Dear Abang yang Entah Masih Di Mana

Dear Abang yang Entah Masih Di Mana

Dear abang, yang kelak menjadi imamku di masa depan. Abang harus tahu. Seharusnya hari ini ku membuat blogpost tentang 5 tempat makan favorit. Tapi ya, berhubung aku baru punya dua tempat aja nih Bang, mungkin nanti akan bertambah jika ku sudah bersama abang #ngarep. Maka dari itu, jadinya ku memilih tema yang lain. Yang bisa kutulis hari ini dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. 

dear abang yang entah masih di mana

Ya, aku memilih untuk menuliskan surat untuk seseorang. Dan kuputuskan untuk abang. Padahal sih sebenarnya ku sudah pernah menulis surat untuk abang juga. Tapi entah kenapa ku pengin menulisnya lagi dengan sedikit berbeda. Abang yang entah sedang apa dan masih di mana. Dirimu yang kelak ku cinta #jadinyanyi.

Duhai abang yang sosoknya belum terlihat hingga saat ini. Ataukah sebenarnya abang sudah dekat, sering kulihat secara tidak sengaja, namun akunya masih belum peka dan radar di antara kita masih lemah. Tapi ah, aku yakin, aku dan abang akan bertemu di waktu dan tempat yang tepat. Di mana masing-masing dari kita sudah siap untuk bersama, membangun rumah tangga dengan niat karena Allah. Bukan karena terus-terusan ditanya kapan nikah, kapan nyusul dan tuntutan keluarga. Walau mungkin pada akhirnya kita sama-sama terkejut karena nyatanya selama ini begitu dekat, hanya sekedipan mata.

Hai abang, walaupun ku belum tahu siapa namamu, di mana rumahmu, dari mana kau berasal. Aku yakin, kelak ku akan mencintaimu dengan setulus hatiku tanpa adanya rasa bosan. Aku juga yakin, abang akan membimbingku menjadi pribadi yang lebih baik lagi, di mata Allah, dan bila memungkinkan di mata manusia juga.

Abang, ku harap, apa pun masa lalu buruk yang kumiliki. Dan apa pun sifat jelek yang kupunyai, semoga abang bisa memakluminya. Karena ku akan melakukan hal yang sama. Mari kita saling memahami, menyayangi, mengingatkan dan memperbaiki diri bersama-sama. Agar kelak aku dan abang selalu bersama dalam suka maupun duka, tangis maupun tawa dan juga menua bersama hingga ajal tiba.

Abang, kelak ketika kita sudah bersama dalam ikatan halal tentunya. Ku pengin kita sama-sama meluangkan waktu untuk bercerita tentang apa pun. Dan ku harap abang bisa maklum dengan diriku yang senang meracau di blog, atau sekadar menulis caption panjang lebar di instagram. Aku berjanji tidak akan menceritakan apa pun tentang abang jika abang tidak memperbolehkannya. Kalau aku melanggar, bolehlah abang menggetokku dengan panci. Asal pancinya bukan panci cicilan ya bang muehehe.

Bang, cukup sampai di sini dulu suratku saat ini. Untuk hal-hal lainnya akan kusampaikan secara langsung ketika aku dan abang bertemu. Sampai ketemu abang. Ku takkan lelah menunggumu hingga akhir waktu.
Jatuh Cinta Setiap Hari Bersama Pos Cinta

Jatuh Cinta Setiap Hari Bersama Pos Cinta

Teruntuk, @PosCinta dan seluruh pihak yang sudah terlibat.
    pos cinta

    Tak terasa, #PosCintaTribu7e hari ini berakhir. Ada perasaan sedih sekaligus gak rela. Tapi mau bagaimana lagi ... tahun ini @PosCinta hanya mengadakan menulis surat cinta selama tujuh hari.

