Pengalaman Belajar Sepeda Modal Nekad

Pengalaman Belajar Sepeda Modal Nekad

Belajar naik sepeda modal minjem

Konnichiwa, minasan! Kali ini aku mau cerita soal pengalaman belajar sepeda aku di bulan April 2023. Iya, akhirnya aku bisa gowes sepeda, minasan! Happy banget bisa melawan rasa takut dan traumaku. By the way, kalau kamu yang enggak sengaja terdampar di sini dan pengen bisa gowes sepeda. Sini baca sampai akhir!

Ini Alasan Aku Tidak Bisa Gowes Sepeda

Kalau ditanya bisa naik sepeda? Aku bakal jawab bisa sih ... ya kan cuma naik doang, hehehe. Tapi enggak gitu konsepnya, galing! Iya, candaaa, bechandyaaaa. Bacanya kayak sound anak UGM yang lagi viral di TikTok.

Yha baik, aku emang enggak bisa naik sepeda roda dua (dalam artian gowes sepeda). Kalau sepeda yang family buat anak batita aku bisa, tentu sajaaa. Bahkan aku belajar motor matic tanpa bisa sepeda dulu, minasan. Udah pernah aku ceritain di artikel tips belajar motor matic.

Jadi, kenapa? Why? Padahal gowes sepeda itu menyehatkan, Gilang! Jadi begini ...

1. Trauma Masa Kecil

Trauma. Tahu kan artinya trauma itu apa? Trauma adalah kondisi tertentu yang berkaitan dengan psikologis yang muncul akibat suatu kejadian buruk di masa lalu. Nah, dulu pas masih usia 4 apa 5 tahun gitu lah aku pernah pengen belajar sepeda.

Lalu letak traumanya di mana? Sebenernya udah pernah aku ceritain juga di artikel masa kecilku, tawa, dan air mata ... but aku ceritain ulang dikit aja di sini. Jadi, dulu di keluarga kami gak ada dibeliin sepeda buat anak-anak. Adanya sepeda bekas Mama waktu masih ABG.

Sepedanya Mama tinggi, tapi kakak belajar menggunakan sepeda itu juga. Nah aku diajarkan oleh kakak buat gowes sepeda yang sama. Dipegangin. Janji dipegangin, hahaha. Nyatanya di siang itu, pas ada mobil lewat, kami berhenti dipinggir. 

Mulanya dipegangin sih, tapi lama-lama pegangannya mengendur entah itu kakakku mikirin apaan. Begitu dia sadar mau menyelamatkan aku sebagai adiknya, sepeda udah masuk ke kebun orang. Kami sama-sama baret. Aku nangis, langsung Mama datang. Sehabis itu gak mau lagi belajar sepeda. Trauma jatuh sama luka baretnya.

2. Tidak Berani Mengutarakan Keinginan

Iya, selain trauma, setelah masuk usia sekolah, aku juga enggak berani mengutarakan keinginan untuk minta dibelikan sepeda yang enggak terlalu tinggi dan dipasangi roda tambahan. Entah kenapa dulu enggak punya keberanian aja gitu buat minta sepeda. Karena si trauma tadi kali ya.

Jadi, walaupun dalam hati suka pengen bisa gowes sepeda kayak teman sebaya. Tapi aku enggak berani mengutarakan ingin punya sepeda. Bahkan sekadar ngomong "boleh nyobain" ke teman aja enggak pernah terucap.

3. Malu Buat Belajar

Malu buat belajar emang sesuatu yang bisa membuat kita stuck di situ aja. Padahal belajar kan enggak kenal usia. Sepanjang hidup aja kita akan terus belajar, iya kan. Tapi ya gitu, sebagai anak pemalu yang sering kurang pede ketika menerima tatapan orang lain ... aku beneran malu buat belajar gowes sepeda.

Padahal beberapa tahun terakhir, sejak bapak jual beli barang bekas. Selalu ada saat-saat bapak dapat sepeda bekas yang bisa digunakan. Sebenarnya sempat beberapa kali nyoba belajar di dalam rumah dan di halaman belakang. Tapi, karena lahannya kurang luas, jadi gowesnya gak leluasa.

Orang yang kebetulan melihat pasti menyarankan untuk belajar di lapangan yang lebih luas. Tapi aku lebih memilih gak jadi belajar aja, malas harus ditanya-tanya pas lewat bawa sepeda. Paling enggak suka jadi pusat perhatian pokoknya. Soalnya pasti dibanding-bandingin atau paling enggak dicemooh. Capek banget rasanya dulu itu mikirnya.

Pengalaman belajar sepeda modal nekad

Kenapa Akhirnya Mau Belajar Sepeda Lagi?

Keinginan buat bisa gowes sepeda sebenernya udah muncul sejak lama. Tapi makin besar saat keinginan di masa remaja buat pergi ke Jepang makin menjadi-jadi. Lho iya, bayangin, di Jepang kan gak ada GoJek atau Grab Bike. Ke mana-mana transportasi umum plus sepedaan. Gak boleh boncengan pula.

Iya, ini pemikiran yang kurang lebih sama pas aku bertekad minimal bisa bawa motor matic karena pas daftar CPNS hampir selalu milih penempatan di luar pulau Jawa. Walau ya jalan takdirnya gak jadi CPNS. Hehehe. Yaudahlah ya daijoubu daijoubu aka gak pa-pa.

Jadi aku merencanakan belajar sepeda sejak pertengahan 2022 dan udah pesan ke bapak supaya sepedanya dikasih roda tambahan. Iyalah bodo amat mau diketawain juga. Yang penting risiko jatuh gak besar. Tapi ya karena belum nemu sepedanya (ada sih tapi belum dirakit) akhirnya tertunda kembali sampai aku masuk kelas offline bahasa Jepang di Tangerang pet awal Maret 2023.

Nah, di penghujung kelas N4 , ada sensei yang nanya ke seluruh siswa, di sini ada yang enggak bisa naik sepeda? Aku dong, angkat tangan sendirian. Bener-bener sendirian dan semua pada mandang "serius enggak bisa sepeda?" Terus senseinya nanya, kalau motor gimana? Aku jawab bisa kalau matic.

Sensei bilang, lho motor bisa, kok sepeda enggak? Nanti di Jepang gimana? Aku cuma senyum. Tersenyum pahit tentunya. Terus sensei bilang, coba pinjem sepeda kakak F (penanggung jawab asrama) buat belajar. Aku jawab baik sensei. Itu pas bulan ramadan sih.

Tips Belajar Sepeda Modal Nekad

Pas ramadan aku enggak langsung belajar sepeda. Walau udah ditawarin salah satu teman sekelas buat diajarin sama dia. Ya gimana, cuaca Tangerang panas. Aku yang mudah berkeringat, rasanya belum sanggup belajar sepeda sepulang kelas tanpa minum air.

Akhirnya baru terlaksana saat libur lebaran dan kebetulan aku enggak langsung pulang. Itu juga pas pertama masih puasa gitu. Cuma karena udah enggak ada kelas, jadi aku nyobainnya pagi-pagi. Aku langsung coba belajar sendiri, secara diam-diam pakai sepeda kak F yang lagi mudik (btw sejak masuk asrama emang sepedanya dibolehin kalau mau dipinjem).

Sepedanya itu tipikal sepeda perempuan dewasa yang ada keranjang di depannya dan belakang ada tempat duduk buat ngebonceng. Sepedanya yang pasti tinggi, aku yang 150 cm mesti jinjit pas mulai ataupun berhenti.

1. Mempersiapkan Diri

Sebagai manusia biasa yang punya rasa trauma belajar sepeda, mempersiapkan diri adalah hal paling penting. Dimulai dari meyakinkan diri lewat sugesti positif. Yup, aku bilang sama diriku bahwasannya aku pasti bisa dan enggak akan jatuh. Gak boleh jatuh malah aku bilangnya. Soalnya ini sepeda orang lain. Kamu minjem, gak boleh lecet apalagi rusak!

Selain sugesti, aku juga memastikan pakai pakaian dan alas kaki (sandal jepit) yang nyaman. Terus pas sahur, aku juga minum yang cukup biar enggak dehidrasi. Lets go, aku baca bismillah dan buka pintu garasi. Habis itu pegang stang sepeda, naikin standarnya, dan parkirin sepeda di depan asrama. Tutup lagi pintu garasi dan petualangan dimulai.

2. Coba Di Tempat Sepi dan Luas

Iya, ini wajib banget buat pemula. Cobanya di tempat sepi dan luas. Nah berhubung asrama pertamaku waktu di Tangerang tuh di cluster perumahan dan kondisinya menjelang lebaran. Jadinya jalanannya sepi.

Aku langsung coba gowes pertama. Agak kaku. Baru maju dikit udah berhenti karena agak oleng. Perasaan takut jatuh itu tetap ada. Jadi aku majuin sepedanya menggunakan kedua kaki yang jinjit di aspal sampai belok ke jalan arah berlawanan. Soalnya ada perasaan ngeri nabrak portal pintu masuk perumahan.

Jadi aku mulai dari jalan di seberang asrama. Dari situ mulai gowes kanan, kiri, kanan, kiri. Belum terlalu stabil tapi setidaknya aku enggak refleks ingin nurunin kedua kaki dan berhenti. 


3. Belajar di Pagi Hari dan Jangan Langsung Lama

Kenapa pagi hari? Karena di pagi hari jalanannya masih lengang. Enggak banyak kendaraan bermotor lalu-lalang. Di perumahan paling adanya ibu-ibu atau bapak-bapak olahraga dan bawa anak atau hewan peliharaannya jalan-jalan. Dengan begitu jadi enggak perlu takut kalau mau belok-belok.

Selain itu jangan langsung lama, apalagi kalau enggak pemanasan dulu. Selain pegal, kemungkinan kaki keram bisa saja terjadi.

