Sepucuk Surat Untuk Mama

By Gemaulani

Dear Mama,
Terima kasih atas segala hal yang mama berikan untukku. Terima kasih atas suntikan semangat yang mama berikan dikala aku ingin menyerah. Terima kasih karena sudah membuatku percaya bahwa apa pun yang terjadi, aku bisa melewatinya … kita bisa melewatinya. Mama tidak hanya seorang ibu, Bagiku mama lebih dari itu. Mama adalah guru, teman, dan sahabat terbaik yang kupunya. Mengajarkanku banyak hal, mendengarkan segala keluh-kesahku dan memberikan solusi terbaik. Mama selalu ada tanpa perlu diminta.
Ma, terima kasih atas kasih sayang mama yang seperti udara … melimpah ruah, dan tak pernah habis. Kasih sayang yang tak mungkin bisa kubalas. Ketika aku merasa menjadi orang yang gagal, mama selalu bilang, bahwa aku bukan orang gagal, hanya belum waktunya aku mendapatkan hal tersebut. Terima kasih juga karena pada akhirnya mama membebaskanku untuk memilih apa yang kuinginkan, Semoga apa yang kupilih saat ini ataupun nanti, itulah yang terbaik bagiku.
Ma, selama dua puluh tiga tahun hidupku, aku sadar … aku selalu menyusahkan mama, membuat mama khawatir. Bahkan mungkin membuat mama kecewa. Aku bahkan belum mampu membuatmu bangga dan membahagiakanmu. Maafkan aku, Ma …
Ma, ketika menuliskan surat cinta untukmu, aku selalu kehilangan kata-kata. Maaf jika pada akhirnya surat ini lebih mirip curahan hati daripada surat cinta. Ma, aku menyayangimu, mencintaimu dan mengagumi kegigihanmu. Aku ingin setegar mama, tapi aku tak bisa. Aku ingin sepertimu yang mampu menyembunyikan kesedihan, tapi aku tak mampu. Aku akan menangis jika terluka, aku akan menangis jika kecewa, aku menangis jika sedang mengingat apa yang sudah kulewati bersamamu, aku juga menangis jika kekesalanku memuncak. Di manapun aku berada, aku selalu berderai air mata jika mengalami hal-hal tersebut. Maafkan anakmu yang cengeng ini Ma.
Ma, kelak … surat ini akan kutunjukan langsung padamu. Surat yang kutulis sembari menghabiskan berlembar-lembar tissue, disertai mata dan hidung yang memerah.
Yang selalu menyusahkanmu,
Gilang.

Leave a Comment