    Tahun lalu, akhir januari 2016 ... untuk pertama kalinya aku mengetahui adanya @PosCinta dengan program #30HariMenulisSuratCinta. Program yang seru dan membuat hati plong. Bertabur hadiah, dan surat terpilih diposting di blog khusus. Mulanya aku tak tahu siapa itu bosse. Yang berada dibalik akun twitter @PosCinta. Dibalik program menulis surat cinta selama tiga puluh hari. 

    Akhirnya aku tahu, bosse itu adalah almarhum Om Mudin Em. Yang selalu menjaga #30HariMenulisSuratCinta menyenangkan. Kepergian bosse tahun lalu begitu mengejutkan dan menimbulkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengenalmu. Bosse pergi selamanya, kembali pada Sang Pencipta. Hallo Bosse, apa kabar di sana? Apa di sana menyenangkan? Tuhan, bosse orang yang baik. Berikanlah tempat terindah dan kebahagiaan yang tak pernah habis untuknya. Bosse, salam kenal dan mohon maaf dariku yang terlambat mengetahui tentangmu. Terima kasih karena tahun lalu aku merasakan di kring!kring! Surat oleh bosse.

    Lalu akupun bertanya-tanya. Apakah #30HariMenulisSuratCinta akan hadir lagi tahun ini? Setelah salah satu pendirinya tiada. Yang selama ini berada dibalik @PosCinta. Akhirnya pertanyaan itu terjawab. Di akhir januari kemarin, foto akun @PosCinta berubah dan kabar gembira datang. @PosCinta hadir lagi, hanya saja programnya 7 hari. Yang dinamakan #PosCintaTribu7e. Tak apa, yang pasti aku bahagia karena @PosCinta hadir lagi. Bosse juga bahagia kan?

    Ada bosse magang yang masih kutebak-tebak buah manggis. Masih penasaran siapakah bosse magang itu. Seperti halnya tahun lalu penasaran terhadap bosse. Dan ada dua kangpos baru. Aku dapet kangpos baru @dioxjep yang gak kalah baiknya sama kangposku tahun lalu @anakkopi. Kangpos yang walaupun kondisinya lagi drop tapi tetap mengantarkan surat-suratku , dan surat-surat para pencinta lainnya. Dua jempol buat kangposku @dioxjep.

    Terima kasih kepada bosse yang kini berada di sana. Di langit, bersama bintang-bintang. Terima kasih kepada @PosCinta yang selalu membuatku jatuh cinta setiap hari. Membuat perasaanku lebih lega. Terima kasih kepada semua kangpos, terutama @dioxjep yang kece. Terima kasih juga kepada bosse magang yang gak kalah seru. Yang beberapa kali kring!kring! Suratku. Terakhir, terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di belakang layar. Semoga tahun depan dan tahun-tahun berikutnya @PosCinta hadir lagi. Dan lebih dari 7 hari.

    Dari aku yang jatuh cinta setiap hari karena @PosCinta

    Perempuan Bermata Minimalis

    Perempuan Bermata Minimalis

    Teruntuk, perempuan bermata minimalis yang sebentar lagi jadi seorang ibu.

    Hai etet? Apa kabar? Semoga kamu selalu baik-baik di sana ya. Terakhir kita bersua, beberapa hari lalu, kan? Saat aku membalas pesan darimu melalui line. Kamu mengkhawatirkanku soal manusia yang satu itu. Yang sering kuceritakan padamu bahwa aku menyesal. Tenang, aku sudah menghapusnya dari dalam sini, hati. Walaupun kenangannya masih teringat sedikit. Seperti hari ini. Hari di mana empat tahun lalu aku menerima hadiah darinya.

    Hai etet, terima kasih karena selalu ada saat aku membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkan ceritaku, selain mama. Terima kasih karena tak pernah berubah sedikitpun walau kita jarang bertemu. Kamu, satu-satunya sahabat sejak SMA yang paling jago jaga rahasia. Yang paling dekat dan tak pernah menjauh.