Nah, itulah cerita aku belajar gowes sepeda modal nekad. Enggak ditemenin siapa-siapa dan menggunakan sepeda yang lebih tinggi dari postur tubuhku karena sepedanya punya kakak asrama. Bersyukurnya bisa menyeimbangkan badan dan belok-belok. Cuma paling pas start masih agak oleng dikit dan mesti jinjit pas berhenti karena emang sepedanya ketinggian.
Fakta Menarik Tentang Desa Wisata Kampung Merabu

Fakta Menarik Tentang Desa Wisata Kampung Merabu

Fakta Menarik Tentang Desa Wisata Kampung Merabu
Danau Nyandeng, sumber gambar: https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/merabu_asik

Apa itu desa wisata? Desa wisata adalah desa yang menjadi tempat wisata karena memiliki daya tarik unik yang umumnya mengangkat kearifan lokal. Baik dari segi wisata alam, wisata budaya, hingga wisata hasil buatan manusia. Nah, pencinta traveling dan lingkungan, apakah kamu tahu tentang desa wisata kampung Merabu dari kabupaten Berau, Kalimantan Timur? Yuk baca fakta menarik tentang keindahan desa wisata kampung Merabu di artikel kali ini.

Deretan Fakta Menarik Tentang Desa Wisata Kampung Merabu

1. Kampung Merabu Menerapkan Konsep Eco Wisata

Kampung wisata yang berlokasi di Kalimantan Timur ini mengusung konsep eco wisata. Menurut Wikipedia, Eco wisata adalah kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan. Jadi, kegiatan wisatanya mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal, serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

Dalam mendukung konsep eco wisata ini, pemerintah kabupaten Berau menyerahkan beberapa unit rumah singgah bagi wisatawan dengan konsep eco lodge. Konsep eco lodge adalah pembangunan akomodasi atau tempat menginap yang menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan. Sejak tahun 2020, sebagai kampung wisata yang berstatus maju, kampung Merabu juga sudah dilengkapi dengan fasilitas internet.

eco lodge akomodasi di kampung merabu

2. Menawarkan Banyak Pilihan Wisata Alam yang Bisa Dikunjungi

Meski harus menempuh waktu sekitar 3 jam perjalanan darat menggunakan roda empat atau menempuh jarak sekitar 130 km dari ibukota Tanjung Redeb, kabupaten Berau. Rasa lelahmu akan terbayar dengan keindahan wisata alam di tengah hutan dan keramahan masyarakat adat dayak lebo setempat. Karena Merabu punya slogan #MerabuAsik. Asik ini adalah singkatan dari aman, sehat, indah, dan kreatif.

Di sini kamu bisa menikmati keindahan danau nyandeng, puncak ketepu, gua bloyot, dan gua-gua lainnya di sekitar pegunungan karts. Bahkan kalau kamu punya jiwa mendaki, boleh juga lho mendaki gunung karts. Sungai nyandeng ini terlihat segar banget lho teman-teman. Airnya berwarna hijau tapi jernih karena sumbernya berasal dari pegunungan karst.

Indahnya puncak ketepu di kampung merabu
Puncak Ketepu, sumber gambar: https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/merabu_asik

Sebelum tiba di bagian sungai nyandeng yang jernih dan kamu bisa bangun kemah di sana. Sebelumnya kamu perlu naik perahu tradisional dulu. Namanya Ketinting. Perjalanan sungai ini sekitar 30 menit Setelah masuk ke dalam hutan, kamu akan menemukan pemandangan keren, termasuk fauna kayak orang utan, dan kawan-kawannya. Sehabis naik perahu, lalu dilanjutkan dengan jungle tracking selama 40 menit.

Oh iya, saat berkunjung ke kampung Merabu ini, jangan lupa coba menu makanan khasnya, seperti sayuran pucuk pakis, kecombrang atau jagung, jantung pisang, umbut pisang, pucuk labu, umbut bambu, umbut kelapa dan masih banyak lagi yang lainnya. Selain bahan-bahan alami, makanan ini juga disajikan secara higienis pastinya. Warganya sudah dibekali pelatihan khusus.

Makanan khas desa wisata merabu

3. Ada Si Penjaga Hutan yang Pertama Kali Mendirikannya

Dibalik kampung Merabu yang kini menjadi desa atau kampung wisata berbasis eco wisata yang terkenal di kalangan turis lokal maupun internasional. Kemudian jarak tempuhnya dengan jalanan terjal dan sulit kurang lebih 5 sampai 6 jam yang kini bisa dicapai dalam 3 jam. Ini tidak terlepas dari perjuangan si penjaga hutan sejak tahun 2012.

Eits, penjaga hutan di sini tentu bukan makhluk halus. Beliau seorang pemuda yang menyadari bahwa hutan sebagai tempat tinggal flora dan fauna serta rumah bagi masyarakat adat harus dilestarikan mengingat banyaknya pengalihfungsian hutan untuk perkebunan sawit.

masyarakat adat merabu dari suku dayak lebo
sumber gambar: https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/merabu_asik

Iya, sejak zaman dulu masyarakat adat menggantungkan sumber kehidupan mereka dari hasil hutan dan sungai-sungai di hutan. Mereka biasanya menerapkan mengambil secukupnya makanan dan minuman dari alam. Di sinilah, sang pemuda ingin jika hutan tropis di Merabu tetap lestari dengan menjadikan sebagian lahannya menjadi eco wisata kampung Merabu. Pemuda itu bernama Franly Aprilano Oley.

Siapa Franly Aprilano Oley dan Bagaimana Perjuangannya Mendirikan Desa Wisata Kampung Merabu?

Di sini, saya ingin mengajak teman-teman untuk mengenal lebih jauh tentang si penjaga hutan, Franly Aprilano Oley yang akrab disapa Franly. Franly seorang pemuda pendatang di kampung Merabu pada tahun 2009. Franly yang merupakan pemuda Sulawesi Utara ini mulanya bekerja sebagai pekerja serabutan (tukang kayu, lansir barang di goa sarang burung wallet, dan lainnya) yang membangun sekolah baru di sana. Franly mulai dikenal banyak masyarakat saat menjadi pemain keyboard di gereja.

Di Merabu juga, Franly menemukan tambatan hatinya, Mariana. Mereka bertunangan di tahun 2010 dan tak lama kemudian menikah. Di tahun yang sama, karena keterbatasan SDM di Sekolah Dasar Negeri 010 Berau, Franly yang lulusan Jurusan Tata Busana SMK I Tondano dimintai tolong untuk menjadi guru bahasa Inggris tidak tetap. Akan tetapi di saat-saat tertentu, beliau terkadang menjadi guru mata pelajaran lain. Bahkan dari kelas satu sampai kelas enam.

Franly Aprilano Oley kepala desa berprestasi peraih satu indonesia awards
sumber gambar: https://www.jawapos.com/

Awal Mula Terpilih Sebagai Kepala Kampung Merabu di Usia Muda

Pada tahun 2011, ada pencalonan kepala kampung (kepala desa) di Merabu. Terdapat 2 calon kepala desa. Namun, salah satu kandidatnya tidak memenuhi kualifikasi. Karena dalam masyarakat adat dayak lebo tidak memperbolehkan calon tunggal, maka setelah tiga bulan tidak berhasil menemukan kandidat yang persyaratannya sesuai. Pak Asrani, kepala desa sebelumnya menujuk Franly sebagai kandidat kepala kampung juga dan memang memenuhi kualifikasi.

Secara tidak terduga, beliau menungguli kandidat lawan karena banyak masyarakat yang memilihnya. Franly Aprilano Oley akhirnya terpilih sebagai kepala kampung Merabu di usia 22 tahun. Berangkat dari kepercayaan yang diberikan masyarakat terhadap seorang pendatang, beliau memulai program kerjanya di awal tahun 2012.

sumber gambar: https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/merabu_asik

Perjuangan Si Penjaga Hutan Membangun Desa Wisata Merabu

Apa yang dilakukan Franly? Selama satu tahun menjabat, beliau mempelajari berbagai sistem birokrasi dari mantan kepala kampung sebelumnya. Juga berusaha membangun komunikasi yang intens dengan warga. Di tahun 2012 juga, Franly bersama tim kerjanya mulai memetakan wilayah dan menggali semua potensi alam yang ada di Merabu.

Beliau juga berdiskusi secara intens dengan tim TNC (The Nature Conservacy) yang sejak lama menjadi pendamping masyarakat kampung Merabu. Franly menyadari kalau Merabu adalah daerah yang kaya dengan kekayaan alamnya. Hanya saja yang warga sadari hanya madu, rotan, dan burung wallet saja yang bisa menghasilkan uang.

orang utan di merabu
sumber gambar: https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/merabu_asik

Pada dasarnya lahan di Merabu luasnya mencapai 22.000 hektar hutan tropis. Di tahun 2012, Franly mengusulkan 10 ribu hektare kawasan hutan di Merabu dijadikan hutan lindung. Usulan tersebut dikabulkan pada 2014 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Nah, sebanyak 8245 hektar kawasan hutan lindung dijadikan eco wisata.

Untuk menjadikan kawasan hutan lindung sebagai desa eco wisata, Franly membentuk lembaga desa Kerima Puri yang kini menjadi badan usaha milik desa. Tugasnya mengelola hutan desa. Mulanya hanya 50 persen masyarakat yang ikut bergerak membangun kampung wisata ini. Namun, ketika lonjakan wisatawan semakin meningkat di tahun 2016 hingga 2017, seluruh masyarakat Merabu akhirnya bergerak semua. Masalah sampah dan kebersihan lingkungan juga sangat diperhatikan.

Prestasi yang Berhasil Diraih Franly Aprilano Oley

Selama menjabat sebagai kepala kampung, Franly benar-benar berkomitmen dalam menjaga kelestarian hutan di Merabu. Kampung Merabu menduduki peringkat kedua dalam hal pengelolaan hutan adat. Penghargaan ini diterima dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2016.

Selesai sampai di situ? Tidak. Franly sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum lingkungan di Jakarta. Terutama yang berfokus pada pengelolaan hutan. Pada bulan November 2016 beliau juga diundang sebagai pembicara dalam forum internasional tentang pengelolaan hutan adat dan perubahan iklim. Forum tersebut diadakan di Marrakesh, Maroko.

