26 Nov 2018
Dear Abang yang Entah Masih Di Mana

Dear Abang yang Entah Masih Di Mana

Dear abang, yang kelak menjadi imamku di masa depan. Abang harus tahu. Seharusnya hari ini ku membuat blogpost tentang 5 tempat makan favorit. Tapi ya, berhubung aku baru punya dua tempat aja nih Bang, mungkin nanti akan bertambah jika ku sudah bersama abang #ngarep. Maka dari itu, jadinya ku memilih tema yang lain. Yang bisa kutulis hari ini dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. 

dear abang yang entah masih di mana

Ya, aku memilih untuk menuliskan surat untuk seseorang. Dan kuputuskan untuk abang. Padahal sih sebenarnya ku sudah pernah menulis surat untuk abang juga. Tapi entah kenapa ku pengin menulisnya lagi dengan sedikit berbeda. Abang yang entah sedang apa dan masih di mana. Dirimu yang kelak ku cinta #jadinyanyi.

Duhai abang yang sosoknya belum terlihat hingga saat ini. Ataukah sebenarnya abang sudah dekat, sering kulihat secara tidak sengaja, namun akunya masih belum peka dan radar di antara kita masih lemah. Tapi ah, aku yakin, aku dan abang akan bertemu di waktu dan tempat yang tepat. Di mana masing-masing dari kita sudah siap untuk bersama, membangun rumah tangga dengan niat karena Allah. Bukan karena terus-terusan ditanya kapan nikah, kapan nyusul dan tuntutan keluarga. Walau mungkin pada akhirnya kita sama-sama terkejut karena nyatanya selama ini begitu dekat, hanya sekedipan mata.

Hai abang, walaupun ku belum tahu siapa namamu, di mana rumahmu, dari mana kau berasal. Aku yakin, kelak ku akan mencintaimu dengan setulus hatiku tanpa adanya rasa bosan. Aku juga yakin, abang akan membimbingku menjadi pribadi yang lebih baik lagi, di mata Allah, dan bila memungkinkan di mata manusia juga.

Abang, ku harap, apa pun masa lalu buruk yang kumiliki. Dan apa pun sifat jelek yang kupunyai, semoga abang bisa memakluminya. Karena ku akan melakukan hal yang sama. Mari kita saling memahami, menyayangi, mengingatkan dan memperbaiki diri bersama-sama. Agar kelak aku dan abang selalu bersama dalam suka maupun duka, tangis maupun tawa dan juga menua bersama hingga ajal tiba.

Abang, kelak ketika kita sudah bersama dalam ikatan halal tentunya. Ku pengin kita sama-sama meluangkan waktu untuk bercerita tentang apa pun. Dan ku harap abang bisa maklum dengan diriku yang senang meracau di blog, atau sekadar menulis caption panjang lebar di instagram. Aku berjanji tidak akan menceritakan apa pun tentang abang jika abang tidak memperbolehkannya. Kalau aku melanggar, bolehlah abang menggetokku dengan panci. Asal pancinya bukan panci cicilan ya bang muehehe.

Bang, cukup sampai di sini dulu suratku saat ini. Untuk hal-hal lainnya akan kusampaikan secara langsung ketika aku dan abang bertemu. Sampai ketemu abang. Ku takkan lelah menunggumu hingga akhir waktu.
14 Feb 2017
Jatuh Cinta Setiap Hari Bersama Pos Cinta

Jatuh Cinta Setiap Hari Bersama Pos Cinta

Teruntuk, @PosCinta dan seluruh pihak yang sudah terlibat.
    pos cinta

    Tak terasa, #PosCintaTribu7e hari ini berakhir. Ada perasaan sedih sekaligus gak rela. Tapi mau bagaimana lagi ... tahun ini @PosCinta hanya mengadakan menulis surat cinta selama tujuh hari.

    Tahun lalu, akhir januari 2016 ... untuk pertama kalinya aku mengetahui adanya @PosCinta dengan program #30HariMenulisSuratCinta. Program yang seru dan membuat hati plong. Bertabur hadiah, dan surat terpilih diposting di blog khusus. Mulanya aku tak tahu siapa itu bosse. Yang berada dibalik akun twitter @PosCinta. Dibalik program menulis surat cinta selama tiga puluh hari. 

    Akhirnya aku tahu, bosse itu adalah almarhum Om Mudin Em. Yang selalu menjaga #30HariMenulisSuratCinta menyenangkan. Kepergian bosse tahun lalu begitu mengejutkan dan menimbulkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengenalmu. Bosse pergi selamanya, kembali pada Sang Pencipta. Hallo Bosse, apa kabar di sana? Apa di sana menyenangkan? Tuhan, bosse orang yang baik. Berikanlah tempat terindah dan kebahagiaan yang tak pernah habis untuknya. Bosse, salam kenal dan mohon maaf dariku yang terlambat mengetahui tentangmu. Terima kasih karena tahun lalu aku merasakan di kring!kring! Surat oleh bosse.

    Lalu akupun bertanya-tanya. Apakah #30HariMenulisSuratCinta akan hadir lagi tahun ini? Setelah salah satu pendirinya tiada. Yang selama ini berada dibalik @PosCinta. Akhirnya pertanyaan itu terjawab. Di akhir januari kemarin, foto akun @PosCinta berubah dan kabar gembira datang. @PosCinta hadir lagi, hanya saja programnya 7 hari. Yang dinamakan #PosCintaTribu7e. Tak apa, yang pasti aku bahagia karena @PosCinta hadir lagi. Bosse juga bahagia kan?

    Ada bosse magang yang masih kutebak-tebak buah manggis. Masih penasaran siapakah bosse magang itu. Seperti halnya tahun lalu penasaran terhadap bosse. Dan ada dua kangpos baru. Aku dapet kangpos baru @dioxjep yang gak kalah baiknya sama kangposku tahun lalu @anakkopi. Kangpos yang walaupun kondisinya lagi drop tapi tetap mengantarkan surat-suratku , dan surat-surat para pencinta lainnya. Dua jempol buat kangposku @dioxjep.

