Ini Namaku, Bagaimana Dengan Namamu?

No Comments

Photo of author

By Gemaulani

 

Seperti judul album Peterpan “Sebuah Nama Sebuah Cerita”. Dan setiap manusia yang hidup di bumi pasti punya nama. Iya kan? Termasuk kamu, iya kamu … kamu yang terpaksa baca blog aku. Ngoahaha. Nama adalah sebuah identitas untuk membedakan antara si A dan si B. Dari mulai nama yang menunjukan asal daerah atau sukunya sampai nama yang internasional … Yang aku mah apa atuh suka susah melafalkannya kaya Michael, Peter, Christine, George, Edward, Stuart, Britney, Justin. Dari nama yang pendek sampai panjang kayak gerbong kereta api. Meskipun kadang-kadang nama yang kita miliki bisa sama depan, tengah, belakang bahkan seluruhnya sama dengan nama orang lain. 


Walaupun nama sama tapi wajahnya berbeda dong. Ya kalau sama wajahnya mungkin itu orang yang terlahir mirip sama kalian meskipun beda bapak, beda ibu bahkan nggak kenal sama sekali. Nggak percaya nama kalian ada yang mirip bahkan sama persis? Coba deh cari di facebook atau media sosial lainnya atau paling simpel hubungi saja mbah google. Ketikan nama yang kalian pengenin pasti muncul banyak yang sama dalam hitungan detik (kalau internetnya lancar, kalau lemot ya wayahna antosan heula).

Katanya, nama itu adalah do’a dan harapan dari orangtua kita. Seperti halnya orangtuaku yang berharap anaknya bisa memiliki prestasi dan kehidupan yang gemilang. Nyatanya aku malah mengecewakan mereka karena tak selalu gemilang (susah dapet kerjaan yang cocok). Oh ya … Perkenalkan, namaku Gilang Maulani. Perempuan yang lahir di Bandung hari senin jam lima pagi tanggal 23 bulan Agustus tahun 1993 (udah tua) Agustus nanti dua puluh dua tahun. Nggak kerasa cepet banget tuanya. Padahal masih kepengen jadi anak-anak. Bisa ketawa lepas, nangis puas, dan nggak punya beban hidup.

Dari kecil sampai kelas enam SD aku nggak pernah protes atau bermasalah dengan nama ini. Malah temen-temen, sodara dan tetangga lebih seneng manggil “Enggi,” paling kalau yang nggak bisa bilang “Eng,” kepelesetnya jadi “Anggi.” Tapi aku seneng dikasih nama dari huruf “G,” huruf yang jarang digunakan sebagai huruf awal sebuah nama.

Saat memasuki kelas tujuh atau 1 SMP barulah namaku itu mulai bermasalah. Pas ngabsen di kelas, pak guru ataupun bu guru pasti liatnya ke barisan cowok. Dan kebingungan pas yang ngangkat tangannya seorang cewek. Parahnya di buku SPP namaku tertulis jadi Gilang Maulana. Kyaaa aku nggak terima, ya jadinya protes. Maklum itu nama kan udah di bubur bereum bubur bodas … Sayang kan kalau salah. Dan yang paling horror dan kelam itu adalah saat UAS yang digabung sama kelas delapan. Katanya biar nggak nyontek. Shock dong pas liat namaku terdaftar berjenis laki-laki. Sakitnya tuh di sini, di hatiku. Malunya tuh pake banget saat si Aa yang duduk di sebelah aku mengira partner ujiannya adalah cowok.


Kelas sepuluh alias kelas satu SMA, eh SMK. Yaa aku kan emang lanjut ke SMK yang dulu statusnya STM yang mayoritas penghuninya cowok. Soal absen ya masih berlanjut, selalu begitu. Pas pelajaran olahraga di kelompokannya sebagai cowok itu rasanya nyesek sekali. Daan yang paling penting itu sebel banget sama cowok yang protes soal namaku ini. Beginilah kira-kira ilustrasinya :

X      : (senyum) “Hei, boleh kenalan nggak?”
Aku : (senyum juga sambil muka merah kayak kepiting rebus, maklum aku kan pemalu. Suka nervous kalau deket cowok) “Boleh!”
X      : “Nama kamu siapa?”
Aku   : “Gilang!”
X    : (kebingungan sambil melotot untung nggak nganga) “Ah masa namanya Gilang? Serius dong!”
Aku   : (merengut, syedih) “Serius!” (ngotot)
X      : “Masa cewek namanya Gilang? Nggak percaya ah!”
Aku  : “Emang Gilang! G-I-L-A-N-G, GILANG!” (ngeja nama sendiri, udah capek ngejelasin)
X      : “Nggak percaya ah!” (ulangnya)
Aku : “Ya udah kalau nggak percaya!” (dongkol) dalem hati (ngomong aja sama tembok sana!)
X   : “Bilang dong sama orangtua kamu, masa cewek namanya Gilang. Diganti gitu jadi Anggi atau Gina atau apa?”
Aku : (makin dongkol) “Bilang aja sendiri!” dalem hati (hello siapa kamu baru kenalan udah nyuruh-nyuruh ganti nama?!)
Memasuki kelas sebelas dengan teman sekelas yang baru lagi namaku semakin terasa anehnya. Katanya nih ya, Gilang itu lebih banyak dipakai untuk laki-laki bukan perempuan. Ngek. Nah berhubung di kelas ini ada cowok bermana Fani. Jadilah ada bu guru yang bilang begini : “Gilang sama Fani namanya ketuker, ya?” dan itu membuat seluruh penghuni kelas menahan tawa mereka agar tidak meledak-ledak. Malem itu akhirnya aku ngadu plus setengah protes sama Mama dan Mama cuma bilang sabar aja.