Berkat prestasinya yang menginspirasi dalam membangun kampung Merabu menjadi dikenal sebagai eco wisata hingga ke mancanegara, Franly juga mendapatkan penghargaan Satu Indonesia Awards dari Astra Internasional. Penghargaan ini diraihnya pada tahun 2018, di usianya yang ke 28 tahun.

sumber: E-Booklet Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023

Kesimpulan

Setiap daerah dan setiap manusia pada dasarnya memiliki kelebihan dan potensi yang jika dimaksimalkan akan mendapatkan hasil terbaik. Sama seperti yang dilakukan oleh Franly Aprilano Oley beserta pemuda pemudi Indonesia lainnya yang tersebar di seluruh negeri. Selain itu, melihat dedikasi Franly sebagai si penjaga hutan yang kini tak lagi menjabat sebagai kepala desa namun tetap memberikan dukungan penuh dalam melestarikan lingkungan. Sebenarnya hutan lain di Indonesia juga bisa dijaga kelestariannya dengan berbagai cara supaya paru-paru dunia dan lahan hijau tidak rusak.


Sumber referensi:
E-Book Satu Indonesia Awards 2023
https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/si-penjaga-hutan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Desa_wisata
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekowisata
https://beraukab.go.id/v2/?p=9667
https://kaltim.tribunnews.com/2020/06/22/jadi-kampung-maju-di-pedalaman-berau-internet-gratis-hingga-listrik-tersedia-di-merabu
https://direktoripariwisata.id/unit/722
https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/merabu_asik
https://www.jawapos.com/features/01181683/kampung-di-tengah-hutan-kalimantan-ini-dikenal-dunia-berkat-prestasi-kepala-desa
5 Kumpulan Dongeng Anak Sebelum Tidur dengan Cerita Menarik

5 Kumpulan Dongeng Anak Sebelum Tidur dengan Cerita Menarik

Dongeng Sebelum Tidur
 
Membacakan cerita atau dongeng merupakan salah satu kegiatan yang sangat baik dilakukan oleh orang tua kepada anaknya yang masih kecil. Membacakan anak dongeng sebelum tidur bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan pemahaman kosakata. Membacakan dongeng sebelum tidur juga dapat melatih daya imajinasi, kreativitas, dan daya ingat anak. Selain itu, cerita pengantar tidur seringkali mengandung pesan moral yang dapat mendidik anak menjadi pribadi yang lebih baik.

Dongeng Sebelum Tidur


Dirangkum dari berbagai sumber, Indozone membagikan deretan dongeng sebelum tidur untuk anak yang memiliki cerita yang lucu, romantis, dan juga bermakna:

1. Singa dan Tikus


Di sebuah hutan lebat hiduplah seekor singa, raja hutan yang perkasa dan perkasa. Dia sangat takut pada semua makhluk di hutan.

Suatu hari singa sedang tidur. Secara kebetulan, dia terbangun karena  suara  tikus  bermain di dekatnya. Tikus, menyadari bahwa ia telah membangunkan singa, mencoba melarikan diri. Namun sayang, singa itu langsung menerkamnya. "Berani-beraninya kau mengganggu tidurku!" bentak singa.

"Ma...Ma...Maafkan aku, Tuan. Saya tidak bermaksud demikian. Saya tersesat dan tidak sengaja masuk ke dalam sini. Tolong maafkan aku, Tuan," harap tikus seraya ketakutan.

"Diam! Apa kau berfikir aku akan memaafkanmu begitu saja? Aku menjadikanmu sebagai makan malamku! Hahaha," ucap singa.

“Saya mohon, Tuan! Saya berjanji akan membantu Anda jika Anda melepaskan saya. Bagaimanapun, tubuh kecil saya tidak akan menyenangkan Anda,” jawab tikus.

"Bagaimana kamu bisa membantuku dengan tubuh kecilmu. Tapi tidak apa-apa, aku akan melepaskanmu karena aku tidak akan kenyang," kata singa.

Tikus bersyukur karena telah dilepaskan oleh Singa. Dia bergegas pergi dan berjanji tidak akan pernah kembali ke daerah itu. Beberapa hari kemudian, singa itu berjalan di hutan. Namun tiba-tiba kakinya tersandung tali dan tubuhnya tersangkut di jaring jebakan.

"Seseorang, tolong aku! Bebaskan aku dari tali jebakan ini!" teriak singa. Seluruh hutan, termasuk tikus, mendengar auman singa. Tikus segera berlari untuk membantu singa.

Setibanya di sana, tikus-tikus itu langsung menggigit jebakan dan satu per satu talinya mulai putus. Singa itu akhirnya dibebaskan dari jebakan. "Terima kasih telah membantuku, tersenyumlah. Kamu benar, tubuhmu kecil, tetapi kamu bisa menyelamatkanku," kata singa.

“Baiklah, Tuan. Sudah menjadi kewajiban saya untuk berterima kasih karena telah membebaskan saya,” jawab tikus. Setelah kejadian ini, singa dan tikus menjadi teman baik.  Raja hutan sekarang bersahabat dengan semua binatang di hutan.

Cerita pengantar tidur berjudul Singa dan Tikus mengandung pesan moral bahwa kita tidak boleh meremehkan dan memandang rendah orang lain. Karena bisa saja kita membutuhkan bantuan dari orang lain pada saat yang tidak terduga.

2. Kelinci dan Kura-Kura


Di sebuah hutan, hiduplah seekor kelinci sombong karena bisa berlari paling cepat dibandingkan hewan-hewan lainnya. Suatu hari, di hutan sedang diadakan pertandingan lari untuk para hewan. Tentu saja, kelinci mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba tersebut.

Ternyata, kelinci akan lomba lari melawan seekor kura-kura yang berjalan sangat lambat. Kelinci pun menertawakan kura-kura, karena ia sangat yakin kura-kura akan kalah dan ia akan memenangkan perlombaan itu.

Pertandingan akhirnya dimulai. Kelinci berlari begitu cepat dan menghilang dari pandangan. Sedangkan kura-kura berjalan ke depan sambil menatap lurus ke jalan.

Kelinci yang berlari akhirnya mencapai garis finis. Dia melihat ke belakang, kura-kura itu masih mengikuti. "Kura-kura sangatlah lambat. Aku di depan, dia masih jauh di belakang. Lebih baik aku istirahat di bawah pohon itu sebentar," katanya.

Kelinci pun tidur dengan nyenyak. Tanpa disadari, beberapa menit kemudian, kura-kura tiba di depan kelinci. Kura-kura terus menyalipnya hingga mencapai garis finis. Ketika dia bangun, kelinci terkejut melihat kura-kura mencapai garis finis. Kura-kura pun menjadi pemenang lomba dengan mengalahkan kelinci yang tidur di bawah pohon.

Kelinci dan Kura-kura adalah cerita anak-anak yang mengajarkan kita untuk tidak berperilaku sombong. Karena kesombongan akan membawa kita pada hal-hal yang buruk dan menghancurkan diri kita sendiri.

3. Kancil dan Buaya


Suatu hari, seekor Kancil yang cerdik sedang berjalan menyusuri hutan untuk menghirup udara segar. Setelah berkeliling, ia pun merasa lapar dan perutnya keroncongan. Si kancil pun ingin menikmati mentimun yang letaknya berada di seberang sungai.

Saat hendak menyeberang sungai, tiba-tiba terdengar suara kecipak dari dalam sungai. Ternyata sungai itu penuh dengan buaya. Kancil berusaha menyeberangi sungai dengan aman, tidak dimakan buaya. Dia mendekati buaya. "Hei buaya, aku punya banyak daging segar, apakah kamu sudah makan?" Kancil pura-pura bertanya.

"Benarkah? Aku dan teman-temanku belum makan siang. Ikan-ikan itu pergi ke suatu tempat, jadi kami tidak punya cukup makanan,” kata buaya.

"Sekarang panggil teman-temanmu dan antri, biar aku hitung jumlahmu untuk membagi daging secara merata," kata Kancil polos.

Tepat setelah itu, buaya lain muncul secara bersamaan. Mereka berbaris  rapi di sungai. Kancil kemudian melompat ke punggung buaya sambil menghitung, "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan." bahkan berkata, "Di mana daging segar untuk makan siang kita?"

Kancil langsung tertawa, “Bodoh, bukankah ada sepotong daging di tanganku? Sebenarnya aku hanya membutuhkan jembatan untuk menyebrangi sungai ini, dan kalianlah yang kujadikan jembatan." Si kancil lalu segera pergi mencari mentimun, meninggalkan kawanan buaya yang marah karena ditipu olehnya.

Cerita dongeng sebelum tidur ini mengajarkan kita agar terus meningkatkan pengetahuan, supaya kecerdikan dapat mengalahkan kekuatan.

4. Angsa Bertelur Emas


Di sebuah desa yang damai hiduplah seorang petani. Suatu hari, dia menemukan seekor angsa dan memutuskan untuk memeliharanya. Keesokan harinya, petani itu terkejut melihat angsa yang dibesarkannya menghasilkan telur berwarna emas. Untuk memastikan kemurnian emas, petani segera membawa telur ke penjual emas di pasar.

Sesampainya di pasar, saudagar emas mengetahui keaslian telur emas tersebut dan berniat membelinya dengan harga tinggi. Sejak saat itu, angsa ajaib tersebut terus menerus menelurkan telur emas. Petani pun hidup nyaman dan berkecukupan.

Namun, petani tak pernah puas. Ia ingin menjual telur emas lebih banyak agar ia cepat kaya raya. Hingga suatu hari ia menemukan sebuah ide. "Aku akan menyembelih angsa itu untuk mengeluarkan semua telur emas yang ada di perutnya," ucapnya.