    Terima kasih kepada bosse yang kini berada di sana. Di langit, bersama bintang-bintang. Terima kasih kepada @PosCinta yang selalu membuatku jatuh cinta setiap hari. Membuat perasaanku lebih lega. Terima kasih kepada semua kangpos, terutama @dioxjep yang kece. Terima kasih juga kepada bosse magang yang gak kalah seru. Yang beberapa kali kring!kring! Suratku. Terakhir, terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di belakang layar. Semoga tahun depan dan tahun-tahun berikutnya @PosCinta hadir lagi. Dan lebih dari 7 hari.

    Dari aku yang jatuh cinta setiap hari karena @PosCinta

    13 Feb 2017
    Perempuan Bermata Minimalis

    Perempuan Bermata Minimalis

    Teruntuk, perempuan bermata minimalis yang sebentar lagi jadi seorang ibu.

    Hai etet? Apa kabar? Semoga kamu selalu baik-baik di sana ya. Terakhir kita bersua, beberapa hari lalu, kan? Saat aku membalas pesan darimu melalui line. Kamu mengkhawatirkanku soal manusia yang satu itu. Yang sering kuceritakan padamu bahwa aku menyesal. Tenang, aku sudah menghapusnya dari dalam sini, hati. Walaupun kenangannya masih teringat sedikit. Seperti hari ini. Hari di mana empat tahun lalu aku menerima hadiah darinya.

    Hai etet, terima kasih karena selalu ada saat aku membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkan ceritaku, selain mama. Terima kasih karena tak pernah berubah sedikitpun walau kita jarang bertemu. Kamu, satu-satunya sahabat sejak SMA yang paling jago jaga rahasia. Yang paling dekat dan tak pernah menjauh.

    Hai etet yang akhir tahun lalu resmi melepas masa lajangnya dan tahun ini akan menjadi seorang ibu. Selamat menikmati kehidupan baru bersama orang yang kamu sayangi. Aku bahagia, karena etet yang sekarang lebih kuat dan berani dibandingkan etet beberapa tahun yang lalu. Yup, seperti pada surat yang kutuliskan tahun lalu untukmu, kamu harus berani menatap orang-orang disekelilingmu. Jangan biarkan mereka meremehkan kemampuanmu.

    Hai etet, kuharap aku bisa selalu menjadi salah satu sahabatmu sampai kapan pun itu. Kuharap begitu. Etet yang kalau ketawa atau senyum matanya tinggal segaris. Etet yang wajanya awet muda kayak baru mau masuk SMA. Etet yang baik hati dan selalu menyenangkan. Sampai bertemu lagi di lain kesempatan.


    Dari aku yang lagi-lagi mengaku sebagai sahabatmu.
    12 Feb 2017
    Kamu Di Mana

    Kamu Di Mana

    Teruntuk kamu yang tak pulang sejak semalam.

    Hai Buci, kamu di mana? Tidakkah kamu mendengar panggilan kami? Tidakkah angin menyampaikannya padamu? Kuharap kali ini kamu mendengar bisikan hatiku dalam surat ini ... untukmu.

    Buci, sejak kemarin sore kamu tak pulang. Kamu melewatkan jam makan malam. Melewatkan tidur berbalut selimut seperti biasanya. Dan melewatkan waktu subuh untuk membangunkanku di depan pintu kamar.

    Buci, kami mencarimu sejak pagi tadi. Tak henti-hentinya memanggilmu. Menanyakanmu pada para tetangga. Menelusuri gudang, karena takut kamu terperangkap. Hasilnya, kami tak juga menemukanmu. Tak ada yang melihatmu.

    Buci, apa kamu tak lapar dan haus. Setelah melewatkan malam, pagi dan siang. Buci apa kamu tak merindukan rumah? Tak merindukan bermain dengan Saga? Buci, apa sesuatu yang buruk terjadi padamu? Kuharap tidak. Kuharap kamu baik-baik saja. 

    Angin, tolong sampaikan panggilan kami untuknya. Tuhan tolong tunjukan di mana keberadaannya dan kirimkan Buci untuk pulang. Buci, jika kamu baik-baik saja ... kuharap kamu segera pulang. Kami mengkhawatirkanmu. Merindukan suaramu yang serak, yang terkadang kutertawakan. 

    Buci yang pintar. Yang penurut ketika diberikan nasihat. Namun kadang mencari perhatian dengan cara menjatuhkan barang-barang dari atas meja. Buci yang senang masuk ke dalam kantung plastik. Buci yang tak henti-hentinya mengeong saat Bucu tiada. Buci yang lucu, buci yang diam saat dimandikan dan diberikan obat. Buci yang cemburu saat Saga dan Duti hadir. Buci yang kami sayangi.

    Buci, kucing abu-abu tua yang kini menghitam. Yang mempunyai ekor melingkar. Buci yang pandai menangkap burung dari atas pohon. Buci yang membuatku merasa memiliki teman. Kumohon, kami mohon pulanglah. Kami menyayangimu. Rumah sepi tanpa adanya dirimu. Saga, Otu, Entip, dan Nanai pun menantimu pulang.


    kamu di mana

    Dari aku yang mengkhawatirkanmu.
    11 Feb 2017
    Kumohon Tetaplah Di Sampingku

    Kumohon Tetaplah Di Sampingku

    Dear kamu yang setia menemaniku sepanjang waktu.

    Seperti biasanya, sejak dua tahun terakhir ... aku tak pernah bisa lepas darimu. Jangankan sehari, satu jam tanpamu rasanya hidupku hampa dan sunyi. Karena hanya bersama kamu, aku bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di luar sana. 

