15 Aug 2020
Nama Panggilan Untuk Kucing - Behind the Scene

Nama Panggilan Untuk Kucing - Behind the Scene

Beberapa waktu lalu ada yang katanya ingin bertanya kenapa aku memberikan nama panggilan untuk kucing seperti Gana dan Jibo. Namun, tak jadi bertanyanya. Ya aku pun enggak jadi menjawabnya. 

Eh malah jadi kepikiran, tulis ajalah di sini. Sebagai kenang-kenangan dan juga pengingat kalau udah setengah tahun ini aku enggak memelihara anak kucing lagi. Adanya kucing sepupu sama kucing lain yang datang dan pergi setelah dikasih makan.

Nama Panggilan Untuk Kucing

Ingin sih punya kucing lagi yang bisa diuwel-uwel, diajakin ngobrol, main, terus bobo bareng. Tapi aku masih enggak bisa nerima kalau kucingnya enggak panjang umur atau malah hilang. 

Efek patah hatinya itu lho panjang karena ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Oke sekip kenapa malah ngomongin ini. Mari ke intinya.

Nama Untuk Kucing Jantan dan Betina

Sejak masih kecil aku udah diperkenalkan dengan kucing dan akrab dengan hewan berbulu yang satu ini. Bahkan tidur sama kucing pun sering dilakoni. 

Bagiku kucing ini bukan sekadar hewan peliharaan, tapi udah kayak temen, atau adik kali ya. Bisa kuajak bercanda, nemenin aku sepanjang hari, pendengar yang baik kalau aku lagi curhat, dan suka nyaut kalau diajak ngobrol. Padahal mungkin aja dia nyaut karena kebetulan.

Dulu, nama panggilan kucing diulang-ulang beberapa kali. Kayak Emip dan Empus. Namun, seiring berjalannya waktu, aku dan ibu suka rundingan untuk menamai bayi-bayi kucing yang lahir ataupun kucing yang sering mampir ke rumah.

1. Dari waktu brojol / lahiran

Seperti namaku yang dominan laki-laki, dalam pemberian nama kucing pun akhirnya kami enggak memilah jenisnya apa.Untuk pilihan pertama, kami akan memberikan nama berdasarkan hari dan urutan mereka lahir, atau pertama kali mereka datang ke rumah (pernah dibawakan bapak seekor anak kucing soalnya)

Misalnya : Bosa. Bosa berasal dari kata rebo (baca : hari rabu) dan isya. Lalu ada juga Dasa yang merupakan singkatan dari datang sadu (baca : sendiri). 

Di mana saat Dasa melahirkan 3 anaknya kami beri nama Boci (Rebo cikal), Bongah (rebo tengah) dan Bosu (rebo bungsu). Ada juga Sesa dan Seri.

Walaupun udah dikasih nama panggilan, kami kadang manggilnya suka diplesetin sih. Kayak oci, bonai, otu atau kotu, ceca, ceri. Akhirnya kayak manggil manusia juga kan. Pernah sih ada trio Iid, Dul, Pipit juga. Mereka lahir saat idul fitri.

2. Berdasarkan jumlah dan juga warna bulu

Selain waktu brojol dan kedatangan, kami pun memberikan nama berdasarkan jumlah dan warna bulu. Jumlah di sini maksudnya dia lahir sendiri atau punya saudara. 

Seperti Buci (Abu-abu cikal) yang kami plesetkan jadi Burci dan Busu (abu-abu bungsu) jadi Burcu. Lalu Ciput (Cikal putih) jadi Tiput atau Entip dan Ngahput (Tengah putih) jadi Nanai. Ini dilihat setelah mereka lahir beberapa hari. Kalau saat udah besar warnanya agak beda, ya sudahlah.

Ada juga yang kami panggil sapatu karena kakinya kayak pakai kaus kaki. Sementara dari beberapa angkatan terakhir ada Saga (satu tiga), maksudnya dia sendiri, enggak bersaudara dan bulunya tiga warna. 

Jibo (hiji bodas) dan Gana (tiga buluna). Ya, walaupun Gana mirip Jibo, beda jenis kelaminnya aja. Gana jika dilihat-lihat punya warna bulu tiga jenis. Putih, hitam dan sedikit kecokelatan di dekat kepalanya.

Ya begitulah, kami kurang tertarik memberikan nama manusia ataupun hanya melihat dari bulunya saja. Kami lebih senang menggabungkan nama-nama untuk kucing termasuk yang sering ke rumah.

