2 Aug 2019

Kunci yang Terjatuh ke Atas

Beka mempercepat langkahnya memasuki areal perumahan cukup elit, mengingat ada beberapa pejabat yang tinggal di kawasan tersebut walaupun berbeda blok. Walaupun elit, tapi jalan di perumahan ini cukup membuat bulu kuduk berdiri saat malam tiba. Apalagi di pertigaan menuju blok B. Sisi kirinya ditumbuhi tumbuhan hijau yang dibentuk aneka rupa. Sementara sisi kanannya ditumbuhi pohon sukun yang buah matangnya sering jatuh tak tahu waktu. Ya, Beka sudah sering menahan teriakannya karena ulah buah dari pohon sukun.

Pertigaan menuju blok B, tempat di mana Beka menyewa sebuah kamar kost memiliki penerangan yang temaram, berbeda dengan pertigaan lainnya. Malah, di suatu waktu lebih mirip penerangan di scene film atau tayangan horor. Ya, hidup-mati, hidup-mati. Untung saja tidak dilengkapi tiba-tiba ada sesosok makhluk tak kasat mata yang muncul. Kalau iya, mungkin Beka hanya memiliki tiga pilihan. Diam di tempat lalu pingsan. Menjerit sembari lari terbirit-birit atau jalan pelan-pelan sembari membaca doa dan pura-pura tidak melihatnya.

Selain pertigaan, areal lain yang cukup menyeramkan adalah rumah kosong yang bersebelahan dengan tempat menjemur pakaian di kost-kostannya. Rumah kosong dengan pagar terbuka lebar dan halaman yang ditumbuhi rumput liar. Belum lagi tepat di seberang rumah ibu kost masih ada areal kosong yang ditumbuhi aneka pohon lengkap dengan patung-patung berupa anak-anak yang bukannya menggemaskan justru malah menambah jantung berdegup cepat dan tentu saja bukan degupan yang menyenangkan seperti saat jatuh cinta.



Beka mendorong pintu gerbang kecil dengan hati-hati agar tak membangunkan ibu kost beserta keluarganya. Mengingat ini sudah pukul sembilan lewat. Setelah berhasil menutupnya kembali, Beka bergegas menuju ke depan pintu garasi. Yang mana biasa digunakan untuk akses keluar masuk kamar kostnya yang bersatu dengan rumah ibu kost. Sebelum menuju kamarnya yang berada di lantai dua, Beka menyempatkan diri mengetuk pintu kamar temannya. Memberikan sekotak martabak pesanan dan juga seblak kering sebagai oleh-oleh. Oleh-oleh pulang ke rumah sebulan sekali.

Beka menundukan kepala dengan tangan terkepal dan bibir yang mengerucut manakala melihat gantungan kuncinya lepas hingga membuat kunci kamar dan kunci garasi berpisah. Ya kunci kamar masih menancap di pintu, sementara kunci garasi yang seharusnya jatuh dan mengeluarkan bunyi, tapi malah tidak sama sekali justru tak ada di sekitar sana. Ia pun menggeser pintu kamarnya, takut-takut kuncinya terselip di celah pintu dan masuk ke dalam. Tapi nihil. Ia kembali mencari di area depan kamar kostnya, hingga menuruni anak tangga. Dan hasilnya sama, nihil.

"Beka, kamu ngapain mondar-mandir di sini?"

Cika yang baru saja kembali dari kamar mandi menghampirinya. Dan turut mencari kunci garasi milik Beka. Karena penasaran, mereka bahkan mencari hingga ke kamar Cika di mana tadi Beka berhenti sejenak di sana. Beka juga meminjam kunci garasi milik Cika untuk menuntaskan rasa penasarannya. Iya, takutnya memang sudah terjatuh saat membuka pintu garasi. Tapi setelah ia pikirkan kembali. Mana mungkin pintunya terkunci rapi.

"Tetep enggak ketemu?" Cika menerima kunci miliknya beserta wajah murung Beka.

Beka menggeleng dan menyatakan jika besok siang akan menemui tukang kunci untuk membuat salinan yang baru. Dan Cika pun setuju untuk mengantarnya. Beka kembali ke kamarnya dan menghempaskan diri di atas tempat tidur. Tidur dengan pikirannya yang tidak begitu tenang. Dengan baju dan jaket yang tak diganti terlebih dulu.

"Beka, ada mang Galon nih!" Teriak Cika dengan leluasa mengingat pemilik rumah kost sudah pergi sejak tadi pagi.

"Tolong bukain dulu garasinya Cik, sebentar lagi aku turun!"

Hanya lima menit dan galon di atas dispensernya sudah berganti baru. Beka pun merogoh uang dari saku jaketnya yang lain. Yang di gantung di belakang pintu. Dan ia menelan ludah tatkala menemukan kunci garasinya di sana. Iya di sana, di saku jaket yang tergantung di belakang pintu. Bukan saku jaketnya yang dikenakannya. Dengan kening yang mengerut ia memberikan uang penggantian Galon dan mengikuti hingga pintu garasi terkunci kembali olehnya. Oleh kunci yang didapatnya dari saku jaket.

"Lha, itu kamu udah punya kuncinya?" Cika baru saja ingin meminjamkan kuncinya kembali.

Beka tertawa, sumbang. Kemudian menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Iya, udah ketemu, ada di saku jaket yang digantung di belakang pintu!"

"Serius, kok bisa?"

Beka menggeleng, "enggak tahu nih! Ajaib, kuncinya jatuh ke atas bukan ke bawah, nyelip di saku jaket pula!"

"Iya, kok aneh, ya!"

"Tidak perlu heran, mungkin ada yang sedang iseng!" Seru mba Anin yang kamarnya bersebrangan dengan Chika, samping garasi. Katanya mba Anin bisa melihat dan merasakan makhluk tak kasat mata.

Meskipun mba Anin mengatakannya sembari tersenyum, tetap saja Beka dan Cika bergedik ngeri dan cepat-cepat mengalihkan pembicaraan. Berharap kejadian aneh seperti ini tak lagi terjadi. Dan tentu saja tidak begitu.

1 comment

  1. Kok ngeri ya kuncinya tiba2 di tempat yang tak terduga, bikin merinding dan mikir keras hehehehe

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar ya, supaya aku bisa mengujungi situs milikmu. Diharapkan jangan menyimpan link hidup di kolom komentar karena otomatis akan dihapus. Terima kasih :)
EmoticonEmoticon