    Jauh sebelum kamu hadir, aku memiliki dia. Dia yang kini jarang kusentuh. Dia yang mulai sakit-sakitan. Dari sejak saat itu, kamulah yang bisa kuandalkan. Walaupun kamu bukan yang pertama, tapi kamulah yang kini selalu bersamaku. Kuharap kamu masih sudi menemaniku.

    November lalu kamu sempat tenggelam, berhasil kuselamatkan namun terlambat. Kamu membuatku panik, aku sungguh takut kehilanganmu. Beruntung kamu hidup kembali setelah aku mencoba berbagai cara. Kamu tahu, rasanya semangatku pun hidup kembali. Terima kasih karena kamu masih sudi bertahan tanpa kekurangan apa pun.

    Aku memang sering berlaku jahat padamu, terkadang tak membiarkanmu beristirahat. Bahkan aku sering memaksamu untuk rutin membangunkanku setiap pagi. Kamu sudah bangun pagi, berbaik hati membangunkanku ... tapi aku malah tidur lagi. Kumohon maafkanlah aku.

    Akupun sudah sering membuatmu terjatuh tanpa sengaja. Aku tahu, benturannya pasti menyakitimu. Sekali lagi, maafkan aku. Aku tak pernah bermaksud melukaimu. 

    Hai kamu, yang sejak awal bulan ini sering merajuk, kumohon bertahanlah denganku lebih lama lagi. Hanya kamu, satu-satunya yang kumiliki saat ini. Tak ada yang lain. Hanya kamu. Kamu, kamu, dan kamu. Perlu kamu tahu, aku tak pernah bertemu yang setangguh kamu sebelumnya. Dua tahun, aku tak pernah melewati dua tahun dengan yang lain, yang persis sepertimu.

    Hai kamu, aku mencintaimu, menyayangimu, dan menyukaimu sejak pertama kali bertemu denganmu. Kamu yang tengah menemaniku merangkai kata saat ini. Ini surat untukmu yang tengah memancarkan cahaya, menampilkan fitur blog it dan membiarkanku menekan keyboard pada layarmu.

    Ah, sayangku, cintaku. Kamu bisa merasakan setiap huruf yang kurangkai untukmu bukan? Maka dari itu. Sekali lagi kumohon, tetaplah berada di sampingku. Menemaniku menghabiskan hari. Menemaniku merangkai kata. Bertahanlah lebih lama lagi bersamaku ... wahai ponselku.

    Dari yang jatuh cinta padamu sejak pertama bertemu.
    10 Feb 2017
    Ketika Kau Menyapa

    Ketika Kau Menyapa

    Teruntuk kamu yang kehadirannya tak pernah kuduga.

    Kamu dan aku pernah berada di lingkungan yang sama, selama dua tahun. Sesekali berpapasan tanpa pernah menyapa, karena tak saling mengenal. Semacam tahu nama, tahu jurusan apa, tahu kelasnya, tahu orangnya tapi belum pernah berjabat tangan. Aku tahu sedikit tentangmu pada kehidupan sebelumnya, entahlah dengan dirimu. Di facebook pun kamu dan aku sudah berteman entah sejak kapan.

    September tahun lalu, saat aku tengah patah hati, kamu menyapa melalui pesan facebook. Kukira percakapan antara kamu dan aku akan berhenti sore itu. Nyatanya semua berlanjut saat kamu meminta id lineku. Dan kamu dengan semua kalimat yang kamu ucapkan, datang bak plester dan obat merah. Membuatku tertawa, membuat perasaanku menghangat. Ah, perumpaan macam apa pula coba ini. Pokoknya kamu berhasil sedikit demi sedikit merekatkan hati yang patah itu.

    Kamu, seseorang yang ternyata lahir di tahun dan bulan yang sama denganku. Kupikir kamu membual, nyatanya memang begitu setelah kutelusuri dinding facebookmu. Kamu berulang tahun tiga hari sebelum aku berulang tahun. Dan kamu, memiliki golongan darah yang sama denganku. Ah, apa ini yang dinamakan kita bukan saudara yang tertukar? Ya, ya, ya jelas bukan. Kamu dan aku berasal dari suku yang berbeda. Persamaan selain hal-hal di atas adalah, kamu dan aku sama-sama terbiasa memasang ekspresi flat. Bedanya, ekspresi dan wajahmu lebih tegas.

    Kamu yang senang bernyanyi dan bermain gitar. Beberapa kali mengunggah hasil mengcover lagu melalui akun soundclound. Kamu tahu, selain wajahmu, selain kebahagiaan bercakap-cakap denganmu dalam diam, akupun menyukai suaramu. Apalagi saat kamu mewujudkan inginku, menyanyikan bagian reff dari sebuah lagu yang kusuka. Apa-apaan ini, begitu mudahnya aku menyukai seseorang.

    Kamu harus tahu, kamulah orang yang berhasil membuatku lupa akan seseorang yang sejak lama kusukai dalam diam dan aku berusaha menepis perasaanku padanya. Ya, hingga pada akhirnya aku menyesal. Dia sudah menjadi milik yang lain. Kamu berhasil menggeser bahkan menghapus dia dari dalam sini ... hatiku.

    Dua hari bercakap-cakap denganmu, membuatku bak orang yang kehilangan akal sehat. Aku sering senyam-senyum sendiri, mengingat apa saja yang telah kamu ucapkan. Aku bahkan memimpikanmu melakukan hal yang sama sekali mustahil.

    Seminggu kemudian, semuanya berbeda. Sangat berbeda. Setelahnya kamu pun menghilang. Tak mengapa, karena hello dan goodbye memang selalu berpasangan, bukan? Ketika seseorang menyapamu, kamu harus siap ketika dia pergi bahkan tanpa sempat mengucap selamat tinggal. Dan aku sudah terbiasa dengan hello dan goodbye.

    Hai, kamu ... maaf jika hingga detik ini, aku masih merindukanmu. Entahlah, rasanya memang terdengar aneh dan gila. Tapi kenyataannya, hati memang sulit untuk dikendalikan, pada siapa akan dijatuhkan.