Namanya Jibu (hiji abu-abu) yang awalnya dia galak, lari kalau ketahuan menghabiskan sisa makanan kucing kami dan berantem sama Nanai. Sampai sekarang jadi bisa dielus juga dipangku.

Nama kucing unik ala warganet

Beberapa waktu yang lalu aku menemukan postingan netizen tentang nama kucing yang viral. Salah duanya adalah 'bisnis,' dan 'tokek.' Aku yang dicap pengangguran ini jadi kepikiran sih, besok kalau punya kucing lagi namain bisnis juga, biar bisa bilang kayak yang share pas ditanya sibuk apa. Sibuk bisnis. Atau namain buaya hahaha. Eh bercanda

Itu sih cara kami menamai kucing-kucing kami yang sudah tiada. Entah karena meninggal atau menghilang begitu saja. Kalau kamu biasanya menamai kucing gimana tuh prosesnya. Yuk sharing.

10 Dec 2019
Kehilangan Kedua di Tahun 2019

Kehilangan Kedua di Tahun 2019

Aku sungguh tak pernah suka dengan kata kehilangan. Karena kehilangan tak hanya menimbulkan genangan tapi juga kenangan yang tak pernah habis berputar dalam pikiranku. Hingga akhirnya bayangan-bayangan betapa menyenangkannya saat bersamamu datang silih berganti. Saat itu terjadi, maka bulir-bulir bening itu kembali meluncur di pipi. Lolos begitu saja tanpa bisa kutahan.

kehilangan kedua di tahun 2019

Awal tahun ini aku kehilangan Jibo, yang merupakan kakak laki-lakimu. Jibo memiliki bulu dengan warna yang sama denganmu. Bagiku, dia teman yang menyenangkan. Ah tidak, bagiku semua kucing yang ada di rumah itu menyenangkan. Hanya saja, anak kucing jauh lebih menyenangkan karena masih bisa diajak bercanda. Masih betah dipangku-pangku, masih betah di rumah dan menemani keseharianku. Maka dari itu ketika pertangahan tahun ini aku mendapati kamu terlahir ke muka bumi. Aku bahagia. Aku punya teman baru. Tambahan semangat baru untuk menjalani hari.

Aku dan Gana yang hilang

Kamu kuberi nama Gana. Namun kadang kalanya kami memanggilmu Nana. Kamu seorang anak kucing betina yang bertubuh lentur, dan berekor panjang. Sangat berbeda dengan kucing-kucing betina yang pernah kami miliki. Yang sama hanyalah saat bercanda. Kamu tak bisa membedakan kapan harus mengeluarkan kuku dan kapan tidak. Akhirnya saat bercanda atau bermain denganmu, selalu saja menimbulkan luka gores di bagian tubuh kami.

Gana si lucu

Dear Gana, selama enam bulan ini aku sangat terhibur dengan keberadaanmu. Kamu yang belajar pipis di closet tanpa kami ajari sungguh membuat kami bangga dan senang. Kamu yang selalu menemaniku saat tak ada orang di rumah. Yang eongannya sungguh tak mirip dengan kucing pada umumnya. Kamu paling senang jika sudah menemukan kardus kosong lalu meringkuk tidur di dalam sana.

Dear Gana yang beberapa minggu terakhir memilih tidur bersamaku di banding ibu. Terima kasih selalu membangunkanku kala memasuki waktu subuh. Kamu terbaik, tak pernah kehabisan cara untuk membuatku bangun. Aku tak pernah menduga jika malam senin kemarin akan menjadi malam terakhir kamu tidur bersamaku. Menampar pipiku pelan saat tubuhmu menggeliat dan meninggalkan bekas cakaran pada tangan saat kamu berusaha menangkap seekor nyamuk.

Gana di kardus

Aku akan selalu ingat setiap kali aku akan pergi ke luar rumah menggunakan sepeda motor, kamu akan naik di atas joknya. Berdiam di sana seolah tidak mengijinkanku pergi. Jika tak berhasil, maka kamu akan menghalangiku di depan pintu. Kamu sulit untuk diminta pergi kecuali aku menyalakan sepeda motornya. Ya, kamu hanya takut saat rangkaian besi itu mulai bersuara.

Entah kenapa selama beberapa hari terakhir kamu terlihat sangat lucu dan senang bermanja-manja entah padaku atau pada ibu. Tidak ada tanda-tanda kamu akan pergi pada siang itu. Di saat kami semua tak ada di rumah. Aku tak pernah membayangkan akan disambut pulang olehmu yang tak lagi bernapas, tak bernyawa.