    Hai etet yang akhir tahun lalu resmi melepas masa lajangnya dan tahun ini akan menjadi seorang ibu. Selamat menikmati kehidupan baru bersama orang yang kamu sayangi. Aku bahagia, karena etet yang sekarang lebih kuat dan berani dibandingkan etet beberapa tahun yang lalu. Yup, seperti pada surat yang kutuliskan tahun lalu untukmu, kamu harus berani menatap orang-orang disekelilingmu. Jangan biarkan mereka meremehkan kemampuanmu.

    Hai etet, kuharap aku bisa selalu menjadi salah satu sahabatmu sampai kapan pun itu. Kuharap begitu. Etet yang kalau ketawa atau senyum matanya tinggal segaris. Etet yang wajanya awet muda kayak baru mau masuk SMA. Etet yang baik hati dan selalu menyenangkan. Sampai bertemu lagi di lain kesempatan.


    Dari aku yang lagi-lagi mengaku sebagai sahabatmu.
    Kamu Di Mana

    Kamu Di Mana

    Teruntuk kamu yang tak pulang sejak semalam.

    Hai Buci, kamu di mana? Tidakkah kamu mendengar panggilan kami? Tidakkah angin menyampaikannya padamu? Kuharap kali ini kamu mendengar bisikan hatiku dalam surat ini ... untukmu.

    Buci, sejak kemarin sore kamu tak pulang. Kamu melewatkan jam makan malam. Melewatkan tidur berbalut selimut seperti biasanya. Dan melewatkan waktu subuh untuk membangunkanku di depan pintu kamar.

    Buci, kami mencarimu sejak pagi tadi. Tak henti-hentinya memanggilmu. Menanyakanmu pada para tetangga. Menelusuri gudang, karena takut kamu terperangkap. Hasilnya, kami tak juga menemukanmu. Tak ada yang melihatmu.

    Buci, apa kamu tak lapar dan haus. Setelah melewatkan malam, pagi dan siang. Buci apa kamu tak merindukan rumah? Tak merindukan bermain dengan Saga? Buci, apa sesuatu yang buruk terjadi padamu? Kuharap tidak. Kuharap kamu baik-baik saja. 

    Angin, tolong sampaikan panggilan kami untuknya. Tuhan tolong tunjukan di mana keberadaannya dan kirimkan Buci untuk pulang. Buci, jika kamu baik-baik saja ... kuharap kamu segera pulang. Kami mengkhawatirkanmu. Merindukan suaramu yang serak, yang terkadang kutertawakan. 

    Buci yang pintar. Yang penurut ketika diberikan nasihat. Namun kadang mencari perhatian dengan cara menjatuhkan barang-barang dari atas meja. Buci yang senang masuk ke dalam kantung plastik. Buci yang tak henti-hentinya mengeong saat Bucu tiada. Buci yang lucu, buci yang diam saat dimandikan dan diberikan obat. Buci yang cemburu saat Saga dan Duti hadir. Buci yang kami sayangi.

    Buci, kucing abu-abu tua yang kini menghitam. Yang mempunyai ekor melingkar. Buci yang pandai menangkap burung dari atas pohon. Buci yang membuatku merasa memiliki teman. Kumohon, kami mohon pulanglah. Kami menyayangimu. Rumah sepi tanpa adanya dirimu. Saga, Otu, Entip, dan Nanai pun menantimu pulang.


    kamu di mana

    Dari aku yang mengkhawatirkanmu.
    Kumohon Tetaplah Di Sampingku

    Kumohon Tetaplah Di Sampingku

    Dear kamu yang setia menemaniku sepanjang waktu.

    Seperti biasanya, sejak dua tahun terakhir ... aku tak pernah bisa lepas darimu. Jangankan sehari, satu jam tanpamu rasanya hidupku hampa dan sunyi. Karena hanya bersama kamu, aku bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di luar sana. 

    Jauh sebelum kamu hadir, aku memiliki dia. Dia yang kini jarang kusentuh. Dia yang mulai sakit-sakitan. Dari sejak saat itu, kamulah yang bisa kuandalkan. Walaupun kamu bukan yang pertama, tapi kamulah yang kini selalu bersamaku. Kuharap kamu masih sudi menemaniku.

