20 Oct 2019

Wake Up! Wakaf, Dompet Dhuafa

Kamis, 17 Oktober 2019 ...

Pagi itu aku menikmati perjalanan dari Bandung menuju Subang bersama kurang lebih 30 blogger Bandung ... Banyak pemandangan hijau sepanjang jalan, entah itu pepohonan besar maupun hamparan perkebunan teh. Aku sempat tertidur, dan bangun pada saat elf yang kami tumpangi berpapasan dengan mobil bak terbuka di jalanan yang menanjak, sempit dan aspalnya sudah rusak. Tepat di sebelah kirinya merupakan jurang. Untunglah semua terlalui dengan selamat sampai kami tiba di tempat tujuan. Ya, perkebunan Indonesia Berdaya dari Dompet Dhuafa yang terletak di desa Cirangkong, Kec. Cijambe, Subang, Jawa Barat.


Kami disambut dengan pohon-pohon nanas di sepanjang jalan, kemudian disambung oleh pohon-pohon buah naga. Aku sungguh takjub, karena baru kali ini bisa melihat pohon nanas sebanyak itu dan pohon buah naga dari jendela elf. Begitu keluar dari dalam elf, kami pun beralih ke sebuah gazebo. Di sana sudah tersaji camilan berupa jagung rebus, umbi-umbian, sate nanas dan juga jus nanas.

Semilir angin dari di sekeliling gazebo ditambah dengan tegukan jus nanas yang meluncur bebas ditenggorokan jelas membuatku merasa begitu segar. Perpaduan asam serta manis dari cairan berwarna kuning itu sungguh pas. Apalagi saat mencoba sate nanasnya. Hmm ... segarnya jadi tiga kali lipat. Entah kenapa aku suka keduanya, jusnya malah kuteguk sampai habis, padahal sebelumnya aku lebih sering menghindari makanan dengan cita rasa nanas. Sepertinya ini efek bahan utama sang nanas segar yang dipetik langsung dari pohonnya serta kualitasnya yang terjaga dengan baik. Enggak heran nanas-nanas dari Kebun Indonesia Berdaya di Subang ini punya pasarnya tersendiri. Seperti yang kudengar dari pemaparan Pak Bobby Manulang selaku GM Wakaf Dompet Dhuafa dan Pak Kamaludin selaku Manager Program Ekonomi di acara Wake Up! Wakaf Blogger Meet Up Waqf Productive Sharing Session & Visit Kebun Indonesia Berdaya Subang.


Dalam sesi sharing seputar wakaf, Pak Bobby kembali mengingatkan soal hadits riwayat muslim yang berbunyi : "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh." - HR Muslim

Hadits yang membuatku bergulat dengan pemikiranku sendiri. Bertanya-tanya ... selama ini ada enggak sih salah satunya amalan tersebut yang kupunyai untuk bekal di akhirat nanti. Yang akan terus mengalir meskipun nafasku udah berhenti. Jangan-jangan belum ada satu pun. Aku belum berbagi ilmu yang bermanfaat, belum punya anak sholeh yang mendoakanku iya kan menikah-punya suami aja belum, anak asuh juga enggak punya. Itupun kalau nanti punya anak terus dia berkeluarga, lha kemungkinan masih mendoakan aku sebagai orang tua juga kecil kan. Mengingat dia pasti punya banyak kesibukan. Sedekah jariyah (Wakaf)? Ah, kapan coba aku bisa berwakaf, aku belum kaya raya, belum punya harta banyak untuk bisa membeli tanah wakaf ataupun mewakafkan uangnya ...

Nah, apakah ada yang sama dengan pemikiranku tentang berwakaf. Bahwasannya untuk menjadi seorang Wakif hanya untuk orang kaya aja. Harus punya uang minimal puluhan juta atau tanah yang luas untuk diwakafkan. Karena yang terpikirnya wakaf itu meliputi 3M : Makam, Masjid dan Madrasah/Sekolah. Jika ya, maka kamu harus mengakhirinya sekarang gengs! Karena kamu harus Wake Up! Wakaf! Wakaf itu enggak cuma berputar di tiga pilihan itu. Ada wakaf lain yang bisa dikelola secara produktif. 

Dompet Dhuafa sendiri memiliki 4 Pilar Program Wakaf. Dari mulai kesehatan, ekonomi, pendidikan serta sosial dan budaya. Yang mana semuanya masuk dalam bagian wakaf produktif. Wakaf produktif sendiri merupakan pengelolaan aset wakaf secara produktif sehingga menghasilkan surplus yang berkelanjutan. Seperti halnya perkebunan Indonesia Berdaya di Subang dengan luas 10 hektar saat ini. Yang termasuk salah satu wakaf produktif di bidang ekonomi dari Dompet Dhuafa. Di mana lahan dan donasi wakaf yang dihimpun oleh Dompet Dhuafa bisa menjadi sumber ekonomi produktif yang bisa memberikan manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi kaum dhuafa.

