Sebentuk Cinta Tak Termiliki

No Comments

Photo of author

By Gemaulani

cinta tak termiliki

“Maaf, aku enggak bisa … kamu terlalu baik buat aku. Lagipula jodoh kan nggak ada yang tahu.”

Aku yakin, bukan hanya aku yang pernah merasakan cinta tak termiliki, kamu juga begitu kan. Namun, izinkanlah aku untuk memutar kembali cerita itu sebagai masa di mana aku terlalu sulit untuk mengambil sebuah keputusan. Hingga pada akhirnya membuatku menyesal, yang kata SheilaOn7 ‘sesal tak kan ada arti, karena semua tak kembali, kini kau menjalani, sisa hidup dengannya.’

Garut, 5,5 tahun yang lalu

Efek putus cinta membuatku sering memperhatikan seseorang diam-diam di kelas bahasa Jepang. Waktu itu aku dan temanku nggak sengaja ketemu tiga kakak senior dan dia, panggil saja DA. Kita diajak menjenguk guru les bahasa Jepang. Aku dibonceng sama DA karena temanku lebih memilih dibonceng salah satu kakak senior. Akunya sih happy, tapi dia nggak. Dia sering banget liat kaca spion, iya biar bisa liat motor kakak senior yang boncengin temanku.

Baru setengah perjalanan, hujan turun cukup deras, tapi kami tetap melanjutkan perjalanan … hujan-hujanan. Di rumah pak guru aku bisa melihat dia dari jarak dekat. Pas mau pulang hujannya malah semakin deras. Seolah tahu bahwa aku masih ingin memandanginya. Jam tujuh malam saat gerimis, kami pulang. Sampai Garut kota jam delapan dan nggak ada elf ataupun bus. Akhirnya dia dan dua orang kakak senior mengantarkanku pulang sampai Nagreg. Nagreg itu perbatasan antara kabupaten Bandung dengan kabupaten Garut.

Di depan rumah, aku membuka jas hujan dan memberikannya pada DA, dia tersenyum dan itu membuatku makin nggak karuan. Padahal itu senyuman biasa aja kan? Dan apa yang kurasakan ini benar-benar salah. Katanya salah seorang teman dia suka sama aku, akunya malah suka dia, dianya suka temanku dan temanku malah jadian sama kakak senior yang kemarin boncengin dia.

Kelas duabelas

“Aku suka sama kamu, kamu mau nggak jadi pacar aku?”

Pesan itu kuterima di minggu pagi. Pesan yang membuat hatiku membuncah bahagia. Mataku berbinar, dan mulutku menganga lebar. Berkali-kali aku mengucek mata, takutnya salah lihat. Setelah dilihat berkali-kali pesannya nggak berubah.


Selain bahagia, aku juga bimbang. Aku nggak yakin kalau dia suka aku, takutnya cuma dijadikan pelarian. Aku takut kalau aku sama dia, pertemanan masing-masing dari kami akan rusak. Akhirnya aku cerita ke mama dan mama bilang jangan.

“Maaf aku nggak bisa, kamu tahu kan kalau teman kamu ada yang suka aku? Aku nggak mau kalian jadi musuhan. Aku juga udah nyaman jadi temen kamu. Kamu terlalu baik buat aku, sementara aku nggak sebaik yang kamu kira.” 

Message sent. Aku menatap layar hape sambil nahan-nahan biar nggak nangis. Aku nggak bilang kalau aku suka dia, sayang dia. Yang membuatku salut, meskipun aku sama dia nggak jadi kita … dia tetep baik dan nggak ngejauhin aku kayak cowok-cowok lain. 

Baca Juga : Untuk Kamu

Hampir akhir 2011

Aku sama DA udah nggak pernah ketemu semenjak hari kelulusan. Sesekali cuma berkirim pesan. Aku melanjutkan pendidikan di Bandung dan DA beserta temannya yang katanya suka aku akan berangkat ke Jepang untuk magang. Tapi mereka masih pelatihan di Jogja. Dia masih sempat menanyakan kabarku melalui pesan singkat saat selesai pelatihan di malam harinya.

