22 Sept 2012

Tugas Ketiga, Menjabarkan Kalimat

Kalimat Pertama yang dijabarkan

         Pagi itu aku menyusuri jalan disekitar taman komplek yang selalu ramai dikunjungi oleh warga-warga sekitar untuk berolahraga. Aku menghirup udara segar yang belum tercemar asap kendaraan bermotor. Kurasakan semilir angin yang sejuk menerobos masuk ke dalam paru-paruku. Di seberang jalan aku melihat seorang wanita paruh baya yang menjajakan gorengan kepada setiap orang yang lewat.
       Aku meneruskan perjalananku dengan berjogging, sesekali aku memandang iri kepada muda-mudi yang berjalan bersama-sama, bergandengan tangan dan sesekali tertawa bahagia. Seketika pikirku pun melayang pada sosok cowok yang selalu aku idamkan, dia adalah Ferdi, sahabatku sendiri. Aku tidak pernah tahu sejak kapan aku mulai jatuh hati kepadanya, yang aku tahu aku benar-benar mencintainya sekarang. Aku selalu bilang kepada mama kalau aku ingin merasakan yang namanya jatuh cinta.
            “Ma,, Aku ingin jatuh cinta ma.. aku ingin punya pacar,, kenapa mama selalu ngelarang fina buat jatuh cinta dan punya pacar?”
            “kamu itu nggak ngerti apa-apa tentang cinta fina!”
            “apa ini semua karena papa?”
         Mama selalu bungkam ketika aku menanyakan tentang papa. Aku juga tidak tahu kenapa sampai saat ini aku tidak boleh jatuh cinta dan mempunyai seorang kekasih, padahal layaknya seorang anak remaja seperti teman-temanku, aku ingin sekali merasakan yang namanya jatuh cinta, mencintai dan dicintai oleh orang yang aku idamkan. Lamunanku buyar ketika ada seseorang yang menepuk pundakku.
            “Fin.. sendirian aja!”
            Aku berbalik, dan memperhatikan sesosok pria yang berbadan tegap, berkulit putih, berambut hitam, beralis tebal, berhidung mancung dengan senyuman manis yang selalu terpancar diwajahnya. Bagiku itu adalah senyuman mautnya, senyuman yang membuat aku jatuh hati padanya. Tapi dia tak pernah tau tentang perasaanku terhadapnya. Yang dia tahu aku Cuma seorang cewek tomboy yang berwatak keras dan menanggap aku tidak akan pernah jatuh cinta kepada siapapun, padahal aku juga ingin jatuh cinta.
            “hello, fin.. kamu gak papa, kan?”
            “gak papa kok, Fer.” Balasku sambil membalas senyumnya
            “tumben kamu jogging?”
            “emang kenapa? Gak boleh?”
            “ya rasa-rasanya jadi kayak bukan Fina yang aku kenal” ejek Ferdi
       Aku mengerenyitkan dahiku, “segitu malesnya ya aku dimata kamu, fer,, aku rela bangun pagi-pagi biar bisa jogging bareng kamu!” teriakku didalam hati.
            “ya bagus dong berarti, ada kemajuan sama hidup aku, aku pengen mulai hidup sehat kayak kamu!”
            “iya sih bagus juga…”
            “mmm.. jangan-jangan kamu lagi jatuh cinta, ya?” goda Ferdi
            Sebelum aku menjawab Ferdi langsung menjawab pertanyaan yang ditujukkannya kepadaku.
           “eits tapi gak mungkin ya.. impossible gitu kalau seorang Fina Fania Febrianty jatuh cinta, gak ada sejarahnya tuh.” Kata Ferdi sembari berjogging dan meninggalkanku
        Rona wajahku yang tadinya bahagia bak bunga-bunga yang bermekaran dan menyebarkan wangi, sekarang berubah menjadi sedih bak bunga-bunga layu yang kini berbau busuk. Aku menatap ke arah Ferdi yang kini mulai jauh dari penglihatanku, yang terdengar hanya teriakkannya yang memanggilku.
            “Apa seorang Fina gak boleh jatuh cinta? Aku ingin jatuh cinta juga Fer, sama seperti cewek normal lainnya.. Aku ingin jatuh cinta… Aku ingin jatuh cinta dan aku ingin kamu yang menerima cintaku, Fer” bisikku pelan