Aku       : “Kenapa ngasih namanya Gilang?”
Mama : “Biar kuat kayak cowok! (Nyatanya cengeng).
Aku      : “Itu aja?”
Mama : “Biar panggilannya Engga sama Enggi (kenyataaannya sekarang Mama manggil Ugiw) kan Galih sama Gilang.
Aku    : “Tapi kan sering disangka cowok! Terus kenapa belakangnya Maulani? Kesannya niru nama belakang anak tetangga!”
Mama   : “Kan lahirnya bulan mulud, tadinya mau dikasih nama belakang Maulida, tapi bapak bilang aneh jadinya Maulani.
Aku       : (tercengang) “Padahal bagusan Maulida!” dalem hati (seenggaknya nggak akan jadi Maulido atau Maulide atau Maulidi)
 
Ok, nama panggilanku sering berubah. Tergantung yang manggil, dari mulai Enggi, Anggi, Gie, Gil, Ugi, Cugiw, Ugiw, Nyinyin, Galing, Lang, dan yang paling gak enak dipanggil Bu Gil alias Bu Gilang. Aku lebih suka dipanggil Gilang. Apalagi panggilan dari gebetan ada yang lebih suka manggil Lani atau Ulan. Ya, suka-suka kalian ajalah yang pentin masih nyambung. Nah pertama kenal sosial media, aku berkenalan dengan facebook … Sampai sekarang masih sering di pake cuman namanya balik ke nama awal, nama asli. Dulu mah ya begitulah, suka ngakak sendiri kalau nengok jaman sekolah dulu. Aku posting foto sendiri, ada yang chat kayak gini :

Y : “Ini nama facebook pake nama pacarnya, ya?”
Aku : “????”
Ada lagi begini :
Y : “Itu foto profil pake foto pacarnya ya?”
Aku : “Itu foto aku sendiri!”
Y : “Loh, jadi Gilang ini cewek?”
Aku : “Iiya!”
Y : “Kirain cowok!


Kartu ujian PMP di POLMAN Bandung, namaku juga berubah jadi Gilang Maulana. Gak bisa protes kecuali kalau nanti diterima. Masalahnya gak keterima jadi sudahlah. Tinggal kenangan …


Memasuki bangku perkuliahan, ini lebih jengkelin lagi. Aku jadi agen pulsa dari bapak xxx. Pas komplain pulsa nggak masuk via telepon, mbak costumer service malah panggil Mas. Dibilang bukan Mas-Mas malah panggil pak, ckckck. Emangnya suaraku segitu miripnya ya sama bapak-bapak? Selain itu bayangin dong masa ada pacar temen yang cemburu gara-gara dia bales sms lagi makan sama Gilang. Dan butuh kerja keras supaya itu pacar si temen percaya kalau aku perempuan.

Soal e-mail, nah yang satu ini pastilah dapetnya dipanggil “Mr.” Nasib-nasib. Untungnya nggak punya pacar eh mantan yang namanya sama “Gilang.” Tapi menarik juga kalau namanya samaan. Pas dipanggil nengok dua-duanya. Semacam di film Jepang “Love For Beginners,” Tsubaki sama Tsubaki. Dan kalau nanti nikah terus punya keturunan di namain Gilang juga. Tapi itu cuma khayalan aja, nggak akan nyata kalau jodohku kelak bukan yang bernama Gilang.

Oh iya, pas kebetulan kerja di Garut aku hobi banget transfer deposit pulsa via bank BNI. Dan kebetulan hari itu kebagian tellernya cowok. Dan apa yang terjadi? Aku nyebutin nomor rekening sendiri, dan pas si Aa tellernya nanya pengirimnya atas nama siapa. Atas nama Gilang aku bilang. Dia bilang gini : “Serius namanya Gilang?” Aku jawab “Iya!” Dia bilang “Nggak percaya ah, mana buktinya?” Aku kasih liat aja tuh KTM bertuliskan nama Gilang Maulani dengan fotoku yang super jadul. Dia senyum “Dikira cowok loh di sininya juga “sdr” alias saudara bukan saudari. Aku cuma bisa senyum ngenes dan besoknya terulang lagi setiap kebagian tellernya Aa yang itu.


Update : 
Beberapa bulan ini saat menerima paket kiriman dan di sms oleh kurirnya untuk ambil paket di kantor cabang. Aku dipanggil bapak.  

Ada juga yang memang dari pengirimnya ditulis Bapak pake capslock pula. Aku usul sama mama sepertinya di depan namanya harus dikasih Eneng, Neng. Dan Mama malah bilang pakai Nyai aja


Selain itu september2015 lalu saat membuat surat pengantar pembuatan SKCK dari Polsek ke Polres … namaku jadi Gilang Maulana

Membuat surat keterangan belum menikah dari balai desa pun, jenisnya berubah lagi jadi laki-laki.


Oke, itulah sekilas tentang namaku, bagaimana dengan namamu?

0 thoughts on “Ini Namaku, Bagaimana Dengan Namamu?”

Leave a Comment