Nah, untuk menjadi bagian dari wakaf produktif ini, kamu bisa memilih dua cara untuk berwakaf. Yang pertama adalah wakaf uang tunai dengan mengikuti gerakan 1.000.000 wakif dari Dompet Dhuafa. Di mana untuk menjadi bagian dari gerakan ini, kamu bisa menyumbangkan uang mulai dari 10 ribu rupiah aja gengs. Serius ini 10 ribu rupiah aja kamu udah bisa ikutan wakaf. Di mana kalau buat beli kuota mah enggak cukup, kalau diwakafkan mah pahalanya mengalir terus.

Yang kedua, kamu bisa berwakaf di kebun Indonesia Berdaya dengan membeli satu kapling tanah. Bisa perseorangan, bisa juga perkelompok atau komunitas. Harga satu kaplingnya itu 125 juta rupiah, dengan luas tanah 1.000 meter persegi. Di mana 50 jutanya dialokasikan untuk pembebasan tanah. 50 juta lainnya untuk pengolahan (ongkos produksi) : pembangunan beton tegak, pembibitan, pemeliharaan sampai berbuah. Sementara 25 jutanya untuk utilitas : dibangun saung/bungalow untuk wakif agar bisa jalan-jalan atau menikmati waktu bersantai di tanah kaplingnya. Uniknya 50 juta untuk biaya pembebasan tanahnya itu bisa dikembalikan kepada wakif selama jangka waktu 15 tahun. Disisihkan dari setiap hasil produksi pertahun. Itu jika sang wakif menghendakinya. Kalau enggak mau ya enggak pa-pa. 

Eh ya, ngomong-ngomong soal Kebun Indonesia Berdaya ini ... enggak hanya ditumbuhi buah nanas dan buah naga dengan varian bagian dalamnya merah ataupun putih. Di sini ada juga peternakan kambing ataupun domba yang kandangnya dipisahkan antara kandang pembibitan dan kandang penggemukan. Dengan kapasitas kandang mencapai 300-500 ekor. Sebagian besar hasil perternakan ini digunakan untuk supply hewan kurban. Dan enggak jauh dari sana ada bangunan Rumah Industri Nanas (RISIN). RISIN ini nantinya akan membuat buah nanas memiliki nilai tambah karena dibuat menjadi essence buah nanas. Yang ternyata essence buah nanas ini merupakan bahan utama dari rasa asam yang ada dalam aneka minuman buah dalam kemasan lho.


Lebih Lanjut Tentang Kebun Buah Naga, Nanas dan Sentra Ternak
Aku beserta teman-teman blogger Bandung lainnya pun diberikan kesempatan untuk berkeliling di sana. Di tanah perkebunan yang mulanya 2 hektar, bertambah jadi 5, kemudian 8, hingga akhirnya mencapai 10 hektar. Sepanjang berjalan-jalan di kebun, aku dimanjakkan oleh pemandangan pohon buah naga dan buah nanas. Walaupun ya, buah naganya belum musim panen. Masih beberapa bulan lagi. Namun kumendapatkan pengetahuan baru. Cara untuk membedakan antara buah naga yang dalamnya merah dan buah naga yang dalamnya putih. Lalu, cara pemeliharaan pohon nanas dan juga pohon buah naga. 

Aku kaget sih ternyata buah naga itu perlu tiang beton setinggi 2 meter untuk bertumbuh. Jadi, 50 sentimeter ditanam di tanah dan 150 sentimeter sisanya untuk tiang rambat. Ku kira dulu pohon buah naga itu punya batang besar seperti pohon mangga. Pohon buah naga sendiri bisa bertahan 15-20 tahun, tergantung pada ketahanan tiang rambatnya, pemangkasan ujung-ujungnya serta proses pemupukan.

Dari pohon buah naga dan juga nanas, kamipun beralih ke sentra ternak kambing atau domba. Baik yang kandang pembibitan maupun penggemukan. Dombanya ada dua jenis : Domba Garut dan Domba Ekor Gemuk. Selain itu di sana ada bapak-bapak yang sedang bekerja membuat pakan untuk domba atau kambingnya menggunakan proses silase. Supaya enggak repot mencari pakan setiap hari dan pakan ternaknya jadi lebih berkualitas.


Manfaat Wakaf Produktif di Kebun Indonesia Berdaya Subang, Jawa Barat
Sebelum kehadiran Kebun Indonesia Berdaya dari Dompet Dhuafa ini. Petani-petani nanas di Subang ini biasa menjual nanasnya seharga 1.000 hingga 1.500 rupiah aja perbuah. Berbeda dengan saat ini yang harganya lebih stabil di kisaran 2.500 rupiah. 