Ia pun membelah perut angsa tersebut. Akan tetapi, bukan telur emas yang ditemukannya, melainkan daging dan darah. Petani ini sangat menyesal atas perbuatannya. Kini, angsa itu telah mati. Tidak ada lagi telur emas yang diperoleh petani untuk menopang kehidupannya.

Cerita dongeng sebelum tidur ini mengajarkan kita agar tidak menjadi orang yang serakah dan selalu bersyukur atas apa yang telah diperoleh.

5. Cinderella


Alkisah, hiduplah seorang anak perempuan yang cantik dan baik hatinya bernama Cinderella. Sejak tinggal bersama ibu tiri dan kedua kakak tirinya, Cinderella diperlakukan tidak baik dan diberikan tugas rumah yang sangat banyak. Sedangkan ibu tiri dan kedua kakak tirinya hanya bersantai, sambil menyuruh Cinderella membersihkan rumah.

Suatu hari, pangeran di negeri tempat mereka tinggal, menggelar sebuah pesta untuk mencari seorang istri. Semua wanita di negeri tersebut diundang, termasuk Cinderella dan kedua kakak tirinya. Sayangnya, Cinderella tidak dibolehkan ikut oleh ibu tirinya.

Hari yang dinanti pun tiba. Kedua kakak tiri Cinderella berdandan secantik-cantiknya dan mengenakan gaun yang sangat bagus. Tak lama, mereka semua pun berangkat ke istana, meninggalkan Cinderella yang hanya bisa menangis di kamarnya. "Aku ingin ke istana, tetapi aku tidak bisa pergi dengan baju kotor seperti ini," ucapnya lirih.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara, "Cinderella, berhentilah menangis." Suara tersebut berasal dari seorang peri yang menatap Cinderella dan tersenyum ke arahnya.

"Cinderella, aku akan membuatkan gaun mewah dan sepatu kaca untukmu. Pergilah ke istana dan bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal ini," ucap sang peri.

Ternyata tikus-tikus tadi berubah menjadi empat ekor kuda, dan kadal-kadal berubah menjadi dua kusir. Peri pun kembali menyulap sebuah labu kuning menjadi kereta kencana, yang menjadi kendaraan Cinderella menuju istana.

Sebelum pergi, sang peri berpesan, "Cinderella, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam berhenti. Karena itu, pulanglah sebelum lewat tengah malam."

Setibanya di istana, semua mata pengunjung tertuju pada Cinderella yang cantik dan anggun. Sang pangeran juga terkagum-kagum menghampiri Cinderella. Ia pun mengajak Cinderella berdansa. Karena bahagia berdansa dengan pangeran, Cinderella lupa pesan sang peri. Jam mulai menujukkan pukul 12 malam, dan lonceng pun berdentang.

"Maaf, Pangeran saya harus segera pulang,” kata Cinderella sambil berlari ke luar istana menuju kereta. Akibat lari terburu-buru, sepatu kaca Cinderella terlepas dari kakinya. Sepatu itulah yang ditemukan pangeran di halaman istananya. Pangeran yang telah jatuh cinta pada Cinderella, meminta para pengawal mencari Cinderella ke seluruh pelosok negeri.

Semua gadis diminta mencoba sepatu kaca tersebut untuk mencocokkannya dengan kaki mereka. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderella. "Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini,” kata para pengawal.

Kedua kakak tiri Cinderella pun mencoba sepatu tersebut, akan tetapi sepatu itu terlalu kecil di kaki mereka. Pengawal yang melihat Cinderella, memintanya menjulurkan kaki untuk mencoba sepatu tersebut. Ternyata, sepatu tersebut sangat pas di kaki Cinderella. Akhirnya Cinderella menikah dengan pangeran. Mereka pun tinggal di istana dan hidup bahagia.

Dongeng anak sebelum tidur ini mengandung pesan moral agar kita selalu bersabar saat menghadapi cobaan dan jangan berputus asa.

Alkisah ada seorang gadis cantik dan baik hati bernama Cinderella. Sejak tinggal bersama ibu tirinya dan dua bibi tirinya, Cinderella telah dilecehkan dan diberi banyak pekerjaan rumah. Sementara ibu tirinya dan dua saudara tirinya hanya bersantai, sambil menyuruh Cinderella untuk membersihkan rumah.

Suatu hari, pangeran di negara tempat mereka tinggal, mengadakan pesta untuk mencari pengantin wanita. Semua wanita di negara itu diundang, termasuk Cinderella dan dua anak tirinya. Sayangnya, Cinderella tidak diizinkan pergi ke ibu tirinya.

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Dua saudara tiri Cinderella berpakaian sebaik mungkin dan dalam gaun yang sangat indah. Tak lama, mereka semua tiba di istana, meninggalkan Cinderella menangis di kamarnya. "Aku ingin masuk istana, tapi aku tidak bisa keluar dengan pakaian kotor seperti ini," katanya lembut.

Tiba-tiba sebuah suara berkata: "Cinderella, berhentilah menangis." Suara itu datang dari sosok peri yang melihat Cinderella dan tersenyum padanya.

"Cinderella, aku akan membuatkanmu kostum dan sepasang sandal kaca. Pergi ke istana dan bawa empat tikus dan dua kadal ini," kata peri.

Tikus berubah menjadi empat kuda, kadal berubah menjadi dua kusir. Peri memasukkan labu itu lagi ke dalam kereta emas, yang menjadi kendaraan untuk Cinderella pergi menuju istana.

Sebelum pergi, peri berkata: "Cinderella, efek mantra ini akan hilang setelah bel jam 12 malam berbunyi. Jadi kembalilah sebelum tengah malam."

Sesampainya di istana, semua mata pengunjung tertuju pada Cinderella yang cantik dan anggun. Pangeran juga terkejut saat mendekati Cinderella. Dia juga mengajak Cinderella untuk menari. Karena saat menari bahagia dengan pangeran, Cinderella melupakan pesan dari peri. Jam mulai menunjukkan pukul 12 malam dan bel berbunyi.

"Maaf, Pangeran, saya harus pulang lebih awal," kata Cinderella sambil berlari keluar istana menuju mobil. Setelah berlari cepat, sepatu kaca Cinderella terlepas dari kakinya. Sepatu ini ditemukan oleh pangeran di halaman istananya.

Semua gadis diundang untuk mencoba sepatu kaca yang serasi dengan kaki mereka. Hingga akhirnya para penjaga tiba di rumah Cinderella. "Kami mencari seorang gadis yang kakinya cocok untuk sandal kaca ini," kata penjaga itu. Kedua putri tiri Cinderella juga mencoba sepatu itu, tetapi sepatu itu terlalu kecil untuk kaki mereka. Mereka melihat Cinderella, memintanya untuk berdiri di atas kakinya sendiri untuk mencoba sepatu. Rupanya, sepatu ini sangat pas dengan kaki Cinderella. Akhirnya Cinderella menikah dengan pangeran. Mereka juga tinggal di istana dan hidup bahagia.

Cerita pengantar tidur anak mengandung pesan moral agar kita selalu sabar menghadapi tantangan dan pantang menyerah.

Berikut adalah kumpulan dongeng untuk anak-anak dengan cerita  lucu, romantis dan bermakna. Selamat malam, semoga mimpi indah!
 
Waktu, Aku Rindu

Waktu, Aku Rindu

Kamu pasti sudah sering mendengarnya, waktu adalah uang. 
Aku setuju, karena waktu tidak bisa dibeli, apalagi waktu bersama orang-orang yang disayangi.
Aku juga setuju pada ungkapan "yang tidak akan kembali adalah waktu."
Iya, memang benar waktu tidak akan kembali.
Berbeda dengan kamu, mungkin saat ini pergi dari dekatku, tapi esok atau lusa bisa saja kembali.
Karena seperti sepenggal lirik lagu dari Langit Sore : memahami hatimu tak akan cukup usiaku.
Waktu Aku Rindu Tertawa
 
Lalu, apakah aku sudah menggunakan waktu sebaik-baiknya?
Belum, aku bahkan lebih banyak menyia-nyiakannya.
Hingga sewaktu-waktu ingin rasanya memutar ulang waktu, me-resetnya seperti setelan pabrik di ponsel.
Ya, bisa kembali ke waktu pertama kali aku membelinya.
Sayangnya aku tak bisa melakukannya.
Karena waktu tidak pernah bergerak mundur sekalipun jarum jam di rumah kamu putar ke belakang.

Waktu tetaplah waktu, terus berjalan walau terkadang ingin kuhentikan, ingin kubuat melambat.
Dia tetap saja bergulir, dari detik ke menit, menit ke jam, jam ke hari, hari ke minggu.
Minggu ke bulan, bulan ke tahun.
Seperti tahun ini yang sangat cepat berlalu.
Hanya tersisa dua bulan saja untuk berganti tahun.
 
Lalu apa saja yang sudah kulakukan?
Sudahkah semua berjalan seperti rencanaku?
Entahlah, aku merasa ada banyak waktu yang terbuang.
Ada menit demi menit yang kuisi hanya dengan tangisan, kemarahan, kepedihan.
Ada rasa frustrasi dan menghakimi diri sendiri yang masih saja bergulir dari waktu ke waktu.
Ada rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi kalau kata lirik lagu Iwan Fals
 
Kalau kata Element : waktu terus berlalu, tanpa kusadari yang ada hanya aku dan kenangan.
Tapi di sisi lain aku pun sadar, aku tengah belajar : waktu ke waktu perlahan kurakit egoku seperti penggalan lirik lagu Fourtwnty.
 
Ya, pada akhirnya walaupun banyak sekali waktu yang terbuang, terasa melahirkan banyak kesalahan dan terasa menyakitkan ...
Namun setidaknya, dari sanalah aku belajar. Belajar untuk mengelola emosi.
Belajar lebih mandiri, belajar menerima kesalahan dan kesulitan.
Belajar memahami situasi.
Belajar melepaskan.
Belajar menghadapi rasa takut.
Termasuk takut untuk pulang.