Rasanya seperti mimpi buruk saat aku turun dari ojek. Melangkah menuju rumah. Tepat di depan pintu ibu memangkumu dan berkata : "Ugiw, da si Gana teh mati. Padahal tadi masih mama kasih makan siang sebelum mama kembali ke sekolah." Aku berusaha untuk tidak menangis. Sungguh berusaha keras untuk hal itu. Aku mendekatimu, mengusap-ngusap kepalamu. Kamu yang sudah tertidur pulas dan ku tahu tak akan pernah bangun lagi.

Abah yang pertama kali menemukanmu saat pulang. Kamu sudah tergeletak di tanah dengan mata terpejam, tak bernapas. Tidak ada tanda-tanda keracunan seperti Jibo yang mulutnya berlendir dan berbusa di hari terakhirnya. Tidak ada tanda-tanda luka atau darah karena tertabrak. Lalu kamu kenapa ...

Kenapa kamu pergi begitu cepat meninggalkanku di tahun yang sama di mana aku kehilangan Jibo. Kamu menjadi penutup tahun 2019 yang membuatku terluka, berduka. Aku kehilangan teman, kehilangan adik. Ya, bagiku kamu sudah seperti seorang adik yang selalu mengikutiku. Aku bahkan harus beberapa kali memotretmu agar kamu tak mengangguku saat mengambil beberapa foto produk. Ya, ada kalanya kamu benci untuk dipotret hingga memutuskan untuk pergi.

Kucing lucu

Gana, terima kasih sudah hadir dalam kehidupan kami, terutama dalam hidupku. Meskipun ini terlalu singkat, rasanya aku tak rela kehilanganmu. Gana, terima kasih telah memberikan penghiburan dan semangat untukku di tahun yang bagiku sungguh seperti menaiki roaller coaster. Berliku, menengangkan. Aku sungguh menyayangimu dan tak pernah membayangkanmu akan pergi begitu cepat dari hidupku.

Maafkan aku yang masih menangis kala melihat tempat-tempat di mana biasanya kamu berada. Maaf jika sebelum tidur aku selalu menengok ke arah pintu dan berharap kamu kembali mendatangiku. Terima kasih juga telah membuatku semakin sadar bahwa usia tak pernah ada yang tahu. Bisa saja setelah menulis ini untukmu, aku justru kehilangan diriku sendiri. Ya, aku juga tak pernah tahu sampai kapan aku akan berada di dunia ini. Aku sayang kamu selalu.

Aku akan merindukan saat-saat melihatmu berlari lincah ke sana-kemari. Sangat cepat hingga sulit dikejar. Aku akan merindukan saat-saat di mana kamu menarik-narik earphoneku saat sedang berbincang dengan seseorang pada malam hari. Aku tahu, sepertinya kamu memintaku untuk segera tidur. Aku akan rindu bagaimana kamu meminta agar cepat diberikan makanan. Tanganmu berusaha meraih piringnya. Aku juga akan rindu segala sesuatu yang menyangkut tentang dirimu. 
7 Jan 2019
Kehilanganmu Di 2019

Kehilanganmu Di 2019

Beberapa hari yang lalu, kamu berkelakuan aneh. Dari mulai tidur seharian, menghilang, muncul lagi dan kalau habis makan langsung pergi lagi entah ke mana. Namun, dua hari lalu, kamu menghilang selama satu hari satu malam.

kehilanganmu di 2019

Panik, sampai jam sepuluh malam, aku dan mama bahkan masih berusaha mencarimu, dilanjut paginya. Kamu tetap tidak ada. Kami pun pasrah. Hingga menjelang dzuhur, kamu pulang dalam keadaan terlihat lemas dan mulutmu kotor dan sedikit berbau. Aku berusaha membersihkannya. Kamu tidak mau makan, tidak mau minum. Dipaksa minum pun keluar lagi dalam bentuk lendir. Aku terus mengelapnya menggunakan tisu. 

Kamu berdiam diri di kamar mandi, tiduran, tapi tidak seperti biasa yang kamu lakukan. Lalu, menjelang ashar, kamu masuk sendiri ke dalam rumah, kamu sedikit bersuara, saat didatangi, kamu mendekat, dan tidur di dekat kakiku. Dan mama mengambilkan kain untuk alasmu tidur. Kamu tampak kesulitan tidur.