    Hai kamu, maaf ... karena aku telah menyukaimu, jatuh cinta padamu secara diam-diam. Dan terkadang masih melihat aku instagrammu. Kamu, hanya dengan melihat ekspresi wajahmu itu, aku tersenyum. Aku berbahagia, karena aku tahu ... kamu baik-baik saja di sana.

    Aku sadar, konsekuensi dari jatuh cinta adalah aku harus siap patah hati. Tapi entah mengapa, aku tak merasakan patah hati itu ketika kamu pergi. Mungkin, karena masih ada logika yang mengendalikannya. Ya, aku tahu ... kamu dan aku menganut keyakinan yang berbeda.

    Hai, kamu terima kasih karena hadir di waktu yang tepat. Menyelamatkanku dari patah hati, dari kenangan masa lalu yang sering kali menimbulkan genangan. Semoga, suatu saat kamu membaca surat ini. 

    Dari aku yang terhibur olehmu,


    Gilang.



    9 Feb 2017
    Teruntuk Kalian Yang Jauh Di Mata

    Teruntuk Kalian Yang Jauh Di Mata

    Teruntuk kalian yang jauh di mata, tapi selalu menempati ruang di hatiku.

    Kita berawal dari orang asing. Datang dari sudut-sudut kota yang berbeda dengan tujuan yang sama. Mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Butuh waktu yang cukup lama untuk saling mengenal dan akhirnya merasa nyaman, juga melengkapi satu sama lain. Kalian tahu, aku begitu beruntung ... karena Tuhan mempertemukanku dengan kalian.

    Adanya kalian, membuat hari-hariku semakin berwarna. Kebahagiaanku tergenapi. Aku tak pernah lagi takut bermimpi, karena ada kalian yang mendukungku, mempercayaiku. Hingga pada akhirnya membuatku yakin bahwa aku bisa meraih mimpi-mimpi itu. Bersama kalian, aku juga terbebas dari kehidupan penuh bully. 

    Hari terus berganti, hingga saat perpisahan itu tiba. Ya, hari kelulusan di depan mata. Mau tak mau, suka tak suka, kebersamaan kita pun berakhir. Masing-masing dari kita mempunyai takdir yang berbeda. Bekerja di tempat yang berbeda, bertemu orang-orang baru, bahkan ada yang harus berpindah ke pulau sumatera demi tuntutan pekerjaan.

    Setahun, dua tahun, dua setengah tahun ... nyaris tak ada yang berbeda. Meskipun jarak memisahkan kita. Kita masih saling menyapa melalui pesan singkat. Mengucap selamat ulang tahun dari kejauhan. Kita berlima masih sempat bertemu dan berbincang secara langsung. Setidaknya setahun sekali. Dan setiap kali bertemu dengan kalian, aku selalu mendapatkan tambahan energi positif untuk menjalani kehidupan.

    Awal tahun 2016, salah satu dari kalian melepas masa lajangnya. Tak ada yang berubah, karena kita pun sudah mengenal laki-laki yang meminangnya sejak lama. Kemudian kabar bahagia kembali datang dari mereka. Mereka akan menjadi ibu dan ayah. Awal Juli 2016 kita kembali berkumpul dalam waktu yang cukup singkat namun kebahagiaannya masih melekat dalam ingatanku hingga detik ini.

    Akhir juli 2016, setelah pertemuan itu. Kabar mengejutkan datang dari satu-satunya lelaki dalam lingkaran pertemanan kita. Yang paling dewasa dan bijaksana layaknya seorang kakak. Dia yang semula mengabarkan akan bertunangan justru akan langsung menikah. Sejak saat itu, perlahan semuanya berubah. Aku kesulitan menghubungi kalian yang semakin sibuk dengan aktivitas masing-masing. Dan akupun berhenti untuk selalu menjadi yang pertama memulai percakapan dalam grup. Aku tak mau lagi menganggu kehidupan kalian.

    Awal januari 2017, satu lagi teman kita melepas masa lajangnya.  Aku sempat berusaha menghubungi kalian. Ya, kalian sedang sibuk saat itu. Akupun memutuskan untuk menghadiri pernikahannya sendirian. Meskipun di kota yang berbeda, meskipun aku masih lelah. Aku tetap ingin menghadiri pernikahannya. Karena bisa jadi itu adalah kali terakhir aku bisa bertemu dengannya. Karena aku tak yakin, pertemuan setahun sekali di tahun ini bisa terjadi. Selain itu, aku telah memutuskan untuk menarik diri seperti dulu. Ya, aku lebih senang menyepi, menyendiri. Lebih senang disapa terlebih dulu.

    Wahai kalian, dimanapun kalian berada saat ini dan juga nanti ... ketahuilah, bahwa aku selalu menyayangi kalian, merindukan kalian. Wahai kalian, kapanpun kalian membutuhkan teman bercerita, teman berbagi dan pertolongan. Aku masih tetap ada di sini. Aku akan selalu ada untuk kalian. Selama aku bisa, selama aku mampu ... akan kulakukan yang terbaik yang bisa kuberikan untuk kalian.

    Wahai kalian, terima kasih sudah pernah hadir dan selalu ada untukku dalam kehidupan di masa sebelumnya. Maaf jika pada kehidupan sebelumnya, aku sering menyusahkan, menganggu dan membuat kalian kesal. Kuharap kalian tak pernah menyesal karena mengenalku.

    Wahai kalian, jika takdir mempertemukan kita kembali ... kuharap kita tak benar-benar menjadi orang asing. Yang enggan menyapa satu sama lain dan berpura-pura tak pernah saling mengenal.

    Untuk jarak dan waktu yang tak lagi bersahabat dengan kita. Untuk rindu yang menumpuk dan menyesakkan dada. Untuk kalian yang kini jauh di mata maupun sosial media. Kalian adalah salah satu bagian terbaik dalam lembaran cerita hidupku. Kalian akan selalu di sini, menempati ruang di hatiku dan melekat dalam ingatanku.