Aku cuma rindu, rindu pada waktu yang katanya bisa menyembuhkan luka.
Rindu pada hari-hari di mana tawaku tak hanya sebatas emoticon di pesan chat
Rindu pada saat-saat tak dihantui rasa takut.

 
 

Hello August

Hello August

Tidak terasa setengah tahun lebih di 2020 sudah terlewati.
Rasanya waktu begitu cepat berlalu.
Rasanya baru kemarin ada yang menyapa lalu tiba-tiba pergi.
Ya, seperti itulah yang terjadi pada diriku.
Semua orang berlalu-lalang sesuka hatinya.
Tanpa peduli apa yang mereka tinggalkan
Luka, luka yang kecil.

Luka yang tak berdarah namun sakitnya lebih parah.
Ah, inilah akibatnya jika aku menjadi manusia yang terlalu perasa.
Atau malah terlalu mudah mengagumi seseorang.
Jadi sebenarnya bukan salah mereka yang pergi.
Tapi aku yang terlalu berharap. Pada sesuatu yang semu.
Pada bayangan yang sudah jelas tidak akan membentuk apa pun.
 
Hello August Be Better Ya
 
Kau tahu, di penghujung bulan Juli kemarin aku menangis hebat. 
Tangis yang bisa dibilang seperti hujan di tengah kemarau panjang.
Aku kecewa, pada siapa.
Pada diriku sendiri yang tak mampu memenuhi harapan orang-orang di sekitarku.
Pada diriku yang mungkin progres dalam hidupnya sangat lambat.
Lebih lambat dibandingkan siput berjalan.
Hingga membuat orang-orang merasa gemas dan berusaha untuk selalu mengingatkanku.

Mengingatkanku pada hal yang justru membuatku kembali berpikir negatif.
Kembali membandingkan diri dengan orang lain, setidaknya yang sebaya denganku.
Menyalahkan diri sendiri, marah pada diriku sendiri.
Marah yang tak bisa kukeluarkan sepenuhnya.
Marah yang pada akhirnya berubah menjadi hujan air mata.
Hujannya lebat.
Hujannya berlangsung cukup lama.

Hujan yang menyadarkanku bahwa aku juga lelah.
Aku juga ingin sekali saja dalam hidupku bisa memenuhi harapan orang lain.
Aku juga ingin mendapatkan segala hal yang kumau tanpa mengecewakan orang lain.
Aku ingin semuanya berjalan seperti inginku.
Sayangnya tak bisa begitu.
 
Hello August, can you bring me to another place?
Bisakah bulan kelahiranku ini membawaku pada hal-hal menyenangkan?
Yang bisa mengobati semua luka kemarin.
Aku harap Agustus bisa melakukannya.
Aku berharap aku bisa menjadi versi diriku yang lebih baik.
Aku berharap semoga apa pun yang belum selesai bisa kuselesaikan secepatnya dan sebaik-baiknya.

Tak lupa ku berterima kasih pada bulan-bulan sebelumnya, juga pada DIA yang selalu punya skenario tak terduga untuk hidupku.


Selfie Untuk Kembalikan Semangat

Selfie Untuk Kembalikan Semangat

Berhari-hari aku diam, rasanya tak ingin beranjak dari tempat tidur. Bukan, bukan karena mengantuk. Aku tidur dengan cukup, lebih dari sekadar cukup malah. Namun tetap saja, yang kurasakan saat terbangun hanyalah rasa sakit dan lemas di sekujur tubuh.

Kelopak mata pun terasa enggan diajak kerja sama. Jangankan menulis atau membaca, main game dan streaming film yang biasanya menjadi favoritku saja aku kehilangan selera. 

Sungguh ini menyebalkan!

Aku ini maunya apa. Kenapa malas sekali. Kenapa jadi begini. Kamu tidak boleh terus-terusan begini. Ayo bangun, ayo lakukan apa pun yang kamu sukai dulu. Tinggalkan saja dulu perkara menulis, dan lainnya. Kamu mungkin butuh jeda. Selayaknya kata dengan spasi. 

Buat camilan, mewarnai, baca buku, atau foto selfie? Pilih saja salah satu. Ayo bergerak.

Isi hati dan kepalaku bergulat hebat selama hampir setengah jam. Hingga akhirnya, dengan satu kali helaan napas ... aku memilih untuk mengambil foto selfie sebanyak dan selama yang aku inginkan. Ya sekurang-kurangnya sampai ada pemberitahuan "memori penyimpanan hampir penuh."


Pemanasan


Selesai mandi aku mulai mengoleskan pelembab wajah, sunscreen, dan sedikit BB Cream. Ah ya, sambil mengecek barang kali para pelindung wajah dari efek negatif UVA/UVB ini sudah ada yang kadaluwarsa. Untungnya belum kadaluwarsa, masih bisa dipakai 1-2 bulan lagi. 

Selesai meratakan krim-krim tersebut pada wajah ditambah sedikit sapuan bedak dan lipstick, aku pun mulai memilih kerudung untuk dikenakan. Pilihan yang kembali jatuh pada warna abu-abu.

Selfie Untuk Bersenang-senang dan Kembalikan Semangat

Entah kenapa sejak beberapa tahun aku lebih suka warna abu-abu dibandingkan warna lainnya. Entah suka tanpa alasan, atau sebenarnya aku menyukai warna ini atas dasar apa yang belakangan kualami memang abu-abu. 

Seperti perasaan yang sulit dijelaskan, atau orang-orang yang tiba-tiba datang kemudian pergi sesuka hatinya. Eh apaan coba ini tuh. Udah sekip!

Persiapan


Indikator baterai ponsel aman, lampu belajar hidup, tripod mini ada, cermin kecil, dan barang yang bisa membuatku lebih berekspresi. Ya, semua ada. Semua siap. Ayo setting timernya dulu yang lima detik aja. 

1,

2,

3,

Mari coba cek terlebih dulu apakah posisinya sudah pas, tanganku mudah untuk mengetuk tombol kamera dan timernya cukup. Apakah cahayanya tidak terlalu silau. Lalu cermin, apakah ku bisa melihat ada aku di sana. Ya, ya, semua sudah siap. Ayo mulai.

Ekspresi Favoritku


Aku punya tiga ekspresi favorit, setidaknya sejak tahun 2010. Karena sebelum tahun itu, aku enggak pernah percaya diri di depan kamera. Ekspresinya ancur-ancuran. Foto raport pas kelas 1 SD malah ada drama kumenangis membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku. Walau hasil fotonya enggak sehancur foto di e-KTP sih. Itu mah enggak ada tandingannya. Udah muka serius, kelihatan garang banget pula. Dahlah

Di masa-masa sekolah fotoku juga banyak failed-nya sih. Seringnya bukan lihat ke kamera eh malah tungkul. Senyum juga enggak berani kelihatan gigi entah mengapa. Dan jiwa suka fotoku menjadi-jadi pas masuk poltek. Di mana ada partner yang suka foto juga soalnya hahaha.

Ambil Selfie Untuk Kembalikan Semangat Yang Mengendur

Jadi ekspresi favoritku adalah senyum kelihatan gigi walau giginya gak bagus dan berkarang gigi, masang muka boloho enggak terlalu lihat ke kamera, dan  senyum sambil menutup mata. Ini bukan menutup mata dalam artian meninggal ya gengs, tolong.


Memegang Suatu Benda


Selain ekspresi favorit, aku juga lebih suka pegang sesuatu saat berfoto. Selain biar enggak hampa terasa hidupku tanpa dirimu. Alasan lainnya biar cahaya yang kena ke wajahku enggak terlalu terang. Terutama saat proses fotonya pakai bantuan lampu belajar. Iya, aku emang enggak modal. Silakan kamu hujat aku sesuka hatimu.

Benda yang kupegang biasanya random sih. Kadang kamera jadul punyanya mama hadiah dari bapak. Kadang juga buku, ilalang kering yang kuambil dari pinggir jalan, boneka, dan terakhir kunyoba sambil pegang brush. 

Hasilnya, hasilnya ya begitulah. Hasil perpaduan kamera belakang yang lebih banyak dipakaikan timer. Kamera depan ponselku kurang mumpuni soalnya. Yang pasti, setelah ambil foto selfie ini semangat dan mood-ku jauh lebih baik. Dan ternyata wajahku yang B aja ini kalau kata warga net, saat sedang senyum lumayan manis juga. Kemudian #dikeplakpanci sama orang-orang.

Selain itu, ku juga jadi sadar kalau bagian kulit wajah perlu lebih diperhatikan. Karena selama beberapa bulan terakhir aku jarang cuci muka pakai face wash, jarang pakai pelembab, sekip sunscreen, dan tidur enggak teratur. Belum lagi pola makan dan apa yang dimakan lebih banyak enggak sehatnya ketimbang sehat.

Hasilnya ya ditemplokin lagi komedo di sekitar pipi, hidung dan jidat eh kening.  Terus sadar juga pipi mulai mengembang kembali seperti roti yang diberikan baking powder.

Dahlah kuakhiri saja postingan enggak berfaedah kali ini. Tapi kegiatannya membuatku bahagia. Kalau inget kalimat "membuatku bahagia," berasa ingat stiker di salah satu web browser deh.
Akankah Aku Tenggelam

Akankah Aku Tenggelam

Aku tidak menyadari bahwasannya kekacauan ini telah berlangsung cukup lama.
Kekacauan yang kubuat akibat terlalu menjadi orang yang perasa.
Hingga aku melakukan kesalahan yang sama, yang pasti akan membuat orang lain muak.
Kesalahan yang pada akhirnya membawaku kembali pada suatu titik.
Titik di mana aku tak tahu harus berbuat apa untuk memperbaiki semuanya.
Titik yang membawa rasa percaya diriku jatuh begitu dalam.
Titik yang membuat tangisku tak kunjung reda.