       Tak terasa airmata menetes satu persatu dipipiku, aku merasa sakit yang teramat sangat menyayat-nyayat hatiku, rasanya perih. Aku segera menghapus airmataku dan berlari dengan cepat untuk menyusul Ferdi. Aku pun akhirnya bisa berjogging berdampingan dengan Ferdi. Ferdi tersenyum dan menatap ke arah ku. Dan aku mulai salah tingkah.
            “kenapa sih, Fer? Ada yang aneh sama aku?”
            “heran aja.. bertahun-tahun kita sahabatan, sekolah bareng, maen bareng, nongkrong bareng, bolos bareng, maen game bareng, ngerjain tugas bareng, dan baru kali ini kita jogging bareng, terus…” Ferdi belum meneruskan perkataannya.
            “terus apa?” Tanyaku
            “kamu gak kayak Fina yang aku kenal, penampilan kamu berubah, kamu jadi rapi dan wangi dan suka senyam senyum sendiri” kata Ferdi sembari tertawa terbahak-bahak
            “emang dulu aku acak-acakan gitu? Terus bau?” kataku dengan nada kesal
            “iya”
          Kami pun berhenti dan beristirahat dikursi taman sembari menikmati bubur ayam sebagai menu sarapan pagi. Aku menghentikan kegiatan sarapanku ketika tersadar kalau sejak tadi Ferdi memandangiku dan membuat aku salah tingkah lagi, jantungku berdegup kencang, pipiku terasa panas dan bibirku terasa kelu.
            “kenapa sih, Fer? Kok mandangin aku kayak gitu?”
        Tanpa berkata apapun Ferdi mendekat ke wajahku. Perasaanku semakin tak menentu dan ternyata Ferdi hanya menyeka bibirku yang belepotan karena bubur dengan tangannya.
          “kamu itu selalu deh.. makan kayak anak balita… berceceran dan belepotan” ejek Ferdi sembari mengacak-ngacak rambutku
            Aku hanya terdiam dan termangu. Kemudian Ferdi mengajak aku pulang karena kami harus bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ferdi membayar sarapan kami pagi itu.
            “Jam 07.00 tepat ya Fin. Jangan lebih loh,, nanti kita telat lagi kayak kemaren!” tegas Ferdi
            Aku hanya menggangguk dan segera masuk ke dalam rumah. Aku menuju ke kamarku yang terletak dilantai 2. Aku menghempaskan tubuhku sejenak di tempat tidur, aku menghela nafas panjang dan memandangi foto yang terpajang di dinding, foto-fotoku bersama Ferdi. “aku juga manusia biasa Fer.. aku ingin jatuh cinta,, aku ingin dicintai, dan aku ingin kamu Fer” kataku. Kemudian aku beranjak bangkit dan menuju ke kamar mandi.
            Beberapa saat kemudian aku begegas menuruni anak tangga satu per satu. Aku berpamitan kepada mama kemudian berlari ke rumah Ferdi yang bersebelahan dengan rumahku. Aku menghentikan langkahku ketika tante Mia( Mama Ferdi) dan Ferdi menatap ke arahku dan menghentikan pembicaraan mereka.
            “kenapa? Ada yang salah ya sama aku?” tanyaku yang merasa heran
            “kamu cantik Fina..” kata Tante Mia sembari tensenyum
           Pipiku menjadi merah merona karena pujian tante Mia. Tiba-tiba Ferdi tertawa terbahak-bahak dan itu membuatku sangat kesal padanya.
           “giila.. super giila.. seorang Fina Fania Ferbrianty yang super tomboy dan gak peduli sama penampilannya tiba-tiba berubah 180 derajat jadi super feminim” kata Ferdi
            Pada jam istirahat aku bergegas menuju ke lapangan basket untuk melihat Ferdi yang sedang bertanding. Betapa terbakarnya hatiku ketika melihat Tita mengelap keringat Ferdi dan memberikan Ferdi minuman.
            “ehm”
            “eh Fin…” kata Ferdi
            “Fer,, aku ke kelas lagi ya” kata Tita
            Ferdi tersenyum dan mengangguk.
            “kalian udah jadian?”
            “kayaknya sebentar lagi”
            “kenapa emang? Cemburu ya?”
            “eh, gak mungkin dong ya kamu suka sama aku” Ferdi tertawa geli
            “iya Fer. Aku cemburu, karna aku juga ingin jatuh cinta dan aku jatuh cinta sama kamu Fer!” teriakku yang tak bisa menahan emosi.
            Aku bergegas pergi dan meninggalkan Ferdi yang hanya terdiam.