Sebelum magrib kamu kembali ke kamar mandi, dan pipis di sana. Selepas maghrib, kamu muntah cairan. Kamu diam lagi di lantai kamar mandi, lalu kupangku kembali ke alas kain untuk kamu tidur. 

Menjelang isya, badanmu kurasakan sudah sedikit mengeras, tidak lentur seperti biasanya. Kamu tidur, tapi mata sebelah kirimu sedikit terbuka meskipun sudah kucoba untuk menutupnya. Sambil elus-elus kamu, aku bilang,

Foto pertama dan terakhirmu di 2019

"Aku ingin Jibo sembuh, sehat lagi. Biar aku tetap ada teman. Tapi, kalau Jibo mau pergi, aku juga gak pa-pa. Aku ikhlas, Jibo pergi aja biar enggak sakit lagi. Aku enggak tega lihat Jibo begini."

Sekitar pukul tiga pagi, aku mau ke kamar mandi. Kamu sudah ada di atas kursi, ditutupi kain. Kamu sudah terbujur kaku. Seluruh badamu keras, dan sudah tidak bernapas. Aku tanya mama, katanya jam 12 malam, saat mama melihatnya. Kakimu seperti sedang menendang-nendang. Mungkin sedang melepaskan nyawamu. Dan lewat jam 12 malam. Kamu sudah pulang kembali pada pada-Nya.


Begitu singkat kamu bersama kami. Bulan ini, kurang lebih sepuluh bulan kamu bersama kami. Jibo, kucing yang paling nurut dan mengerti saat kami berbicara padanya. Hai Jibo, terima kasih telah hadir di rumah kami. Terima kasih sudah menjadi teman yang menyenangkan dan membuatku tertawa. Maaf, kalau selama ini kami, terutama aku banyak salah. Maaf, belum bisa memberikan yang terbaik selama kamu bersama kami.

Aku sudah ikhlas, tapi maaf masih menangisimu Bo. Sebelum subuh, aku bahkan memimpikan kamu hidup lagi. Lari-lari lagi. Aku akan merindukanmu, Bo. Suaramu, tingkahmu. Melihat kamu tidur, makan banyak, main di tanah yang masih basah sampai bulunya kotor, mangku kamu, tidur sama kamu.


Rasanya kamu masih ada di sini, Bo. Kamu tidur di sebelah aku macam anak bayi. Tidur di sandaran kursi, di atas televisi, di atas meja dapur, di dekat magic com, di kayu dapur, terus kadang kamu menunggu aku kalau lagi BAB, menunggu aku dan mama selesai sholat. Rasanya semakin sepi tidak ada kamu, Bo. Aku akan rindu gimana kamu suka menempelkan kedua tanganmu pelan di wajahku, Bo.

Mungkin, di pagi terakhir kamu makan dan pergi sembari beberapa kali mengeong, kamu berpamitan mau pulang ya, Bo? Hai Jibo, Hai Jibo, si kucing kecil ramah. Kamu pasti sudah bahagia sekarang.

Terima kasih Jibo, kepergianmu semakin mengingatkanku bahwa kematian itu begitu dekat. Tidak kenal usia, dan bisa mendadak.
8 Apr 2017
Memelukmu Dalam Mimpi

Memelukmu Dalam Mimpi

memelukmu dalam mimpi

Hari ini, malam ini ... tepat dua bulan kamu menghilang. Berulang kali dicari ke tempat biasa yang kamu kunjungi, kamu nggak ada, suara kamu nggak terdengar sama sekali. Dan selama dua bulan ini, suasana di rumah rasanya beda, ada yang kurang, ada yang kurindukan ... kamu.

Aku rindu, bercanda denganmu. Mengelus-elus kepalamu, mendengar suaramu, dibangunkan olehmu ... bahkan rindu gerakan kepalamu yang menyundul bunga kertas buatanku hingga botol yang kugunakan untuk menaruhnya terjungkal ke belakang bahkan beberapa kali terjatuh. Aku rindu berbicara padamu, rindu melihatmu melengos karena aku terlalu banyak bicara. Aku rindu, melihatmu meringkuk di salah satu sudut rumah. Aku rindu ditemani kamu saat tak ada orang lain di rumah. Aku rindu menggendongmu, memelukmu sembari mengajakmu bercermin.

Setiap detik aku berharap, kamu akan pulang. Mungkin kamu bukan yang pertama kali menghilang, tapi baru kamu yang menghilang dan membuatku terus terbayang. Bahkan kehadiranmu dalam mimpiku membuatku tak henti-hentinya berharap jika kamu akan pulang. Ya, pulang. Kuharap kamu pulang, kamu kembali. Kuharap, aku tak hanya memelukmu dalam mimpi, tapi kembali memelukmu secara nyata.