Pada titik ini terkadang kurasakan kesunyian mencekam ...
Sunyi, sangat sunyi hingga aku enggan berbicara dengan diriku sendiri.
Namun tak lama kemudian, kesunyian itu bisa berubah menjadi kebisingan yang memekakan telinga.
Sakit! Aku tidak tahan!
Perlahan, saat semuanya tenang, aku seolah mendengar bisikan.
Ada yang memintaku untuk berjuang dan terus bertahan, ada pula yang memintaku untuk mengakhiri segalanya.
Segala kekacauan, kekecewaan, kepahitan dan seluruh rasa yang tak pernah kuinginkan.

Mana ... mana yang harus kupilih.
Aku tak bisa memutuskan, lebih tepatnya belum bisa memutuskan.
Hingga tak terasa guyuran hujan tangis dan penyesalan sudah menguasai setengah dari diriku.
Setengah dari diriku sudah tenggelam.
Aku berusaha menggapai apa pun yang mungkin bisa menyelamatkanku.
Dan sekarang, satu-satunya yang bisa kugapai hanyalah sebuah harapan.

Entahlah, aku tidak tahu berapa lama aku yakin akan "harapan," ini.
Akankah ia menyelamatkanku, atau justru membuatku tenggelam sepenuhnya dalam kubangan dari hujan air mata yang belum juga mereda.
Dibangunkan Jeritan di Pagi Hari

Dibangunkan Jeritan di Pagi Hari

Waktu sekolah dasar (SD), jarak antara sekolah ke rumah hanya sekitar 15 meter. Jadi dengan jalan kaki pun bisa ditempuh dalam waktu kurang dari lima menit. Kalaupun bangun kesiangan enggak jadi masalah, kan dekat. Malah setiap waktu istirahat aku akan pulang ke rumah buat nonton tayangan Teletubbies di Indosiar kala itu. Pokoknya sekolah dekat rumah itu enggak berat diongkos dan mau datang pagi atau pas-pasan jam masuk pun enggak masalah. Mulai berbeda ketika masuk SMP.

Ya, kalau waktu SD bisa tidur lagi setelah sholat subuh, lain cerita saat sudah SMP. Jam bangun, mandi dan berangkat sekolah jadi berbeda, harus ngongkos pula. Maka dari itu, mama memberikanku sebuah benda yang akan menjerit nyaring di pagi hari. Yang mana enggak berhenti menjerit selama bermenit-menit lamanya. Maaf ya ini bukan jeritan yang berasal dari makhluk tak kasat mata. Ini adalah jeritan yang berasal dari jam weker.

Jadi, semenjak masuk SMP mama memberikanku sebuah jam weker. Bukan yang bunyinya kriiing tapi tinit-tinit gitu lha. Bentuknya juga lucu-lucu, dan yang aku unggah di sini merupakan jam weker terakhir yang kupunya. Berbentuk rumah-rumahan. Soalnya sebelum yang ini ada 2-3 jam weker yang udah rusak. Yang ini masih kusimpan karena masih bisa dipake sih. Walahpun sekarang udah enggak kupake, karena jam tidur ancur-ancuran dan udah ada alarm hape.

Dulu, jam weker ini sangat membantu untuk membangunkanku di pagi hari, sebelum adzan subuh. Tinggal diputer aja itu jarum yang beda warnanya ke waktu yang diinginkan. Sama seperti halnya alarm hape, dia bisa terus membangunkan di jam yang sama, dengan catatan tombol on nya lupa diaktifkan sebelum tidur. Soalnya kalau on setiap waktu, dia bisa bunyi juga di jam bukan waktu bangun tidur, jam setengah 5 sore misalnya. Walau ya aku suka lupa sih, akhirnya suka kaget gitu kalau sore-sore bunyi jam weker. Apalagi kalau suasana lagi hening dan sendirian.

Ini sebenarnya merupakan blogpost yang lagi-lagi cuma nostaligia aja. Enggak tahu kenapa rasanya aku kangen masa kecilku, masa remajaku. Di mana tidur dan bangun tepat waktu. Kalau sekarang ya itu tadi berantakan. Dibangunkan alarm hape pun biasanya suka aku matikan dan tidur lagi.
Punya Header Blog Tanpa Beli - 2018

Punya Header Blog Tanpa Beli - 2018

Setelah kemarin aku kilas balik ke akhir tahun 2016, di mana akhirnya kubeli domain blog. Kali ini aku mau loncat ke akhir 2018. Ya, di penghujung tahun 2018 Blogger Perempuan menggelar tantangan menulis blog selama 30 hari, dan aku memutuskan untuk ikut. Ya gimana semua tantangan menulis 30 hari di tahun itu aku gagal semua. Jadi kubertekad yang ini harus berhasil. Dalam tantangan ini, setiap harinya para peserta harus menulis dengan tema yang berbeda. Salah satu temanya tentang target ngeblog di tahun 2019. Tentunya dengan penuh semangat 45 aku menuliskan targetku yang hasil akhirnya belum sesuai harapan. Terutama untuk bagian menulis artikel minimal 3 kali dalam seminggu. Aku masih semaunya aja itu nulis blogpost. Sampai domain authority terjun bebas.

Namun, dibalik target-target yang enggak tercapai, juga kesedihan karena domian authority terjun bebas padahal naikinnya susah, ada juga dong target yang tercapai. Bisa dibilang ada yang kebetulan dan kejutan juga. Apa coba. Itu lho, aku kan menuliskan target blogging di tahun 2019 ingin blognya punya header yang lucu kayak punyanya blogger lain. Ya setidaknya lucu menurutku pribadi, kan beda orang selera lucu dan lainnya berbeda juga. Nah, aku yang enggak bisa ngegambar apalagi secara digital tentunya harus beli kan dari orang lain. Terkadang ada hal-hal yang memang harus dilakukan oleh ahlinya. Enggak bisa memaksakan diri untuk hal yang enggak bisa dikuasai. Soalnya pernah mencoba bikin sendiri tapi hasilnya amburadul.

punya header blog tanpa beli
Maka dari itu,

Akupun bertekad untuk menabung sedikit demi sedikit dari hasil ngeblog. Namun, tanpa diduga-duga ada sebuah e-mail penawaran kerja sama gitu. Yang timbal baliknya aku bisa memilih mau dibuatkan header blog, logo dan tiga pilihan lainnya.  Sungguh rezeki yang enggak diduga  kan gengs. Aku senang sekali sekaligus terharu, keinginan punya header blog beserta logonya bisa terwujud lebih cepat. Dari penawaran tersebut, aku tentu nya lebih memilih header blog dan logo. Jadi, setelah tugasku selesai, aku langsung deh mengutarakan maunya headerku begini melalui kata-kata, logonya begitu. Lha jadi judul lagu Numata dong Begini Begitu. #okesekip.

Seminggu apa dua minggu kemudian (lupa tepatnya, males cek email lama), header dan logonya udah jadi dong.  Mau nangis rasanya saking bahagianya aku kala itu. Keduanya dikirim lewat balasan email. Hasilnya ku suka karena sesuai dengan yang kuinginkan. Dari mulao warna sampai detail pernak-perniknya. Header yang masih terpasang hingga saat ini. Dibuatkan oleh tim Canva. Tahu kan situs dan aplikasi Canva. Tempat yang menyediakan bermacam-macam gambar sampul yang kece. Sampai membuat CV aja bisa lho. Makanya enggak salah deh kalau hasil header dan logo yang kuinginkan juga kece. Terima kasih banyak Tim Canva. Blogku tanpa headermu ya masih gitu-gitu aja, hanya sebaris nama blog.

logo gilang galing's blog

Eh ya jika ada yang memperhatikan, header sama logoku dominan ke warna merah, hitam dan putih. Sebab semakin ke sini, aku lebih suka ketiga warna tersebut ditambah abu-abu. Eh ya, inti dari curhatan kali ini adalah : akhirnya kupunya header blog tanpa mengeluarkan biaya. Awal Januari udah langsung kupasang. Logonya kujadikan foto profil blog setelah Google+ resmi ditiadakan. Jadi, mari berjuang untuk keinginan lainnya, semoga terwujud satu persatu dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pokoknya semua kan terwujud jika sudah waktunya gengs, atas seijin Tuhan. 
Akhirnya Beli Domain Blog 2016

Akhirnya Beli Domain Blog 2016

"Impian gue dikabulkan ketika gue hampir melupakannya. Mungkin keinginan gue yang lain pun akan begitu. Mimpi-mimpi gue bisa saja terwujud di masa depan. Saat sudah tiba masanya." - Hal 140 
(Petualangan Seperempat Abad - Haris Firmansyah)

Aku sengaja mengutip dari buku tersebut karena memang itu kutipan yang sungguh pas menggambarkan aku di penghujung tahun 2016. Serius aku enggak pernah menduga kalau keinginan saat masih sekolah dulu terwujud di akhir 2016 saat aku ikut giveaway kolaborasi tentang Pokemon dari teh nuniekkr.com dengan seseorang. Di mana ku sungguh enggak menduga terpilih sebagai juara pertama dan mendapatkan hadiah uang tunai. Uang tunai pertama dari blog. Ingin nangis rasanya.

Dari hadiah tersebut aku belikan domain gemaulani.com yang kala itu domain dot com sedang diskon akhir tahun. Jadi lebih hemat. Perpanjangannya mah ya gitu lha alhamdulillah masih ada aja rezekinya buat bayar. Harga domainnya 60 ribuan tapi ada biaya admin apa gitu ya aku lupa jadi total sekitar 80 ribuan. Sisanya aku pakai untuk beli perlengkapan membuat bunga-bungaan kertas. Boleh banget kalau kamu mau beli, atau lihat-lihat dulu di instagram @handmade.gemaulani #ngiklandikitbolehdong. Sungguh hadiah giveawaynya jadi penutup tahun 2016 yang super manis. Hari itu, 11 Desember 2016 kupunya domain atas nama sendiri. Nama singkatan sih.