    November lalu kamu sempat tenggelam, berhasil kuselamatkan namun terlambat. Kamu membuatku panik, aku sungguh takut kehilanganmu. Beruntung kamu hidup kembali setelah aku mencoba berbagai cara. Kamu tahu, rasanya semangatku pun hidup kembali. Terima kasih karena kamu masih sudi bertahan tanpa kekurangan apa pun.

    Aku memang sering berlaku jahat padamu, terkadang tak membiarkanmu beristirahat. Bahkan aku sering memaksamu untuk rutin membangunkanku setiap pagi. Kamu sudah bangun pagi, berbaik hati membangunkanku ... tapi aku malah tidur lagi. Kumohon maafkanlah aku.

    Akupun sudah sering membuatmu terjatuh tanpa sengaja. Aku tahu, benturannya pasti menyakitimu. Sekali lagi, maafkan aku. Aku tak pernah bermaksud melukaimu. 

    Hai kamu, yang sejak awal bulan ini sering merajuk, kumohon bertahanlah denganku lebih lama lagi. Hanya kamu, satu-satunya yang kumiliki saat ini. Tak ada yang lain. Hanya kamu. Kamu, kamu, dan kamu. Perlu kamu tahu, aku tak pernah bertemu yang setangguh kamu sebelumnya. Dua tahun, aku tak pernah melewati dua tahun dengan yang lain, yang persis sepertimu.

    Hai kamu, aku mencintaimu, menyayangimu, dan menyukaimu sejak pertama kali bertemu denganmu. Kamu yang tengah menemaniku merangkai kata saat ini. Ini surat untukmu yang tengah memancarkan cahaya, menampilkan fitur blog it dan membiarkanku menekan keyboard pada layarmu.

    Ah, sayangku, cintaku. Kamu bisa merasakan setiap huruf yang kurangkai untukmu bukan? Maka dari itu. Sekali lagi kumohon, tetaplah berada di sampingku. Menemaniku menghabiskan hari. Menemaniku merangkai kata. Bertahanlah lebih lama lagi bersamaku ... wahai ponselku.

    Dari yang jatuh cinta padamu sejak pertama bertemu.
    Ketika Kau Menyapa

    Ketika Kau Menyapa

    Teruntuk kamu yang kehadirannya tak pernah kuduga.

    Kamu dan aku pernah berada di lingkungan yang sama, selama dua tahun. Sesekali berpapasan tanpa pernah menyapa, karena tak saling mengenal. Semacam tahu nama, tahu jurusan apa, tahu kelasnya, tahu orangnya tapi belum pernah berjabat tangan. Aku tahu sedikit tentangmu pada kehidupan sebelumnya, entahlah dengan dirimu. Di facebook pun kamu dan aku sudah berteman entah sejak kapan.

    September tahun lalu, saat aku tengah patah hati, kamu menyapa melalui pesan facebook. Kukira percakapan antara kamu dan aku akan berhenti sore itu. Nyatanya semua berlanjut saat kamu meminta id lineku. Dan kamu dengan semua kalimat yang kamu ucapkan, datang bak plester dan obat merah. Membuatku tertawa, membuat perasaanku menghangat. Ah, perumpaan macam apa pula coba ini. Pokoknya kamu berhasil sedikit demi sedikit merekatkan hati yang patah itu.

    Kamu, seseorang yang ternyata lahir di tahun dan bulan yang sama denganku. Kupikir kamu membual, nyatanya memang begitu setelah kutelusuri dinding facebookmu. Kamu berulang tahun tiga hari sebelum aku berulang tahun. Dan kamu, memiliki golongan darah yang sama denganku. Ah, apa ini yang dinamakan kita bukan saudara yang tertukar? Ya, ya, ya jelas bukan. Kamu dan aku berasal dari suku yang berbeda. Persamaan selain hal-hal di atas adalah, kamu dan aku sama-sama terbiasa memasang ekspresi flat. Bedanya, ekspresi dan wajahmu lebih tegas.

