Kejadian nyata yang di ubah sedikit jadi fiktif š
Karena
terus di sibukkan dengan jadwal kuliah serta tugas yang padat merayap kayak
jalanan di Bandung kalau akhir pekan tiba, jadinya aku belum sempat
menyelesaikan naskah lomba yang deadlinenya hari ini untuk dikirim ke penerbit
xxx.. Akhirnya aku lanjut nulis sebelum masuk kelas. Ini tangan rasanya pegel
banget, berasa mau putus. Padahal baru nulis lima lembar, iya lima lembar
setelah lima puluh lembar sampai pagi.
terus di sibukkan dengan jadwal kuliah serta tugas yang padat merayap kayak
jalanan di Bandung kalau akhir pekan tiba, jadinya aku belum sempat
menyelesaikan naskah lomba yang deadlinenya hari ini untuk dikirim ke penerbit
xxx.. Akhirnya aku lanjut nulis sebelum masuk kelas. Ini tangan rasanya pegel
banget, berasa mau putus. Padahal baru nulis lima lembar, iya lima lembar
setelah lima puluh lembar sampai pagi.
āMasih belum selesai juga, Neng?ā Nunung
berlagak seperti mandor.
berlagak seperti mandor.
āIya, mana hari ini deadline Nung,
bantuin dong!ā.
bantuin dong!ā.
āSini aku bantuin ngetikā sambung Nining
yang kebetulan otaknya nggak loading.
yang kebetulan otaknya nggak loading.
āEh, nggak bisa deh, kalaupun kamu
ngetik di laptop kamu.. aku kan mesti ngedikte ceritanya.. soalnya ini belum
pernah aku tulis di kertasā. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Kenapa
nggak kepikiran dari sebulan yang lalu buat nulis dulu di kertas setengah dari
cerita ini jadi kan bisa dapet pertolongan dari para pasukan ini.
ngetik di laptop kamu.. aku kan mesti ngedikte ceritanya.. soalnya ini belum
pernah aku tulis di kertasā. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Kenapa
nggak kepikiran dari sebulan yang lalu buat nulis dulu di kertas setengah dari
cerita ini jadi kan bisa dapet pertolongan dari para pasukan ini.
Aku mencuri-curi kesempatan untuk
mengetik secara perlahan agar tidak menimbulkan bunyi saat pak dosen
menjelaskan materi hari ini. Hasilnya sih lumayan, dapet 15 lembar sampai jam
istirahat tiba, tapi malunya juga lumayan gara-gara nggak nyambung waktu
ditanya dosen. Dosen bahas usecase, aku jawab context diagram.. yaiyalah
penghuni kelas pada ngakak semuanya, bikin mukaku ini terlihat seperti tomat busuk.
Nulis di kantin pun gak tuntas gara-gara batre laptopnya lowbat.
mengetik secara perlahan agar tidak menimbulkan bunyi saat pak dosen
menjelaskan materi hari ini. Hasilnya sih lumayan, dapet 15 lembar sampai jam
istirahat tiba, tapi malunya juga lumayan gara-gara nggak nyambung waktu
ditanya dosen. Dosen bahas usecase, aku jawab context diagram.. yaiyalah
penghuni kelas pada ngakak semuanya, bikin mukaku ini terlihat seperti tomat busuk.
Nulis di kantin pun gak tuntas gara-gara batre laptopnya lowbat.
āNung, aku boleh numpang ngeprint
ya? Plissā ucapku dengan wajah memelas.
ya? Plissā ucapku dengan wajah memelas.
āBerapa lembar, Neng?ā.
āYa, segini.. seratus lima puluh
lembar tapi yang selesai baru 130 lembarā aku nyengir, berharap Nunung
dibukakan mata, hati dan pikirannya.
lembar tapi yang selesai baru 130 lembarā aku nyengir, berharap Nunung
dibukakan mata, hati dan pikirannya.
Nunung lagi mikir keras, nampaknya
dia sedikit keberatan. Yaiyalah secara 150 lembar gitu, printerannya aja bisa
pingsan kalau di print sekaligus. Tapi kalau ngeprint di luar itu bisa nguras
kantong yang udah tipis ini di akhir bulan. Jadi Nunung adalah harapanku
satu-satunya.
dia sedikit keberatan. Yaiyalah secara 150 lembar gitu, printerannya aja bisa
pingsan kalau di print sekaligus. Tapi kalau ngeprint di luar itu bisa nguras
kantong yang udah tipis ini di akhir bulan. Jadi Nunung adalah harapanku
satu-satunya.
āHore.. Hore.. Horeā aku kegirangan
dan berterima kasih sekali kepada Nunung yang mau mencetak naskah ini secara
gratis.
dan berterima kasih sekali kepada Nunung yang mau mencetak naskah ini secara
gratis.
Dan akhirnya naskah lomba ini
selesai aku tulis dan print. Dengan semangat 45 aku memasukkan lembaran kertas
serta persyaratannya kedalam amplop cokelat itu. āGubrakā, Naskah itu jatuh
dari tangan ini ke lantai kamar kost Nunung yang putih bersih itu.
selesai aku tulis dan print. Dengan semangat 45 aku memasukkan lembaran kertas
serta persyaratannya kedalam amplop cokelat itu. āGubrakā, Naskah itu jatuh
dari tangan ini ke lantai kamar kost Nunung yang putih bersih itu.
āKenapa, Neng? Kok dijatuhin?ā.
āUdah jam lima, Nung.. kantor posnya
udah tutup dong!ā
udah tutup dong!ā
āYaudah sih kirim lewat JNE ajaā.
Akhirnya
karena mubazir, aku mengikuti ide gila Nunung, ngirimin naskah ini lewat JNE
padahal udah jelas-jelas disyaratnya bilang ācap posā bukan yang lain. Entahlah
itu naskah bakalan di terima atau ngga. āenk-ink-enkā.. Besoknya aku kaget waktu
tau lombanya di undur satu minggu. Dari situlah aku belajar untuk menyelesaikan
tulisan lebih awal dari deadline dan nulis lagi di kertas bukan ngetik langsung
di komputer. Dan pastinya lebih sering liatin situs penyelenggara lomba, siapa
tau aja lombanya di undur atau di percepat.
karena mubazir, aku mengikuti ide gila Nunung, ngirimin naskah ini lewat JNE
padahal udah jelas-jelas disyaratnya bilang ācap posā bukan yang lain. Entahlah
itu naskah bakalan di terima atau ngga. āenk-ink-enkā.. Besoknya aku kaget waktu
tau lombanya di undur satu minggu. Dari situlah aku belajar untuk menyelesaikan
tulisan lebih awal dari deadline dan nulis lagi di kertas bukan ngetik langsung
di komputer. Dan pastinya lebih sering liatin situs penyelenggara lomba, siapa
tau aja lombanya di undur atau di percepat.