16 Nov 2016

Aku yang Melawan Arah

melawan arah

Akhir-akhir ini aku sibuk ... sibuk dengan pikiranku sendiri. Sibuk berpura-pura jika aku baik-baik saja. Dan entah mengapa aku ingin menulis tentang RINDU. Satu kata yang jika dipendam membuat dada ini terasa sesak.

Mungkin ada di antara kalian yang tak menyadari, ketika memutuskan pergi tanpa mengucap kata perpisahan. Tanpa mengatakan selamat tinggal, aku pergi, jangan ditunggu ... aku tak akan kembali. Diam-diam ada yang menunggu dan berharap kalian kembali. Diam-diam merindu tanpa berani berkata jujur bahwa dia rindu.

"Kuputuskan untuk berbalik melawan arah, menepis rindu yang menyelimuti kalbu. Kembali ke tempat semula. Di mana hanya ada aku dan keheningan ... tanpa kamu."

Caption ini pernah aku tulis di instagram. Ya, ini kutulis saat aku tengah merasakan rindu tanpa ingin mengatakannya kepada yang bersangkutan. Bahkan berkali-kali menghapus pesan yang hendak kukirimkan padanya. Aku terlalu takut jika rindu yang kurasakan hanya satu arah, hanya aku yang merasakannya.

//Candamu memang biasa. Tapi entah mengapa aku menyukainya.// Sheryl

Jika ditanya sekarang apakah aku masih rindu? Hmm ... sedikit. Sesekali aku teringat, sesekali aku menunggu kabar. Tapi lama-lama aku pasti mulai lupa. Lupa jika sosoknya pernah ada. Bahkan kuputuskan untuk menonaktifkan beberapa aplikasi chat demi kesehatan hati, pikiran dan jemari tanganku. Tak hanya padamu, rindu pada teman-temanku pun ku tepis. Aku tak ingin menganggu kesibukan mereka. Jadi biarlah aku berpura-pura sibuk juga. 

Jika mengeja kata rindu ... R-I-N-D-U, aku teringat kembali pada lagu "Aku Rindu," yang dulu beberapa kali turut kunyanyikan dengan nada alto ala MKC.

//Setelah ia pergi baru aku mengerti. Ku telah jatuh cinta kepadanya.//

Atau lagunya D'Massiv - Rindu Setengah Mati yang sempet aku blacklist dari lagu favorit gegara sakit hati dan ngerasa nyeri tiap dengerin liriknya. 

//Aku rindu setengah mati kepadamu. Sungguh kuingin kau tahu. Aku rindu setengah mati.//

Rindu, terkadang rindu memang menyiksa, menyesakan dada. Tapi rindu juga mampu menghangatkan kalbu, tersenyum sendiri ... hanya dengan mengingat seseorang, senyumnya, candanya, tawanya, suaranya dan segala perlakuan manis yang pernah ditunjukkannya kepadamu. 

Dan dengarlah, malam ini aku tengah dilanda rindu. Rindu masa kecilku, rindu pada hidupku di masa lalu. Rindu pada diriku yang dulu.

13 comments

  1. kisah perjalanan hidup yang mendewasakan ya mbak.

    pa kabar mbak? lama ga main ke sini sayanya.

    ReplyDelete
  2. Rindu ya? terakhir kali rindu itu...rindu masa-masa naskah sering dapet ACC dari penerbit. Rasanya sama pedih kayak rindu sama seseorang yang pernah tinggalkan jejak manis di benak kita.

    *sambil mikir, siapa yang pernah ninggalin jejak manis di hidupku? kagak ada sih...kalo yang pedih-pedih dan bikin nangis, banyak*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wadaw, yang pedih-pedih dan bikin nangis mah ngga usah dirindukan yang teh, harus dilupakan itu mah hihihi

      Delete
  3. Kadang memang kita harus pergi tanpa kabar, keadaan yg membuatnya harus seperti itu. Walaupun pada akhirnya ada ketidaknyamanan ketika menyadari kalau kita sedang menjadi pengecut lari dari keadaan. Hufffftttt

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, tapi kesian yang menunggu tanpa ada kepastian baang :D

      Delete
  4. Mnahan rindu yang tak tersampaikan itu perih emang lang huhu
    #pukpuk aja ah

    ReplyDelete
  5. Aku kalo lagi rindu nggak bisa ngutarain ke yang bersangkutan. bisanya cuma lewat doa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi cuma diri sendiri dan Tuhan yang tahu kalau lagi rindu ya teh :)

      Delete
  6. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  7. Rindu oh rindu.
    Rindu bikin nyesek...
    Bikin nggak bisa tidur.
    *curhat

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar ya, supaya aku bisa mengujungi situs milikmu. Diharapkan jangan menyimpan link hidup di kolom komentar karena otomatis akan dihapus. Terima kasih :)
EmoticonEmoticon