Buci, kuharap kamu masih hidup. Kuharap kamu baik-baik saja. Dan kuharap kamu menemukan jalan untuk kembali pulang. Karena aku rindu, semua rindu padamu. Buci, jangan lupa bangunkan aku di depan pintu, saat kamu ingin keluar, saat subuh menjelang ... seperti biasanya.

16 Mar 2017
Kucing Abu abu - Buciku

Kucing Abu abu - Buciku

Dibandingkan menulis kehilangan teman, aku lebih memilih kehilangan  tentang kucing abu abu bernama Buci. Dia yang biasanya mendengarkan aku bicara, walau sudah jelas ia tak bisa memberi saran ataupun menenangkanku. Setidaknya dia bisa menjaga rahasia dan kupeluk kapanpun aku mau. Tapi sekarang, sekarang dia tak ada. Menghilang entah ke mana, dan aku masih berharap dia kembali.

Baca Juga : Kamu Di Mana?

Aku masih berharap dia akan membangunkanku dengan suara cemprengnya, tepat di depan pintu kamar. Minta dibukakan pintu untuk masuk ke rumah. Bahkan mencakar-cakar bunga-bunga kertas yang kubuat. Tak mengapa asalkan dia kembali. Kembali menemani aku. Kembali membuat rumah ini ramai dengan suaranya.

kucing abu abu tua

Baca Juga : Memelukmu Dalam Mimpi

Buci, kucing abu-abu tua nyaris hitam kesayanganku yang baru berumur satu koma empat tahun. Yang telah menghilang selama satu bulan lewat empat hari. Kuharap kamu masih hidup dan baik-baik saja. Aku kehilangan dirimu, aku merindukanmu. Rindu bermain denganmu. Rindu mengusap kepalamu. Rindu menggendong dan memeluk kamu.
12 Feb 2017
Kamu Di Mana

Kamu Di Mana

Teruntuk kamu yang tak pulang sejak semalam.

Hai Buci, kamu di mana? Tidakkah kamu mendengar panggilan kami? Tidakkah angin menyampaikannya padamu? Kuharap kali ini kamu mendengar bisikan hatiku dalam surat ini ... untukmu.

Buci, sejak kemarin sore kamu tak pulang. Kamu melewatkan jam makan malam. Melewatkan tidur berbalut selimut seperti biasanya. Dan melewatkan waktu subuh untuk membangunkanku di depan pintu kamar.

Buci, kami mencarimu sejak pagi tadi. Tak henti-hentinya memanggilmu. Menanyakanmu pada para tetangga. Menelusuri gudang, karena takut kamu terperangkap. Hasilnya, kami tak juga menemukanmu. Tak ada yang melihatmu.

Buci, apa kamu tak lapar dan haus. Setelah melewatkan malam, pagi dan siang. Buci apa kamu tak merindukan rumah? Tak merindukan bermain dengan Saga? Buci, apa sesuatu yang buruk terjadi padamu? Kuharap tidak. Kuharap kamu baik-baik saja. 

Angin, tolong sampaikan panggilan kami untuknya. Tuhan tolong tunjukan di mana keberadaannya dan kirimkan Buci untuk pulang. Buci, jika kamu baik-baik saja ... kuharap kamu segera pulang. Kami mengkhawatirkanmu. Merindukan suaramu yang serak, yang terkadang kutertawakan. 

Buci yang pintar. Yang penurut ketika diberikan nasihat. Namun kadang mencari perhatian dengan cara menjatuhkan barang-barang dari atas meja. Buci yang senang masuk ke dalam kantung plastik. Buci yang tak henti-hentinya mengeong saat Bucu tiada. Buci yang lucu, buci yang diam saat dimandikan dan diberikan obat. Buci yang cemburu saat Saga dan Duti hadir. Buci yang kami sayangi.

Buci, kucing abu-abu tua yang kini menghitam. Yang mempunyai ekor melingkar. Buci yang pandai menangkap burung dari atas pohon. Buci yang membuatku merasa memiliki teman. Kumohon, kami mohon pulanglah. Kami menyayangimu. Rumah sepi tanpa adanya dirimu. Saga, Otu, Entip, dan Nanai pun menantimu pulang.


kamu di mana

Dari aku yang mengkhawatirkanmu.