    Salam sayang, dari aku yang terkadang ingin menghentikan waktu dan memutarnya kembali ke masa lalu,


    Gilang.
    8 Feb 2017
    Sepucuk Surat Untuk Mama

    Sepucuk Surat Untuk Mama

    Dear Mama,

    Terima kasih atas segala hal yang mama berikan untukku. Terima kasih atas suntikan semangat yang mama berikan dikala aku ingin menyerah. Terima kasih karena sudah membuatku percaya bahwa apa pun yang terjadi, aku bisa melewatinya ... kita bisa melewatinya. Mama tidak hanya seorang ibu, Bagiku mama lebih dari itu. Mama adalah guru, teman, dan sahabat terbaik yang kupunya. Mengajarkanku banyak hal, mendengarkan segala keluh-kesahku dan memberikan solusi terbaik. Mama selalu ada tanpa perlu diminta.

    Ma, terima kasih atas kasih sayang mama yang seperti udara ... melimpah ruah, dan tak pernah habis. Kasih sayang yang tak mungkin bisa kubalas. Ketika aku merasa menjadi orang yang gagal, mama selalu bilang, bahwa aku bukan orang gagal, hanya belum waktunya aku mendapatkan hal tersebut. Terima kasih juga karena pada akhirnya mama membebaskanku untuk memilih apa yang kuinginkan, Semoga apa yang kupilih saat ini ataupun nanti, itulah yang terbaik bagiku.

    Ma, selama dua puluh tiga tahun hidupku, aku sadar ... aku selalu menyusahkan mama, membuat mama khawatir. Bahkan mungkin membuat mama kecewa. Aku bahkan belum mampu membuatmu bangga dan membahagiakanmu. Maafkan aku, Ma ...

    Ma, ketika menuliskan surat cinta untukmu, aku selalu kehilangan kata-kata. Maaf jika pada akhirnya surat ini lebih mirip curahan hati daripada surat cinta. Ma, aku menyayangimu, mencintaimu dan mengagumi kegigihanmu. Aku ingin setegar mama, tapi aku tak bisa. Aku ingin sepertimu yang mampu menyembunyikan kesedihan, tapi aku tak mampu. Aku akan menangis jika terluka, aku akan menangis jika kecewa, aku menangis jika sedang mengingat apa yang sudah kulewati bersamamu, aku juga menangis jika kekesalanku memuncak. Di manapun aku berada, aku selalu berderai air mata jika mengalami hal-hal tersebut. Maafkan anakmu yang cengeng ini Ma.

    Ma, kelak ... surat ini akan kutunjukan langsung padamu. Surat yang kutulis sembari menghabiskan berlembar-lembar tissue, disertai mata dan hidung yang memerah.

    Yang selalu menyusahkanmu,


    Gilang.
    29 Feb 2016
    Surat Untuk @PosCinta

    Surat Untuk @PosCinta

    Kepada : Bosse

    Hallo bosse apa kabarnya? Semoga bosse sehat selalu. Aku tak tahu bosse itu siapa, seperti apa, yang kutahu ide bosse sungguh tak pernah terpikirkan olehku. Tak pernah terpikirkan untuk menulis surat cinta setiap hari kepada siapapun dan apa pun yang ku cintai.

    Aku memang termasuk manusia yang kurang update, baru mengetahui adanya program ini yang ternyata sudah enam kali terselenggara. Walaupun terlambat, aku bersyukur bisa mengikutinya tahun ini, di tahun keenam #30HariMenulisSuratCinta. 

    Terima kasih bosse sudah menerimaku untuk bergabung dalam program ini, terima kasih sudah menentukan empat surat bertema setiap satu minggu sekali. Berkat surat bertema, aku bisa mengutarakan kekagumanku kepada artis idola, Indonesia, Tuhan dan Kang pos yang selama ini mengantarkan surat-suratku.

    Berkat #30HariMenulisSuratCinta rasa yang selama ini terpendam perlahan mulai menguap, membuat hati ini merasa sedikit lega. Berkat #30HariMenulisSuratCinta dari @PosCinta juga setidaknya aku mulai rajin membuat postingan di blog pribadi setiap harinya. Meskipun hanya dua puluh sembilan hari yang kuselesaikan dengan tiga surat yang terlambat, melewati batas untuk diantarkan. Namun aku juga beruntung mendapatkan tukang pos keliling @anakkopi, yang tetap rela membaca suratku serta meretweetnya.

    Sekali lagi terima kasih bosse @PosCinta, #30HariMenulisSuratCinta dan kang pos @anakkopi. Tak terasa ini sudah hari ketiga puluh, hari terakhir menulis surat di #30HariMenulisSuratCinta @PosCinta. Semoga tahun depan aku bisa kembali bergabung dalam program ini. Semoga bosse, @PosCinta dan @anakkoppi sukses selalu.

    Salah seorang manusia yang telah jatuh cinta selama tiga puluh hari di bulan Februari,


    Gilang Maulani.
    28 Feb 2016
    Untuk Kang Pos @anakkopi

    Untuk Kang Pos @anakkopi

    Kepada : Tukang pos keliling yang setiap hari mengantarkan surat cintaku

    Hallo kang pos, kang pos baik-baik saja kan? Semoga kang pos sehat selalu. Terima kasih sudah mengantarkan surat-suratku sejak hari pertama hingga hari ini, hari kedua puluh sembilan. Berkat kang pos yang menyampaikan surat-suratku, beberapa dari mereka merasa bahagia.

    Hai kang pos, kemarin aku absen menulis surat karena ada kegiatan di luar rumah yang cukup menyita waktu dan pikiran. Inginnya tetap menulis saat perjalanan pulang di dalam bus ... apa daya ada mas-mas yang mengajak berbincang tentang Tuhan. 