    Kamu yang senang bernyanyi dan bermain gitar. Beberapa kali mengunggah hasil mengcover lagu melalui akun soundclound. Kamu tahu, selain wajahmu, selain kebahagiaan bercakap-cakap denganmu dalam diam, akupun menyukai suaramu. Apalagi saat kamu mewujudkan inginku, menyanyikan bagian reff dari sebuah lagu yang kusuka. Apa-apaan ini, begitu mudahnya aku menyukai seseorang.

    Kamu harus tahu, kamulah orang yang berhasil membuatku lupa akan seseorang yang sejak lama kusukai dalam diam dan aku berusaha menepis perasaanku padanya. Ya, hingga pada akhirnya aku menyesal. Dia sudah menjadi milik yang lain. Kamu berhasil menggeser bahkan menghapus dia dari dalam sini ... hatiku.

    Dua hari bercakap-cakap denganmu, membuatku bak orang yang kehilangan akal sehat. Aku sering senyam-senyum sendiri, mengingat apa saja yang telah kamu ucapkan. Aku bahkan memimpikanmu melakukan hal yang sama sekali mustahil.

    Seminggu kemudian, semuanya berbeda. Sangat berbeda. Setelahnya kamu pun menghilang. Tak mengapa, karena hello dan goodbye memang selalu berpasangan, bukan? Ketika seseorang menyapamu, kamu harus siap ketika dia pergi bahkan tanpa sempat mengucap selamat tinggal. Dan aku sudah terbiasa dengan hello dan goodbye.

    Hai, kamu ... maaf jika hingga detik ini, aku masih merindukanmu. Entahlah, rasanya memang terdengar aneh dan gila. Tapi kenyataannya, hati memang sulit untuk dikendalikan, pada siapa akan dijatuhkan.

    Hai kamu, maaf ... karena aku telah menyukaimu, jatuh cinta padamu secara diam-diam. Dan terkadang masih melihat aku instagrammu. Kamu, hanya dengan melihat ekspresi wajahmu itu, aku tersenyum. Aku berbahagia, karena aku tahu ... kamu baik-baik saja di sana.

    Aku sadar, konsekuensi dari jatuh cinta adalah aku harus siap patah hati. Tapi entah mengapa, aku tak merasakan patah hati itu ketika kamu pergi. Mungkin, karena masih ada logika yang mengendalikannya. Ya, aku tahu ... kamu dan aku menganut keyakinan yang berbeda.

    Hai, kamu terima kasih karena hadir di waktu yang tepat. Menyelamatkanku dari patah hati, dari kenangan masa lalu yang sering kali menimbulkan genangan. Semoga, suatu saat kamu membaca surat ini. 

    Dari aku yang terhibur olehmu,


    Gilang.



    Teruntuk Kalian Yang Jauh Di Mata

    Teruntuk Kalian Yang Jauh Di Mata

    Teruntuk kalian yang jauh di mata, tapi selalu menempati ruang di hatiku.

    Kita berawal dari orang asing. Datang dari sudut-sudut kota yang berbeda dengan tujuan yang sama. Mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Butuh waktu yang cukup lama untuk saling mengenal dan akhirnya merasa nyaman, juga melengkapi satu sama lain. Kalian tahu, aku begitu beruntung ... karena Tuhan mempertemukanku dengan kalian.

    Adanya kalian, membuat hari-hariku semakin berwarna. Kebahagiaanku tergenapi. Aku tak pernah lagi takut bermimpi, karena ada kalian yang mendukungku, mempercayaiku. Hingga pada akhirnya membuatku yakin bahwa aku bisa meraih mimpi-mimpi itu. Bersama kalian, aku juga terbebas dari kehidupan penuh bully. 

    Hari terus berganti, hingga saat perpisahan itu tiba. Ya, hari kelulusan di depan mata. Mau tak mau, suka tak suka, kebersamaan kita pun berakhir. Masing-masing dari kita mempunyai takdir yang berbeda. Bekerja di tempat yang berbeda, bertemu orang-orang baru, bahkan ada yang harus berpindah ke pulau sumatera demi tuntutan pekerjaan.

