Jalan-jalan ke Pasar

By Gemaulani

Orang lain itu posting jalan-jalan keliling Indonesia, ke luar negeri, ke pantai, nah sementara aku mah malah posting jalan-jalan ke pasar. Harap maklum aku mah jarang jalan-jalan ke tempat-tempat indah yang ngehits.

jalan-jalan ke pasar
Sumber gambar : fokusjabar.com

Pengalaman Jalan-jalan Ke Pasar

Jalan-jalan di pasar itu sesuatu, selain dapat menyebabkan isi kantong terkuras … jalan-jalan di pasar juga dapat menyebabkan sesak nafas, dan alas kaki kotor. Ah siapa bilang? Nggak bikin sesak nafas dan alas kaki kotor kok … asal perginya ke pasar super moderen atau super market. Sama-sama pasar kan, bedanya harga sudah ditetapkan dan tidak bisa ditawar. Bisa belanja murah kalau ada diskon.
 
Kalau belanjanya di pasar tradisional sih masih bisa tawar menawar harga. Tapi ya itu … kalau hujan jalanannya tambah becek dan kalau masih pagi harus ekstra hati-hati. Agak berdesak-desakan. Kalau kata Cinta Laura mah “Mana ujan gak ada ojek … becek, becek.” Tenang-tenang, sekarang sudah ada pasar-pasar moderen kok, lebih tertata dan tidak perlu becek-becekan lagi.
 

Pasar Cicalengka

Ngomong-ngomong soal pasar, aku terbiasa ikut ke pasar Cicalengka sejak kecil. Entah belanja sembako, mainan ataupun belanja baju lebaran. Dan Mama biasanya paling terbebani kalau aku ikut. Yaiyalah, segala mau … ini mau, itu mau.
 
Minta dibelikan congklak, monopoli baru, bola bekel, alat masak-masakan dari plastik, barbie dan lain sebagainya. Belum lagi jajanan pasar yang melimpah ruah di sepanjang jalan. Mau tidak mau harus dibelikan supaya aku berhenti merengek. 

keadaan pasar becek
 sumber gambar : busertransonline.wordpress.com
 

Pasar Garut

Memasuki usia remaja, intensitas ke pasar sudah semakin jarang. Tapi semenjak melanjutkan jenjang pendidikan SMK di Garut, pemandangan pasar menjadi hal yang lumrah. Dikarenakan pulang pergi Nagreg-Garut dan turun-naik bus/elf nya di Terminal Guntur, jadilah mau tidak mau, suka tidak suka harus berjalan melewati pasar yang lumayan becek. Sejauh mata memandang kulihat sampah plastik dan sayuran berserakan di jalan. 
 
Ditambah kotoran kuda dari delman yang hilir mudik menambah semaraknya suasana pasar di pagi hari. Lalat-lalat juga terlihat hilir mudik. Satu-satunya yang menyejukkan mata adalah melihat sayur-mayur serta buah-buahan yang masih segar. Kalau lewat pasar ini biasanya juga sering diberikan pertanyaan : “Bade ngical emas neng? (Mau jual emas Neng?)” dan diikuti oleh anak-anak kecil berpenampilan seperti pengemis. Kadang mereka suka meminta uang dengan sedikit memaksa. 

pasar garut tempo dulu
 Sumber gambar : http://garutnews.com

jualan cabe



 sumber gambar : http://www.klipgarut.com

Lain halnya dengan pasar yang berada di daerah Sukawening. Kebetulan pernah ke rumah teman, pasarnya sudah seperti supermarket. Tertata dan bersih. Semoga pasar-pasar lainnya segera mengikuti asal harga barangnya masih bisa ditawar sih *maunya.