    Hai kang pos @anakkopi yang ternyata bernama Iman Permana dari Tangerang Selatan, yang selalu berbaik hati meretweet suratku yang terlambat tiga kali, terima kasih. Hai kang pos yang ternyata sudah menjalani profesi sebagai tukang pos keliling di @PosCinta untuk ketiga kalinya, aku mau protes ... salah satu suratku ada yang tak di retweet padahal tidak telat posting. Tapi tak apa, aku mengerti ... surat yang masuk pastilah amat banyak sekali. Jadi apabila ada yang terlewat memanglah hal yang wajar. Jadi untuk surat berikutnya yang belum kang pos retweet pastilah aku akan mengingatkan agar tak bernasib sama seperti satu suratku yang itu.

    Hai kang pos yang ramah dan selalu sabar menghadapi pertanyaan-pertanyaan para penulis surat cinta dari awalan nama twitter D - G di #30HariMenulisSuratCinta, semoga kang pos tidak kapok mengantarkan surat-surat dari kami, terutama aku.

    Tak ada kata lain yang bisa kuucapkan untuk kang pos @anakkopi selain terima kasih, terima kasih dan terima kasih banyak. Pokoknya lope-lope deh buat kang pos @anakkopi mah. 

    Salam cinta dari Kabupaten Bandung,


    @gemaulani

    26 Feb 2016
    Yang Kelak Menemaniku Menua - Surat

    Yang Kelak Menemaniku Menua - Surat

    Kepada : Calon imamku di masa depan. Yang kelak menemaniku Menua Bersama.

    Hai, apa kabar? Semoga kau baik-baik saja di manapun berada. Semoga kau sedang berjuang untukku, untuk dapat menemukanku. Oh tidak, kuharap kita saling menemukan satu sama lain. Semoga kau bisa menjadi imamku di masa depan. Semoga kau pun menyiapkan hati yang lapang agar kelak menerima segala kekurangan dan kelebihan yang kumiliki. Semoga kau mampu memaafkan semua hal yang telah kuperbuat di masa lalu.

    Yang Kelak Menemaniku Menua di Sisa Hidupku


    Bagaimana sosokmu aku belum tahu, apalagi namamu, asalmu dan segala tentangmu. Yang kutahu jika kita ditakdirkan bersama, Tuhan pasti akan mempertemukan kita dengan cara yang indah atau mungkin tak biasa di waktu yang telah ditentukan.

    Perlu kau ketahui,  aku memiliki banyak kekurangan dan masih terus berusaha memperbaiki. Saat ini aku sedang berusaha memantaskan diri agar kelak saat bertemu denganmu aku percaya diri.

    Ya, aku ingin saat kita bertemu ... aku mampu meyakinkanmu bahwa aku pantas menjadi pendampingmu, ibu untuk anak-anakmu, anak-anak kita.

    Kelak ... Bersamamu aku percaya, bahwa hal sekecil apa pun bisa diubah menjadi kebahagiaan. Denganmu aku percaya rintangan sesulit apa pun akan kita hadapi bersama. Denganmu aku percaya bahwa kita akan selalu bersama dan menjunjung tinggi kesetiaan. Semoga kau pun percaya jika kelak bersamaku kau akan bahagia.

    Aku ingin kita bisa saling mengasihi tanpa memunculkan rasa terkurung apalagi terkekang. Walaupun bersama, kita harus tetap memiliki jarak untuk diri kita sendiri.

    Kepadamu calon imamku di masa depan, yang akan mengenggam tanganku erat, yang takkan terlepas lagi dari pandangan maupun genggaman. Yang akan saling menguatkan dalam menjalani kehidupan. Yang akan membimbingku agar lebih taat lagi kepada Tuhan. Aku tidak akan jatuh cinta padamu, begitupun kau ... aku tak berharap kau jatuh cinta kepadaku. Karena aku tidak ingin merasakan sakit. Yang ku ingin kita membangun cinta, memulainya dengan membuat pondasi-pondasi yang kuat layaknya sebuah kontruksi bangunan. Agar kelak mampu bertahan sekalipun badai menerjang tanpa peringatan.

    Harus kuakui, tentunya kau bukanlah cinta pertamaku, bukan pula yang kedua. Namun kuharap kaulah cinta yang terakhir, yang akan menemaniku menua hingga tak lagi bernyawa.

    Yang ingin  menua bersamamu,


    Gilang.
    25 Feb 2016
    12 Jam Bersamamu

    12 Jam Bersamamu

    Hai, yang saat ini sedang mengetikkan huruf satu persatu bersamaku. Terima kasih, hari ini kamu telah bertahan bersamaku selama dua belas jam. Meskipun aku harus rela terpisah dari internet selama beberapa jam demi menghemat dayamu.

    Hai, kini layarmu sudah tak semulus dulu. Penuh goresan kuku dari jari-jari tanganku. Ya, kuakui aku terlalu sering mengandalkanmu. Untuk sekedar mengetik, posting blog dan bermain game.

    Terima kasih berkat kamu, aku mendapatkan beberapa hadiah dari bermain game. Semoga kamu yang saat ini bersamaku mampu bertahan lama. Karena aku sudah merasa cocok dengan fiturmu. Walaupun harus kuakui, kamera mu masih terasa kurang untuk penerangan temaram.
    24 Feb 2016
    Surat Untuk Alas Kaki

    Surat Untuk Alas Kaki

    Dibandingkan mereka aku lebih menyukai kalian. Lihatlah di dalam lemari, ada berapa pasang kalian? Sementara mereka? Hanya beberapa potong dan beberapa buah.

    Jangan tanyakan mengapa aku lebih menyukai kalian dibandingkan mereka, karena aku sama sekali tak mengetahui jawabannya. Tapi jika kalian memaksa ingin mengetahuinya maka akan kuberi tahu rahasia ini. Salah satunya karena kalian akan tetap terpakai dari usiaku yang 18 tahun hingga sekarang bahkan hingga nantin sekalipun berat badanku bertambah lagi ataupun menyusut. Dan bagiku kalian tak pernah terlihat ketinggalan jaman seperti mereka yang hampir setiap tahunnya berubah dan berubah lagi.

