULANG, bukan selalu hal yang membahagiakan bagi setiap orang.” – Ravi, hal 51.
“Ya, kalau punya keinginan gampang, mana bisa disebut keinginan?” – Elvira, hal 80.
“Nanti kalau kamu sudah merasakan jatuh cinta, kamu akan sadar. Betapa seseorang yang sulit untuk kau miliki, ia akan menjadi seseorang yang paling kamu inginkan. Kamu akan mati-matian mengejarnya.” – Elvira, hal 80.
“Bagaimana rasanya ketika kau harus mengira-ngira kapan kematianmu tiba? Apakah seperti judi? Kamu berharap namamu lekas keluar?” – James, hal 134.
“Kematian adalah muara dari seluruh kehidupan di dunia ini. Pada akhirnya, sekeras apa pun manusia berjuang untuk hidup dan meraih pencapaian, mereka akan berada di suatu titik ketika semuanya menjadi tidak berarti lagi. Untuk itulah Tuhan menciptakan kematian, untuk mengakhiri segala rasa sakit.” – James, hal 138.
“Sementara aku mati-matian bertahan hidup, ia malah mengakhiri hidupnya.” – Elvira, hal 138.
***
Novel YARN (Young Adult Realistic Novel) seri kedelapan terbitan Ice Cube. Novel Muara Rasa ini merupakan novel kedelapannya Devania Annesya. Menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan alur maju mundur. Narasi dan dialognya lincah, tidak membosankan. Ada bumbu komedinya. Membaca novel ini ibarat naik roaler coaster, terus naik, naik, naik dan meluncur ke bawah dengan cepat. Mengaduk-ngaduk emosi. Peranan pemeran pembantunya juga pas. Merasa tertipu dengan blurbnya. Di kira cuma cinta segitiga biasa.

Dari awal sampai akhir, hanya menemukan satu typo. Blurbnya terlalu biasa. Kurang suka dengan tindakan Papanya Val ketika Val dan Ravi pura-pura berantem, maksudnya sih bercanda tapi masa kepala yang ditendangnya, punggung tangan kan bisa *kok jadi baper. Belum menemukan jawaban kenapa tahun masa sekarangnya tahun 2016. Kurang puas dengan endingnya yang masih menggantung. Ada lanjutannya seru juga kali ya? Hee

Leave a Comment