    Setahun, dua tahun, dua setengah tahun ... nyaris tak ada yang berbeda. Meskipun jarak memisahkan kita. Kita masih saling menyapa melalui pesan singkat. Mengucap selamat ulang tahun dari kejauhan. Kita berlima masih sempat bertemu dan berbincang secara langsung. Setidaknya setahun sekali. Dan setiap kali bertemu dengan kalian, aku selalu mendapatkan tambahan energi positif untuk menjalani kehidupan.

    Awal tahun 2016, salah satu dari kalian melepas masa lajangnya. Tak ada yang berubah, karena kita pun sudah mengenal laki-laki yang meminangnya sejak lama. Kemudian kabar bahagia kembali datang dari mereka. Mereka akan menjadi ibu dan ayah. Awal Juli 2016 kita kembali berkumpul dalam waktu yang cukup singkat namun kebahagiaannya masih melekat dalam ingatanku hingga detik ini.

    Akhir juli 2016, setelah pertemuan itu. Kabar mengejutkan datang dari satu-satunya lelaki dalam lingkaran pertemanan kita. Yang paling dewasa dan bijaksana layaknya seorang kakak. Dia yang semula mengabarkan akan bertunangan justru akan langsung menikah. Sejak saat itu, perlahan semuanya berubah. Aku kesulitan menghubungi kalian yang semakin sibuk dengan aktivitas masing-masing. Dan akupun berhenti untuk selalu menjadi yang pertama memulai percakapan dalam grup. Aku tak mau lagi menganggu kehidupan kalian.

    Awal januari 2017, satu lagi teman kita melepas masa lajangnya.  Aku sempat berusaha menghubungi kalian. Ya, kalian sedang sibuk saat itu. Akupun memutuskan untuk menghadiri pernikahannya sendirian. Meskipun di kota yang berbeda, meskipun aku masih lelah. Aku tetap ingin menghadiri pernikahannya. Karena bisa jadi itu adalah kali terakhir aku bisa bertemu dengannya. Karena aku tak yakin, pertemuan setahun sekali di tahun ini bisa terjadi. Selain itu, aku telah memutuskan untuk menarik diri seperti dulu. Ya, aku lebih senang menyepi, menyendiri. Lebih senang disapa terlebih dulu.

    Wahai kalian, dimanapun kalian berada saat ini dan juga nanti ... ketahuilah, bahwa aku selalu menyayangi kalian, merindukan kalian. Wahai kalian, kapanpun kalian membutuhkan teman bercerita, teman berbagi dan pertolongan. Aku masih tetap ada di sini. Aku akan selalu ada untuk kalian. Selama aku bisa, selama aku mampu ... akan kulakukan yang terbaik yang bisa kuberikan untuk kalian.

    Wahai kalian, terima kasih sudah pernah hadir dan selalu ada untukku dalam kehidupan di masa sebelumnya. Maaf jika pada kehidupan sebelumnya, aku sering menyusahkan, menganggu dan membuat kalian kesal. Kuharap kalian tak pernah menyesal karena mengenalku.

    Wahai kalian, jika takdir mempertemukan kita kembali ... kuharap kita tak benar-benar menjadi orang asing. Yang enggan menyapa satu sama lain dan berpura-pura tak pernah saling mengenal.

    Untuk jarak dan waktu yang tak lagi bersahabat dengan kita. Untuk rindu yang menumpuk dan menyesakkan dada. Untuk kalian yang kini jauh di mata maupun sosial media. Kalian adalah salah satu bagian terbaik dalam lembaran cerita hidupku. Kalian akan selalu di sini, menempati ruang di hatiku dan melekat dalam ingatanku.

    Salam sayang, dari aku yang terkadang ingin menghentikan waktu dan memutarnya kembali ke masa lalu,


    Gilang.