    Kalian melindungiku saat berjalan di luar rumah. Tanpa adanya kalian mungkin sedikit-sedikit aku meringis, menggerutu bahkan menangis. Entah karena kepanasan, kedinginan, tertusuk benda tajam, atau bahkan menginjak kotoran hewan. 

    Memilih beberapa model dari kalian memang tidaklah mudah. Apalagi kalian bisa membantu untuk menunjang penampilan agar lebih baik. Kalian haruslah yang pas di hati, pas di kantong dan nyaman di kaki. 

    Entah siapa yang pertama kali menemukan ide untuk membuat kalian, entah siapa yang kemudian mengembangkan kalian menjadi beragam dan cantik. Yang pasti aku berterima kasih kepada kalian, berkat kalian aku merasa nyaman dan terlindung saat berjalan-jalan di luar rumah.

    Dari aku yang mengagumi dan menyukai kalian wahai alas kaki.
    23 Feb 2016
    Untuk Kamu Bagian Kedua

    Untuk Kamu Bagian Kedua

    Kepada : Kamu yang semakin menjauh

    Hai, apa kabar? hari ini hujan deras. Dan setiap hujan aku akan mengingat hari itu, hari di mana kamu mengantarkanku pulang. Namun guntur yang menggelegar berkali-kali seolah mengingatkanku untuk segera terbangun dari mimpi.

    Aku tak pernah berusaha untuk mengingat, tidak juga melupakan. Karena bagiku kamu adalah salah satu bagian terindah dari masa remajaku. Aku tak pernah menyesal telah mengenalmu, termasuk merasakan perasaan aneh yang tumbuh di hatiku hingga detik ini. Walaupun pada akhirnya aku tak bisa menghabiskan sisa hidupku bersamamu.

    Hai kamu, hari ini hujan mengalirkan perasaanku ke tempat lain sedikit demi sedikit. Karena aku tahu, tak mungkin selamanya aku berharap pada bayangmu. 

    Hai kamu, hari ini aku mulai menata kembali hatiku pada sebuah bayangan yang baru. Bayangnya memang masih semu, bisa memudar sewaktu-waktu. Bisa juga semakin terlihat jelas dan mendekat padaku.

    Aku yang mulai mengalihkan perasaanku,


    Gilang
    22 Feb 2016
    Dan Kopi Hitam Bagiku

    Dan Kopi Hitam Bagiku

    Hai, sudah lama aku tak menikmati pagi dan malam bersamamu. Sudah lama kau tak menemaniku merangkai kata demi kata di depan komputer. Aku seolah mengacuhkanmu yang melambai-lambai ke arahku sambil berkata "pilihlah aku!" 


    Beberapa minggu tanpamu rasanya ada yang kurang, ada yang hilang. Aku merindukan aromamu yang harum menyapa indera penciumanku. Jujur saja aku memang sengaja menjaga jarak denganmu agar bobot tubuhku berkurang, agar aku bisa tidur dengan nyenyak. Sayangnya, tanpamu aku tak bisa terjaga sendiri di malam hari. Tak ada yang sehebat dirimu yang menemaniku terjaga dengan setia.


    Hai kamu, aku rindu. Maukah malam ini kamu menemaniku duhai kopi hitam bercampur gula pasir? 

    Yang beberapa minggu ini hidup tanpamu,


    Gilang
    21 Feb 2016
    ENGKAU YANG ADA DI MANA-MANA

    ENGKAU YANG ADA DI MANA-MANA

    Kepada : Engkau yang ada di mana-mana

    Saat aku mengetikkan kata demi kata di layar ponselku ini, aku tahu ... Kau sedang melihatku, mendengarku, membaca isi pikiran dan hatiku. Apa pun pasti Kau ketahui dari atas sana. Apa yang kulakukan, apa yang kusembunyikan dan apa yang kuinginkan. Jadi, tanpa aku menuliskan surat ini pun, Kau pasti mengetahui segalanya.

    Engkau yang ada di mana mana adalah tentang Tuhan


    Aku seseorang yang diperkenalkan kepada-Mu sejak aku kecil. Diperkenalkan tata cara untuk berkomunikasi denganmu. Kau yang tak kasat mata namun melihat seluruh alam semesta. Kau Sang Pencipta seluruh alam termasuk manusia di dalamnya. Tanpa kehendak-Mu, tentu saat ini aku tidak berada di sini, tidak menjadi seorang anak perempuan yang dilahirkan dan dibesarkan oleh Ibu yang penyabar dan penuh kasih sayang.

    Dalam do'a setelah selesai sholat aku menyebut namamu, meminta sesuatu dan terus meminta. Tak tahu malu karena terlalu banyak meminta padahal aku sering lupa dan menunda-nunda untuk menjalankan kewajibanku setiap harinya kepada-Mu. Tapi Kau sungguh Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kau selalu memberikan jawaban atas do'a-do'aku, keinginanku. Meski tak serta merta Kau menjawab semuanya. Hati yang gelisah, masalah yang begitu besar, apa pun selalu menemukan jalan untuk menyelesaikannya. Karena ku yakin Kau tak akan memberikan ujian tanpa pernah ada penyelesaiannya.
    20 Feb 2016
    Happy Birthday Kembaran

    Happy Birthday Kembaran

    Hai kembaran, dua minggu lalu kita baru saja bertemu dalam rangka pergi ke pesta pernikahannya Yunita. Hai kembaran, semoga kamu selalu baik-baik saja di manapun berada.

    Saat di kelas dulu daftar nama kita berdekatan dan setiap kali mata kuliah bahasa Indonesia berlangsung dosennya selalu memanggil namaku tapi tatapannya tertuju padamu. Bukankah itu membuktikan kalau kita mirip. Sahabatku di SMK-pun kalau bertemu denganku dan aku menceritakan kalian dia selalu bilang : "Gie, itu yang mirip kamu teh namanya siapa?" Ya jawabannya kamu, Endah.