Siang itu hadir pak Eman yang merupakan salah satu penerima manfaat dari kebun Indonesia Berdaya ini. Pak Eman dengan matanya yang sedikit berembun (terharu sepertinya) mengatakan sejak bergabung selama kurang lebih 3 tahun, perekonomian masyarakat sekitar mengalami kemajuan, tidak ada lagi yang namanya kesulitan modal untuk bibit dan hasil panennya langsung ada yang membeli. Enggak khawatir seperti dulu.

Selain nanas, buah Naga di sini pun mempunyai harga yang berbeda di pasaran. Karena mutu atau kualitasnya terjaga. Alami tanpa bahan kimia. Namun tetap aja punya pasarnya tersendiri dan ada kerja sama juga dengan pemerintah daerah setempat gengs. Jadi para petaninya enggak khawatir soal pasar dan harganya. 

Enggak hanya pak Eman, total penerima manfaat dari kebun ini udah mencapai 30 Kepala Keluarga. Baik penerima manfaat secara langsung maupun penerima manfaat di plasmanya sendiri. Dan tentunya akan terus meningkat jika nanti RISIN udah resmi beroperasi.

Lebih Lanjut Tentang RISIN
Rumah industri Nanas (RISIN) ini diperkirakan akan mulai siap beroperasi di awal tahun 2020. Karena mesinnya masih dalam tahap proses setting. Memerlukan waktu 2-3 bulan agar seratus persen siap digunakan. Berdiri di lahan 4.000 meter persegi, luas bangunan RISIN mencapai 2.000 meter persegi dengan ruangan-ruangan yang udah ada fungsinya masing-masing. Di bagian paling depan dari RISIN yang bercat hijau ini terdapat kantornya.

Nantinya buah nanas yang udah dipanen dan dikupas oleh kelompok ibu-ibu pengupas nanas. Jadi RISIN ini sengaja dibuat Dompet Dhuafa berada di tengah-tengah masyarakat. Enggak semua prosesnya menggunakan mesin. Barulah setelah menerima bahan setengah jadi, nanas yang udah bersih diubah terlebih dahulu menjadi selai, baru deh diekstrak, kemudian disalurkan ke industri.

Ketika RISIN ini mulai beroperasi, maka penerima manfaatnya pun akan semakin bertambah dong gengs. Mulai dari kebutuhan 10 pekerja di RISIN dan rencana Dompet Dhuafa menambah luas perkebunan menjadi 22 hektar untuk untuk plasma kebun nanasnya. Selain itu, RISIN sendiri mesinnya udah diatur enggak hanya untuk satu jenis ekstrak aja. Tapi bisa berganti-ganti. Bisa untuk buah naga, cabe, bawang merah dan lainnya.

Jadi, gimana gengs? Udah siap menjadi bagian dari wakaf produktif. Yuk atuh kita berwakaf mulai dari 10 ribu rupiah aja. Terjangkau kan ini mah! Jangan lupa, ajakin teman-temannya juga.

4 comments

  1. Bagus banget ya program Dompet Dhuafa ini, berwakaf dalam bentuk tanah kapling yang dijadikan kebun aneka buah.


    Btw ternyata susah juga ya menanam buah naga itu, karena butuh tiang rambat yang kokoh. Saya juga pernah ke perkebunan buah naga tapi gak dijelasin detail tentang cara tanam dan tumbuhnya.
    Untunh baca artikel ini, jadi nambah wawasan deh.

    ReplyDelete
  2. aku udh lama percayain zakat dan infaq lwt dompet dhuafa. malah kadang kurbanpun lwt sini. drdulu lbh percaya ama dompet dhuafa drpd organisasi amal yg lain ,yg ternyata banyak agenda tersembunyinyaa.

    aku mau ikutan yg wakaf ini mba. dipikir2, masa tabungan dunia mulu yg ditimbun, tp tabungan akhirat g ada. toh jumlah minimalnya samasekali ga memberatkan :). g ada alasan utk ga berwakaf dr skr kan ;)

    ReplyDelete
  3. Aku skrng jadi mau nabung juga buat bekal akhirat buat wakaf ini soalnya bekal kita nanti di sana ya kak...

    ReplyDelete
  4. Aku familiar dgn Dompet Duafa ini, makin kesini makin sukses dan banyak kegiatan bermanfaatnya ya.

    Btw liat kebun nanas aku jd mau nyusul ke Subang. Sebentar lg aku natalan hihihi saatnya bikin nastar hihihi.

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar ya, supaya aku bisa mengujungi situs milikmu. Diharapkan jangan menyimpan link hidup di kolom komentar karena otomatis akan dihapus. Terima kasih :)
EmoticonEmoticon