Kalimat  Kedua

           Andai waktu bisa kuputar kembali, aku ingin dia tahu kalau aku sangat mencintainya. Andai waktu bisa kuputar kembali aku ingin berkata “Jangan Tinggalkan aku, Jangan pergi dariku”. Andai waktu bisa kuputar kembali aku tidak ingin kehilangan hangatnya pelukkanmu, belaian lembut tanganmu, dan kecupan bibirmu dikeningku juga kata-kata cinta yang mampu meluluhkan dinding keras dihatiku.
           Andai waktu bisa kuputar kembali, aku ingin kamu tahu kalau aku benar-benar mencintai kamu dan aku sakit ketika kamu pergi dariku. Andai waktu bisa kuputar kembali mungkin pagi ini aku tidak harus berdesak-desakan di metromini dengan penuh keringat yang membuatku basah kuyup. Pasti aku bisa duduk santai dan merasakan kesejukkan didalam mobilmu. Andai waktu bisa kuputar kembali, saat ini tidak akan ada ruang-ruang kosong dihatiku.
            “Fina….!!!” Teriak mama
         Aku terbangun dari tidurku pagi itu disambut dengan hangatnya mentari pagi dan kicauan merdu dari burung-burung yang seolah-olah bernyanyi riang gembira. Ku temui sosok mama dimeja makan dengan wajah yang terlihat kesal.
       “Fina.. kapan kamu mau berubah? Kapan kamu bisa bangun pagi tanpa harus mama bangunkan?”
            “Maafin Fina, ma..”
            “kamu itu sama saja seperti laki-laki itu!” teriak mama
            Aku melihat mama mencoba menahan airmatanya setiap kali berkata “laki-laki itu” yang tak lain adalah papa. Mama selalu bilang kalau aku sangat mirip dengan papa, laki-laki yang sejak 3 tahun yang lalu meninggalkan kami.
           Andai waktu bisa kuputar kembali, aku akan mencegah supaya papa tidak meninggalkan kami, pasti tidak akan ada selimut kesedihan di wajah mama setiap harinya. Andai waktu bisa kuputar kembali pasti saat ini aku mempunyai keluarga yang lengkap dan bahagia.
            “Maafin Fina ma,, kalau sikap Fina selalu mengingatkan mama pada sosok papa”
            Mama hanya terdiam.
            “Ma…Fina langsung berangkat sekolah ya, Ma”
            Mama tetap diam membisu.
         Aku pun berjalan perlahan meninggalkan Mama. Setibanya disekolah aku melihat Dion(Mantan kekasihku) berjalan bersama Puput. Puput adalah pacar baru Dion. Andai saja waktu bisa kuputar kembali aku sangat tidak ingin melihat kebersamaan mereka pagi ini, dan pasti akulah yang berjalan berdampingan dengan Dion. Dion tersenyum kepadaku, aku ingin membalas senyumannya tapi Puput menunjukkan raut wajah yang sangat membenciku.
            “Fina…” teriak Mita
            “kenapa, ta?”
            “hari ini ada audisi Duta Sekolah lagi, nih aku bawain formulirnya buat kamu”
            “aku gak minat ta.. kamu tahu kan penyebabnya”
            “Fin.. ini saatnya kamu buktiin kalau sebenernya kamu layak jadi Duta Sekolah kita”
            “aku gak mau ta.. aku gak mau saingan lagi sama Puput”
        “kenapa sih Fin.. aku heran sama kamu.. kenapa kamu selalu ngalah sama Puput, yang jelas-jelas gak pernah ngehargain segala pengorbanan kamu buat dia”
            “seorang sahabat gak butuh penghargaan dari sahabatnya ta… melihat Puput bahagia aja itu udah cukup buat aku”
            “Andai waktu bisa kuputar kembali, pasti aku tidak akan menyusuri koridor-koridor sekolah ini sendirian, pasti kamu masih jadi sahabat aku, Put” kataku dalam hati
            Siang itu terik matahari begitu menyengat. Aku berjalan menuju ke taman belakang, aku tidak sengaja menabrak Puput dan Dion saat itu.
            “Maaf.. aku gak sengaja”
            “alah bilang aja loe mau cari perhatian Dion lagi!” bentak Puput
            “Put.. kamu ini apa-apaan sih? Fina kan udah minta maaf, lagian dia nggak sengaja” potong Dion