Iya, jadi dulu waktu masih belajar membuat tugas HTML-PHP, ceritanya bikin desain situs dan situsnya bisa diakses lokal gitu buat tugas. Lalu kumembayangkan suatu saat punya situs dengan nama sendiri. Itu sekitar tahun 2012, akhirnya terwujud di penghujung 2016. Ku aja udah hampir lupa pernah meninginkan hal ini. Dari sini ku semakin percaya bahwa semua akan terwujud atau tiba pada masanya. Seperti kutipan pembuka blogpost ini.

akhirnya beli domain blog
Lalu kenapa akhirnya gemaulani.com bukan nama lengkapku saja. Jadi begini, nama lengkapku itu sering bikin orang yang belum kenal salah paham. Ya gitulah dikira laki-laki, mas-mas, bapak-bapak.  Padahal ku pernah pake template pink di blog ini aja tetep ada yang manggil abang wkwkwk. Udah gitu kalau aku cari di mesin telusur pakai nama lengkapku, yang muncul malah yang belakangnya pakai huruf "A." Ya udah akhirnya kupakailah username twitter yang sejak lama kujadikan nama pena. Ciee nama pena ciee, nulis aja amatiran  dan enggak kelar-kelar #menertawakandirisendiri. Terlanjur nyaman aja sih pake "gemaulani," yang kupakai juga di instagram. Biar pendek, tapi tetap aja sedikit kagok karena "ge," nya, banyak yang mengira begini "gmaulani." Gara-gara hampir semua media sosial kunamai gemaulani, di situlah banyak yang manggil aku "gema" #curhatyanglainlain.

Nah, saat sudah berhasil beli domainnya, begitu mau pasang ku sedikit pusing juga sih mengatur-aturnya. Untung ketemu tulisan teh larasatinesa.com tentang pengalamannya beli domain di tempat yang sama. Jadi, saat bingung pada salah satu pengaturannya, asli deg-degan takut salah. Akhirnya tanya teh Nesa deh dan ternyata pengaturannya udah selesai, tinggal nunggu aja 1x24 jam. Menunggu 1x24 jam yang rasanya begitu lama dong gengs. Enggak sabar aku itu.

Besoknya, alamat blog udah langsung berganti deh saat diakses. Luar biasa bahagia banget. Sampai kayak kurang kerjaan aja bolak-balik akses domain blog di browser #padahalemanggakadakerjaan.  Sampai lupa kalau kala itu ku begitu patah hati saat seseorang yang sejak lama kusukai ternyata udah menghitbah seseorang. Jadi semacam pelipur lara gengs. Oke, udah sih mau bercerita tentang salah satu keinginan yang akhirnya terwujud setelah aku udah hampir lupa. Semoga keinginan lainnya segera menyusul, aamiin.
Bayangan yang Perlahan Mengabur

Bayangan yang Perlahan Mengabur

Aku membiarkan mataku terpejam selama yang kuinginkan
Hingga cahaya terang itu tersorot ke seluruh tubuhku
Akupun tak kuasa untuk tak membuka mataku secara perlahan
Sangat perlahan hingga mirip semuanya tampak seperti slow motion

Di hadapanku ada dia, sosok tinggi yang rupanya tak pernah berubah
Yang pernah menyapaku tahun lalu, kemudian menghilang
Sebenarnya tidak hilang, hanya saja tak lagi saling menyapa
Kali ini dia datang kembali membawa kebahagiaan yang tak kuduga
Entahlah dia yang memang membawa kebahagiaan
Ataukah aku yang memang sedang berharap seseorang datang untuk mengisi kekosongan di relung hati ini


Aku benar-benar bahagia menerima dan membalas pesannya
Padahal itu pesan yang biasa saja, seharusnya
Namun tampaknya hatiku tak bisa bersikap biasa saja
Aku bahkan jadi menantikan setiap pesan darinya
Sungguh hati ini tak bisa kukendalikan

Aku bahkan diam-diam merasa senang saat dia menelepon
Padahal aku benci ditelepon sejak seseorang yang sering bicara denganku meninggalkanku saat lagi sayang-sayangnya
Aku bahkan tak menutup teleponnya meskipun dia tertidur
Aneh memang, atau bahkan bodoh
Entahlah, aku tak berpikir seperti itu pada saat itu
Yang ada hanya perasaan senang
Senang yang sebenarnya sungguh semu

Hingga tiba pada titik aku tersadar
Dia terlalu pandai, terlalu sempurna untuk aku yang bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa
Akupun memutuskan untuk tak menepati janjiku pergi ke suatu tempat bersamanya
Itu terlalu mewah bagiku, tidak sepantasnya kudapatkan
Bahkan untuk sekadar status teman pun aku merasa tak pantas menjadi temannya

Lagipula dia sudah berbahagia pada saat ini
Menemukan seseorang yang satu circle dengannya
Yang bisa menghiburnya melalui tebakan-tebakan humor, di mana akupun ikut merasa terhibur
Memang ya kadang perasaan dan hidup bisa selucu itu

Namun aku tak bergurau tentang rasa bahagia dan aneh yang tak bisa kujelaskan telah tertuju padanya
Pada sosok yang kembali berubah menjadi bayangan
Bayangan yang perlahan mengabur, sangat kabur
Hingga ku tak bisa melihatnya lagi dengan jelas
Bagaimana wajahnya, suaranya, caranya menyapa melalui sebuah pesan

Ya, biarlah, biarlah bayangannya mengabur dalam pandanganku juga hidupku
Agar aku bisa menemukan bayangan lain, yang mewujud nyata
Tuhan Terima kasih Hari Ini Aku Masih Hidup

Tuhan Terima kasih Hari Ini Aku Masih Hidup

Aku tengah menatap layar ponselku saat tiba-tiba elf yang kutumpangi ngerem mendadak. Aku yang saat itu tidak berpegangan dan hanya memegangi tas dengan tangan kiriku pun akhirnya terlempar ke depan pintu. Aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Hanya kaget dan berusaha meraih tasku yang diambang pintu. Belum sempat terambil, elfnya sudah keburu melaju kembali. Tasku pun akhirnya terjatuh keluar dari elf. Berguling kemudian masuk ke kolong mobil yang melintas. Tergusur, masuk lagi ke kolong mobil lainnya.


Ku hanya bisa menatap tasku dengan nestapa. Berharap ia beserta isinya baik-baik saja. Tidak bisa berbuat apa-apa karena elfnya masih melaju. Untunglah beberapa penumpang berteriak meminta elfnya berhenti. Ya gimana, supirnya tak sadar kalau ada tas yang jatuh. Setelah elfnya berhenti akupun turun, belari-lari kecil menuju ke tempat di mana tasku berada. Teronggok di tengah jalan. Sungguh memilukan. Akupun dibantu oleh beberapa orang akang-akang yang ada di sana untuk mengambil tasku. Ada yang memberhentikan mobil yang tengah melaju, ada yang mengambilkan tasku. Ternyata orang-orang baik itu masih banyak ya.


Tasku ternyata robek di bagian saku kanannya dan juga bagian belakang, tepat di ujung kanan bawah juga. Benda-benda di dalamnya. Berkas salinan lamaran kerjaku jadi lusuh beserta amplopnya. Pulpen kehilangan kepalanya. Plastik yang membungkus skincare robek. Untunglah kartu-kartu, powerbank, skincare, botol tupperware dan payung baik-baik saja. Tak terbayang jika KTP dan kawan-kawannya patah atau bahkan remuk. Ku harus membuatnya ulang. Padahal ku ingin nanti saja ganti KTP nya saat berganti status dari belum kawin jadi kawin

Ternyata kejadian yang lumayan mengancam nyawa belum berakhir. Sorenya, sebelum maghrib, aku baru saja turun dari angkot bersama ibu-ibu. Yang entah ibunya siapa. Beliau mengajak menyeberang bersama. Akupun memilih posisi di sebelah kanan ibunya dan kumemegangi tangan kanan ibunya dengan tangan kiriku. Sementara tangan kanan memberi tanda kepada kendaraan-kendaraan untuk berhenti karena kami mau lewat. Permisiii! 

Saat sedang menyeberang kau tahu, tiba-tiba ada motor-motor dan satu mobil yang melaju kencang padahal tanganku masih memberikan tanda. Ibu yang kupegangi udah panik lho, udah istighfar gitu. Sementara aku masih memandangi sepeda motor dan mobilnya yang semakin dekat sambil terus berjalan menuju ke pertengahan antara jalan arah ke Garut dan ke Bandung. Ya gimana, mau mundur malah lebih bahaya. Lari juga sama. Apalagi ku nyeberangnya tak sendiri. Ya udah aku mah pasrah. Kalau emang itu mobil sama motornya tak mau ngerem, paling sialnya aku yang ketabrak duluan ya kan. Kan kuanggap itu sebagai takdir. Lagipula ini bukan kali pertamanya kumengalami begini. Maka dari itu ku tidak kaget. Cuma heran aja kenapa sih pengendara mobil dan motor itu suka ada yang egois sama pejalan kaki atau penyebrang. Apakah penglihatannya rabun jauh hingga tak bisa melihat ada yang sedang menyeberang. Terutama pengendara sepeda motor sih. Pengingat juga nih buat aku yang baru belajar mengendarai sepeda motor, nanti jangan egois ya kalau di jalan!

Itu motor ada dua yang tiba-tiba melaju kencang. Yang satu menghindar ke belakang tubuh kita, yang satu akhirnya ngerem beserta itu mobil mewah. Aku juga bodo amat lha mereka mau maki-maki sumpah serapah juga. Toh yang ngebut tiba-tiba mereka. Kita udah memberikan tangan sebagai tanda, dan beberapa kendaraan di sebelah mereka juga udah memelan. Jadi saat mereka hampir berhenti depan hidung banget, aku cepat-cepat menuntun ibu yang kupegang tangannya sejak tadi untuk segera ke batas pertengahan jalan. Kemudian menyeberang sekali lagi. Selesai. Terima kasih Tuhan, aku masih hidup hari ini. Padahal kadang lelah juga sama kehidupan ini dan terpikir untuk mengakhiri hidup karena berasa enggak ada gunanya.