Sepanjang 2012

DA di Jepang dan beberapa kali nelpon aku. Aku bahagia. Dia beberapa kali nanya aku sekarang sama siapa sejak akhir tahun lalu. Aku nggak jawab dan mengalihkan pembicaraan. Dia pernah kirim pesan, boleh minta fotoku, aku enggak jawab. Ya gimana, fotoku kan udah kuunggah di facebook. Kalau mau minta ya ambil aja. Eh besoknya fotoku udah nangkring di cover facebooknya. Aku nggak nyangka dia senekat itu. Aku bahagia sekaligus sedikit marah. Takut dia dimusuhi temannya. Besoknya fotoku udah lenyap. Dia minta maaf, padahal aku nggak bilang apa-apa. Dia mikir gitu karena aku nggak ngangkat telponnya. Padahal dia nelponnya pas aku lagi latihan paduan suara. Telepon kedua diangkat sama Apri dan Endah. Iya, akunya tidur pules setelah pindah kamar kost.

Dia upload foto boneka hello kitty di atas salju ditambah video dia lagi nyanyi lagu “Wherever you are,” nya One Ok Rock. Aku jealous, nggak terima. Karena hello kitty karakter favoritku. Bahkan waktu dia minta alamat tempat kost-ku, aku menanggapinya dingin. 

“Buat apa minta alamat?”

“Mau ngirim bom yang akan meledak di hatimu,” tulisnya pake emot senyum.

Aku enggak tahu sejak kapan dia jadi tukang gombal dan aku enggak suka di gombalin!

13 Februari 2013

Aku menerima paket dari Jepang, minggu lalu waktu aku di travel dari Temanggung menuju Bandung dia bilang udah kirim sesuatu. Aku nyesel udah jealous. Nyesel pas dia telpon aku nanggepinnya dingin. Karena begitu hadiah ini aku terima, dia semakin menjauh.

hello kitty

Isinya, boneka hello kitty, kaos dan sepucuk surat yang bikin aku meleleh sekaligus terharu. Dia  orang kedua yang memberikanku sesuatu dari hasil kerja kerasnya … selain kakakku.

Terakhir dia mengirim pesan saat aku ulang tahun sekaligus mengucapkan selamat atas kelulusanku. Di tahun 2014 aku dan dia hanya sesekali bertanya kabar. Aku bahkan jealous karena dia memotret perempuan asal Padang kemudian diunggah di facebooknya. Hatiku sungguh enggak rela.

Baca Juga : Dia Dalam Hati dan Pikiranku

27 Juni 2015

Aku tahu dia udah pulang ke Garut dan diterima bekerja di perusahaan xxx. Dia juga mengikuti training di Thailand, negara kedua yang ingin aku kunjungi setelah kecanduan film-film Thailand. Dan aku udah nggak bisa nahan diri. Aku minta saran sama temen, terus dia bilang, ungkapin aja biar lega.

“Aku masih sayang sama kamu, selalu.” pesan itu aku kirim pake bahasa Jepang. Aku nggak peduli mau diketawain kek, apa kek yang penting ada rasa lega di hatiku. Bahkan aku nggak berharap dia bales.

Besoknya dia bales … yang di atas itu. Aku nggak sedih. Bahkan beberapa kali kita chatting, terakhir waktu lebaran.

Februari 2016 dia upload foto perempuan, aku yakin yang ini spesial. Aku patah hati? iya, sedikit. Puncaknya kemarin waktu dia ganti foto profil dan perempuannya kasih emot love-love. Aku kan jadi kepo, di facebook perempuannya ada foto mereka berdua dengan caption terima kasih sudah dipertemukan dan disatukan dengan dia. Awalnya sih biasa aja, aku malah sempet chat sama sahabatku, terus cerita ke mama. Lama-kelamaan pas sendirian, sakitnya kok lebih perih daripada tanganku yang dicakar kucing sebelum dia mati.

Ternyata aku patah hati, seminggu penuh males ngapa-ngapain. Aku emang payah kalau patah hati. Padahal ini kan salah sendiri. Tiap denger lagunya Rossa yang “Aku Bukan Untukmu,” sama Ada Band “Kucuri Lagi Hatimu,” hati yang di lem retak lagi. Tapi ada bagusnya juga aku tahu, biar nggak terus-terusan berharap. Mungkin, wawancara februari lalu di Cikarang nggak keterima karena Tuhan tahu … aku belum siap menerima kenyataan ini. Belum siap kalau nggak sengaja ketemu dia sama entah tunangan atau udah jadi istrinya. Pada akhirnya dia cuma jadi seseorang yang tidak bisa menjadi milikku.

“Tulisan ini diikutsertakan Giveaway -Pameran Patah Hati-”


patah hati

Leave a Comment