    Tidak hanya mereka, bahkan ketika PKL-pun, kakak-kakak yang lain selalu bilang, "aku dan kamu itu mirip." Dari sanalah aku mengambil kesimpulan sendiri. Oke kita kembar, tapi beda ibu juga bapaknya. Kita kembar tapi lahirnya beda setengah tahun. Kamu yang paling muda di antara kita tapi aku yang paling kekanak-kanakan. Kamu kalem dan bijaksana, aku gerasak-gerusuk dan emosian. 

    Hari ini usiamu tepat 22 tahun. Akhirnya kita samaan. Selamat ulang tahun kembaran, Happy Endah's day. Semoga hari-harimu selalu dipenuhi kebahagiaan seperti namamu. Semoga panjang umur, sehat, rezekinya semakin bertambah, sukses, harapannya bisa terwujud dan langgeng terus sama aa nya sampai nikah sampai seterusnya.Pokoknya segala sesuatu yang terbaik untukmu.

    Hai kembaran, maaf aku tidak bisa memberikan apa-apa kecuali do'a. Semoga sampai kapan pun itu persahabatan antara kita berlima : Kamu, aku, Yunita,  Apri dan Babeh selalu awet. Dan kita bisa terus dipertemukan kembali walau hanya setahun sekali.


    Kita mirip! Udah iyakan saja.

    Yang mengaku kembaranmu,


    Gilang.
    19 Feb 2016
    Hai, Aku Rindu

    Hai, Aku Rindu

    Hai apa kabar? Semoga kamu selalu dalam keadaan baik di manapun berada. Hai, sudah berapa lama kita tidak bertemu? Sudah lama sekali, sejak hari kelulusan di tahun 2011. Setelah itu aku kehilangan kontakmu. Bahkan akun facebook dan twittermu pun nyaris sudah tak pernah terlihat aktif.

    Dari kabar yang kudengar kamu sudah menikah. Dan semakin kuat ketika aku berkomunikasi denganmu melalui instagram. Ya, akhir tahun kemarin aku menemukan instagrammu dan kamu sempat memposting foto-foto kita di masa SMK dulu. Semoga kehidupan berumah tanggamu selalu di rahmati Tuhan.

    Hai, aku rindu. Bagiku kamu sudah seperti seorang kakak perempuanku. Kamu tahu aku salah, tapi kamu masih bersedia menemaniku, menyemangatiku kala itu. Meskipun aku tahu ada banyak orang yang selalu menatapmu dengan tatapan tidak suka.

    Tuhan tentu mempertemukan kita bukan tanpa alasan. Ya, darimu aku belajar untuk tegar, darimu aku belajar ... terkadang kita harus menutup mata dan telinga dari apa yang tak ingin kita dengar.

    Andai waktu itu tak ada kamu, mungkin aku sudah putus asa dan ingin menyerah. Tapi karena ada kamu di sampingku, aku mampu bertahan. Terima kasih karena sudah mau berteman denganku. Aku berharap suatu saat nanti Tuhan mempertemukan kita kembali. Karena aku ingin tersenyum kembali bersamamu di depan kamera.

    Yang merindukanmu,


    Gilang



    18 Feb 2016
    Untukmu Duhai Si Keriting

    Untukmu Duhai Si Keriting

    Hai, sudah berapa lama aku mengenalmu? Sejak belasan tahun lalu ... sejak aku masuk sekolah dasar. Ya, kau si keriting yang selalu menjadi penyelamat perutku yang keroncongan. Kau mengenyangkanku di akhir bulan saat menjadi anak kost. Dan kau yang mengenyangkanku saat aku bosan melihat butiran putih nan lembut itu.

    Kau terkadang kujadikan camilan kering, meskipun mama sering melarang dan bilang kau akan mengembang dalam perutku. Tapi aku tidak pernah takut. Kau yang terkadang sengaja kurebus hingga lurus. Kau kenikmatan yang hanya kutunggu dalam lima  menit saja.

    Sejak dokter bilang aku mengalami darah tinggi dan kepalaku sering pusing. Sejak saat itu aku jarang bertemu denganmu. Mama sengaja menyembunyikanmu demi kebaikanku. Tapi sungguh meskipun sekarang kita jarang bertemu aku tak akan pernah melupakanmu. Bagaimana bisa aku melupakanmu? Aromamu yang harum, rasamu yang gurih, teksturmu yang kenyal ... bagaimana mungkin aku bisa lupa.

    Apalagi di musim penghujan begini. Cocok untuk menghangatkan tubuh. Ah, duhai mie instan.

    fans beratmu,


    Gilang.
    17 Feb 2016
    Untukmu Wahai Bayanganku

    Untukmu Wahai Bayanganku

    Hai, saat ini aku sedang menatapmu dalam diam. Mungkin kaulah satu-satunya bagian dari diriku yang tak akan pernah merasakan sakit sekalipun di pukul oleh benda apa pun. Tak ada yang bisa menyentuhmu terkecuali mereka menyentuhku.

    Di mana ada cahaya, di sana kau akan terlihat. Seperti mengikuti padahal kau tumbuh bersamaku di setiap detiknya. Kita serupa meskipun kau hadir berupa sosok berwarna abu-abu. Kau melakukan hal yang sama dengan apa yang kulakukan. Seperti saat ini,  di bawah penerangan bola lampu, kau mengetikkan kata demi kata pada layar ponsel.

    Kaulah yang selalu menemani setiap langkah dan gerak-gerikku tanpa pernah merasa lelah. Kau ada namun tak bisa kusentuh. Kau ada namun tak akan mengeluarkan suara. Tapi aku senang, setidaknya aku tak merasa sendirian ketika menemukan sebuah cahaya.

    Yang selalu menatapmu heran,


    Gilang