Pasar Cibogo

Setelah resmi menjadi anak kost di Sarijadi, Bandung dan satu kost bersama Apri … kegiatan pergi ke pasar pun kembali terjadi. Awal mula nekad pergi ke pasar Cibogo adalah demi membeli tali sepatu berwarna merah untuk kegiatan ospek jurusan. Kedua kalinya saat stok beras habis dan toko yang di perempatan Sarijadi tutup, akhirnya pergilah ke pasar Cibogo. Setelahnya pergi ke pasar hanya untuk berburu jajanan pasar, seperti kue balok, surabi, risoles dan mencari sarapan pagi yang sehat serta murah meriah dengan porsi yang melimpah ruah. Niat mau hemat, tapi sering kalap. Biasanya juga pergi ke pasar kalau lagi semangat jogging, jadi muter jalannya ke Setra Duta. Tapi pulangnya tetep ngangkot.

pasar cibogo bandung
 sumber gambar : mrbasrie.blogspot.com

Pasar Baru

Ada juga yang namanya pasar baru, pasar yang tidak pernah sepi pengunjung. Apalagi kalau menjelang hari raya idul fitri, beuh … selamat berdesak-desakan. Pasar ini isinya bahan pakaian, pakaian jadi, sepatu, tas, kerudung. Pokoknya kebutuhan berbusana deh. Di depan ada beberapa toko makanan ringan juga sih. Lumayan kalau kelaparan. 
 
Pasar Baru ini letaknya tidak jauh dari stasiun Bandung juga Alun-alun Bandung. Enaknya belanja di sini, bisa mendapatkan barang dengan kualitas lumayan dan harganya terjangkau malah beberapa masih bisa ditawar apalagi kalau belinya grosiran. 

pasar baru bandung
 sumber gambar : www.1001malam.com

Pokoknya kalau di pasar itu harus pintar tawar-menawar harga. Semakin pintar menawar semakin banyak barang yang bisa dibawa pulang dengan harga murah. Hayo siapa yang pintar menawar? Sejauh ini sih untuk aku pribadi, Mama-lah yang pintar menawar harga. Dan inilah jurus Mama dalam menawar :

1. Menawar setengah harga dari harga barang. Kalau harga barang dari pedagang Rp. 70.000,- biasanya ditawar jadi Rp. 35.000,- Menurutku sih sedikit kejam ya, masa nawarnya jauh banget. Nah biasanya pedagangnya mulai menurunkan harga, jadi 65, 60 tapi ya itu Mama masih melancarkan aksinya. Sampai harga yang mendekati keinginannya terwujud. Kalau tidak biasanya mencari kios yang lain.

2. Setelah tawar menawar berlangsung alot, biasanya Mama meninggalkan kios itu. Sementara aku mengikuti di belakang dengan wajah tak rela. Ya, orang aku pengen barang itu … titik! Karena sering seperti itu, akhirnya aku menyadari bahwa itu salah satu strateginya. Biasanya kalau penjual masih bisa mendapatkan keuntungan dari harga jual yang diturunkan. Pedagangnya suka manggil-manggil biar Mama kembali. Terkadang sampai lari-lari buat nyusul. Ide brilian.

3. Membeli lebih banyak agar mendapatkan harga yang lebih murah. Kalau beli sepatu satunya Rp. 80.000,- dengan membeli dua, Mama mendapatkan harga yang tetap sama. Yes, dua sepatu = Rp.80.000,- , selain sepatu biasanya berlaku saat membeli baju, baju daleman, kerudung, jajanan, dan bahan-bahan makanan. 

4. Pergi ke pasar menjelang tutup. Kalau ke pasar menjelang tutup biasanya suasana mulai sepi. Karena sepi itulah biasanya tawar-menawar lebih mudah dilakukan. Pedagang jajanan pasar atau lauk-pauk yang kurang tahan lama biasanya begini. “Tambihan dua rebu deui atuh Neng, wioslah nyeepkeun. (Tambahin dua ribu lagi dong Neng, gak pa-pa menghabiskan).”

Mungkin emak-emak, bapak-bapak, mba-mba punya jurus yang lain soal tawar menawar harga?

Leave a Comment