            “terus aja belain mantan kamu ini!” bentak Puput sembari pergi meninggalkan aku dan Dion
            “Maafin Puput ya, Fin..” kata Dion sembari tersenyum
            Aku hanya mengangguk, aku tak kuasa melihat senyuman Dion dan menatap sorotan matanya yang masih menyimpan perasaan kepadaku sama seperti aku menyimpan rasa itu kepadanya. Aku meneteskan airmata ketika Dion meninggalkanku. “Tuhaaan.. andai waktu bisa kuputar kembali aku pasti tak akan merasakan rasa sakit ini, rasa yang sangat menyiksa batinku” kataku dalam hati
            Aku segera bergegas menuju ke taman belakang sekolah, taman yang dulu selalu memberikan aku banyak kebahagiaan dan penuh dengan kenangan manis bersama Puput dan Dion. Andai saja waktu bisa kuputar kembali pasti saat ini aku masih tertawa dan bercanda bersama mereka disini.
            “Fin..”
            Aku menoleh ke arah sumber suara yang ternyata adalah Dion. Dion mendekat ke hadapanku. Perasaanku mulai tak menentu, aku merasakan detak jantungku semakin keras dan semakin cepat, aku sangat gugup, keringat dingin mulai membasahi tubuhku.
            “apa kabar?”
        “ya seperti yang kamu lihat, aku baik-baik aja” balasku yang memaksakan tersenyum dan menahan airmata yang siap untuk terjatuh.
            “aku seneng kamu baik-baik aja.. tanpa aku, asal kamu tahu Fin,,seandainya saja aku diberi kesempatan untuk bisa memutar kembali waktu yang telah berlalu. Aku nggak akan pernah nurutin permintaan konyol kamu ini, semua ini membuat aku tersiksa Fin”
            Aku hanya tertunduk, aku tak kuasa bila harus menatap Dion. Tiba-tiba Dion mengangkat wajahku dan memaksa aku untuk menatap kedua matanya.
            “Lihat aku Fin.. Lihat mata aku,, aku tahu kamu masih punya rasa yang sama seperti aku, kamu juga masih cinta dan sayang sama aku kan?”
            Aku berusaha menahan airmataku dan menggeleng-gelenggkan kepalaku.
            “kamu bohong Fin.. pliss jangan bohongin perasaan kamu sendiri”
            “Aku gak bohong Dion,, aku…”
            “aku apa? Aku pengen kamu jujur sama perasaan kamu sendiri Fin”
            “Ok,, Andai saja waktu bisa kuputar kembali aku gak pernah rela nyuruh kamu ninggalin aku dan jadian sama Puput, karena aku sangat mencintai dan menyayangi kamu Dion, tapi itu gak akan mungkin terjadi kan”
            “terus kenapa kamu nyuruh aku jadian sama Puput?”
            “Puput sahabat terbaik yang pernah aku miliki Dion, aku ingin dia bahagia.. dan aku baru tahu kalau dia suka sama kamu”
            “kamu egois Fin.. kamu peduli sama Puput tapi kamu ngorbanin perasaan kamu sendiri dan kamu ngorbanin perasaan aku yang jelas-jelas Cuma cinta sama kamu!”
            “Udahlah Dion,, sekarang pacar kamu itu Puput, Puput Cantik, dia sempurna buat kamu, gak seperti aku yang selalu nyakitin kamu”
            “tapi yang aku cintai itu kamu Fina! Andai waktu bisa kuputar kembali aku Cuma pengen ngejalanin semuanya sama kamu bukan Puput”
            “apa bedanya aku jadian sama kamu dengan aku putus sama kamu terus jadi pacar Puput? Gak ada kan? Puput tetep benci sama kamu dan kalian tetep musuhan!”
            “setidaknya aku bahagia melihat Puput bahagia”
            “Andai waktu bisa kuputar kembali, aku nggak akan egois merebut kebahagiaan orang-orang yang aku sayangi dan ngemusuhin sahabat aku hanya karena Dion jadian sama kamu” kata Puput
            “Puput” kataku
            “Maafin aku Fin kamu dan Dion berhak buat bahagia”
            Aku dan Dion hanya terdiam memandang ke arah Puput.

Add Comments

Tinggalkan komentar ya, supaya aku bisa mengujungi situs milikmu. Diharapkan jangan menyimpan link hidup di kolom komentar karena otomatis akan dihapus. Terima kasih :)
EmoticonEmoticon