Tertanda dari aku yang masih bernyawa dan bernapas hingga detik ini dan ingin bilang begini :

Dear pengendara mobil ataupun motor. Jalanan di Nagreg sampai Cileunyi itu emang paling enak buat ngebut. Terutama jalanan Nagreg yang banyak tikungan, tanjakan, dan turunan. Tapi tolonglah, kalau sekiranya kendaraan di depan memelan atau bahkan berhenti, coba jangan ngebut dulu. Karena biasanya kalau memelan atau berhenti itu untuk mempersilakan kami yang pejalan kaki untuk menyebrang dengan aman. Kami juga tak punya pilihan lain untuk menyeberang. Kalau ada pilihan jembatan penyeberangan ataupun lampu merah untuk pejalan kaki, tentu ku akan lebih memilih dua pilihan itu daripada menyebrang tanpa pengaman.

Jangan bilang kalian menyuruh kami menyeberang hingga kondisinya lengang. Atuh plislah, jalanan Nagreg ditunggu sampai lengang mah tak tahu sampai rumahnya kapan. Mungkin tengah malam. Mungkin dini hari. Aku juga sebenarnya malas untuk menyebrang, apalagi harus berhenti dulu di pertengahan jalan yang tempat berdirinya sempit. Kalau kendaraan yang melaju terlalu pinggir juga ya jadinya bisa selesai juga alias tak lagi bernyawa atau minimal masuk rumah sakit. Aku bahkan pernah tuh lagi nyebrang terus dada dipegang sekilas gitu sama pengemudi truk. Trauma banget rasanya dan ingin ku berkata-kata kasar tapi yang ada malah lemes dan nangis. Jadi setiap menyebrang kuselalu menempatkan tas di bagian depan tubuh atau kalau bawa kresek, kreseknya aku peluk. 

Tentu tak semua pengemudi truk begitu, dan tidak semua pengemudi egois. Malam kemarin saat aku pulang sekitar jam setengah sembilan malam, pengemudi truk mempersilakan aku menyebrang. Eh tahunya dari bawah ada elf sama mobil pribadi ngegas. Untung lebih dulu aku lari kepinggir daripada mereka maju.
Pengalaman Pertama Datang ke Pernikahan Mantan

Pengalaman Pertama Datang ke Pernikahan Mantan

Ini bukan kali pertama aku mendapatkan undangan pernikahan mantan. Termasuk undangan dari mantan. Sebelum ini juga udah pernah diundang. Dari diundang melalui pesan pribadi, tag di media sosial dan grup kelas. Enggak ada yang ngirim ke rumah karena para mantan enggak tahu alamat lengkapku sekalipun ada yang pernah mengantar pulang hingga rumah. Kalau dipikir-pikir yang tahu alamat lengkap ya kurir paket hahaha. Nah sampai di sini, aku enggak pernah membayangkan akan punya mantan di kelas yang sama saat sekolah. Walaupun begitu ku bersyukur sih, setelah hubungan berakhir, semuanya baik-baik saja. Tetap berteman. 

teman smk

Lalu mengapa ini jadi pengalaman pertama datang ke pernikahan mantan. Soalnya undangan-undangan yang sebelumnya enggak aku datangi. Bukan, bukan karena yang ini spesial ataupun aku masih punya perasaan lebih dan kemudian aku ingin menghancurkan pesta pernikahannya ya kali sinetron ah. Melainkan karena yang sebelum-sebelumnya aku enggak ada temen buat datang dan dulu itu aku masih diposisi tomboy bajuku semuanya t-shirt dan celana jeans. Ya masa ke undangan pakai jeans dan t-shirt. Padahal kalau dipikirkan saat ini, ya bodo amat! Yang penting nyaman aja, dan masih termasuk sopan karena tertutup kan.

Jadi aku kemarin ke nikahan mantan pakai apa. Pakai Gamis warna abu-abu yang setelah beratku turun beberapa kilogram itu gamis jadi tambah panjang. Kalau jalan harus sedikit diangkat biar enggak terinjak. Sepatunya pakai sepatu kasual karena ku sedang malas pakai higheels ataupun wedges apalagi naik bus ke Garut. Pulang-pulang pegalnya bisa sampai seminggu dua minggu. Kan males. Selesai dari undangan lanjut menengok teman yang baru lahiran. Di sanalah pertanyaan seseorang tentang perasaanku melihat mantan menikah terdengar.

Baca Juga : Merancang Pernikahan Impian

"Gilang, gimana perasaannya Idan, nikah?" *temen kepo

pernikahan mantan

Aku ketawa aja sih sambil bilang alhamdulillah. Aseli da aku mah malah seneng kalau mantan-mantan udah pada nikah teh. Alhamdulillah, itu artinya mereka udah menemukan tulang rusuk yang pas dan berproses menyempurnakan separuh agama mereka. Lagipula cerita cinta kami udah berakhir sejak masih duduk di kelas sebelas. Hubungannya juga enggak lama. Ku bahkan enggak inget itu putusnya tanggal berapa, bulan apa. Kalau kenapanya sih sepertinya aku yang bersalah lha jadi throwback.

Kemarin itu aku datang ngaret dari jadwal janjian bersama beberapa teman pria. Ya gimana yang perempuan mah banyak yang berhalangan hadir. Ada yang di luar kota, ada yang baru lahiran, ada yang kesehatannya baru membaik dan ada yang duluan. Coba itu aku mengulang kata "ada yang," nya berapa kali. Tapi kalau kamu menghitungnya pun enggak akan kukasih hadiah hehehe.


Aku udah sengaja datang ngaret karena berkunjung ke rumah salah satu sahabat dulu. Ya kan, sekali ke Garut, 2-3 tempat terkunjungi. Karena jarak Nagreg-Garut itu lumayan gengs. Belum sekarang mah eta Kadungora depan pasarnya sering banget macet. Oke sekip. Walaupun udah memasuki waktu ngaret tapi tetap aja aku yang datang duluan. Kan kzl. Sampai 30 menit itu manusia-manusia sukses belum datang juga. Akhirnya ya udah kumemutuskan untuk melangkah maju ke pelaminan (baca : salaman). Salaman sama keluarga mempelai duluan, mau lanjut eh ada sesi foto sama temennya dulu itu. Menunggulah aku di atas pelaminan untuk beberapa saat.

Baca Juga : Sebentuk Cinta Tak Termiliki

Akhirnya salaman juga gengs. Pertama salaman sama mantan yang bilang terima kasih udah datang dan nanya datang sama siapa. Sama barudak aku bilang, tapi belum datang hahaha. Lanjut salaman sama istrinya dan mengucapkan selamat. Lanjut salaman lagi sama keluarga mempelai dan turun menuju ke tempat makanan. Enggak ada perasaan canggung aka awkward kok saat salaman itu. Biasa aja karena udah sering salaman kalau ketemu di bukber, dan kondangan temen lain, termasuk sama istrinya yang sejak mereka pacaran emang sering ikut ngumpul. Jadi, salaman saat dia dan istrinya di pelaminan ya enggak ada bedanya dong.


15 menit kemudian barulah itu manusia-manusia sukses bermunculan. Lalu kumerasa jadi kurcaci dong di antara mereka yang rasanya kok makin pada tinggi ya. Apakah tubuhku jadi memendek. Eta terangkanlah. Aku akhirnya menunggui mereka selesai makan. Biar apa, biar nanti salaman pamitannya barengan dan foto bareng buat kenang-kenangan. Jangan salah, ini selalu dilakukan kalau kami pergi ke undangan teman.

Sambil menunggui mereka makan, ku langsung fokus mendengarkan hiburannya. Soalnya itu lagu-lagu yang dibawakan mengingatkanku pada saat bergabung dengan paduan suara (padus) di kampus 6-7 tahun yang lalu. Soalnya hiburannya bukan dangdutan. Aku jadi nostalgia sama lagu "Besame Mucho" dan "Quizas, Quizas, Quizas." Seketika jadi kangen nyanyi merusak kekompakan suara terutama alto bersama anak Padus angkatanku.

Setelah kembali bersalam-salaman dan foto bersama. Akhirnya kami merusuh di luar ruangan. Maksudnya kebiasaan foto bersama kumat. Disponsori oleh Go-Pro nya pemilik akun instagram @ellegeteme kan jadi tambah kumat. Ada video ucapan selamat juga sih yang kumelihat mukaku enggak banget itu sambil mengingat-ngingat nama kedua mempelai. Seriusan aku lagi fokus memikirkan sesuatu eh ditanya apa yang mau disampaikan untuk kedua mempelai. Ya ambyar susunan kata dalam kepalaku. Akhirnya malah enggak bisa menahan untuk tertawa.


Intinya sih, datang ke pernikahan mantan itu enggak pa-pa kalau kamunya udah enggak punya perasaan. Kalaupun masih punya perasaan juga enggak pa-pa kalau kamunya kuat dan enggak berniat buruk. Namun, jangan sampai pas salaman di pelaminan malah ambruk atau menangis di pelukan mantan. Bukan apa-apa sih, nanti yang malunya kamu sendiri apalagi kalau sampai viral. Eh tapi viral kan membawa berkah tersendiri ya gengs. Karena viral bisa menghasilkan cuan di zaman sekarang ini.

Oh ya satu lagi, pastikan juga diundang ya gengs. Kalau enggak ya untuk apa datang. Nanti jadi seperti lagu Tenda Biru dari Desi Ratnasari dong.

//Tak sengaja lewat depan rumahmu
Kumelihat ada tenda biru
Dihiasi indahnya janur kuning
Hati bertanya pernikahan siapa

Tak percaya tapi ini terjadi
kau bersanding duduk di pelaminan
Air mata jatuh tak tertahankan
Kau khianati cintaku ini

Tanpa undangan diriku kau lupakan
Tanpa putusan diriku kau tinggalkan
Tanpa bicara kau buat ku kecewa
Tanpa berdosa kau buat ku merana
....// 

Ini lagu jadul banget tapi aku suka saat mengetahuinya dari kakak senior di Padus. Sumber gambar dari akang @ellegeteme dan akang Asep.