Kamu Di Mana

By Gemaulani

Teruntuk kamu yang tak pulang sejak semalam.

Hai Buci, kamu di mana? Tidakkah kamu mendengar panggilan kami? Tidakkah angin menyampaikannya padamu? Kuharap kali ini kamu mendengar bisikan hatiku dalam surat ini … untukmu.

Buci, sejak kemarin sore kamu tak pulang. Kamu melewatkan jam makan malam. Melewatkan tidur berbalut selimut seperti biasanya. Dan melewatkan waktu subuh untuk membangunkanku di depan pintu kamar.

Buci, kami mencarimu sejak pagi tadi. Tak henti-hentinya memanggilmu. Menanyakanmu pada para tetangga. Menelusuri gudang, karena takut kamu terperangkap. Hasilnya, kami tak juga menemukanmu. Tak ada yang melihatmu.

Buci, apa kamu tak lapar dan haus. Setelah melewatkan malam, pagi dan siang. Buci apa kamu tak merindukan rumah? Tak merindukan bermain dengan Saga? Buci, apa sesuatu yang buruk terjadi padamu? Kuharap tidak. Kuharap kamu baik-baik saja. 

Angin, tolong sampaikan panggilan kami untuknya. Tuhan tolong tunjukan di mana keberadaannya dan kirimkan Buci untuk pulang. Buci, jika kamu baik-baik saja … kuharap kamu segera pulang. Kami mengkhawatirkanmu. Merindukan suaramu yang serak, yang terkadang kutertawakan. 

Buci yang pintar. Yang penurut ketika diberikan nasihat. Namun kadang mencari perhatian dengan cara menjatuhkan barang-barang dari atas meja. Buci yang senang masuk ke dalam kantung plastik. Buci yang tak henti-hentinya mengeong saat Bucu tiada. Buci yang lucu, buci yang diam saat dimandikan dan diberikan obat. Buci yang cemburu saat Saga dan Duti hadir. Buci yang kami sayangi.

Buci, kucing abu-abu tua yang kini menghitam. Yang mempunyai ekor melingkar. Buci yang pandai menangkap burung dari atas pohon. Buci yang membuatku merasa memiliki teman. Kumohon, kami mohon pulanglah. Kami menyayangimu. Rumah sepi tanpa adanya dirimu. Saga, Otu, Entip, dan Nanai pun menantimu pulang.

kamu di mana

Dari aku yang mengkhawatirkanmu.

Leave a Comment