23 Feb 2021
Bahasa Inggris dan Mahasiswa

Bahasa Inggris dan Mahasiswa

Sejak dulu, penguasaan bahasa Inggris sangat penting bagi seorang mahasiswa. Karena bisa menunjang dalam segala hal, baik kelancaran pendidikan, seperti membaca modul, membuat abstrak, dan lainnya. Kemudian penting saat mahasiswa tersebut lulus dan masuk dunia kerja.

Walaupun penting, sayangnya masih banyak mahasiswa yang belum menyadari perlunya penguasaan bahasa Inggris. Keterampilan ini bukan semata-mata karena bahasa Inggris lebih tinggi dan dianggap bonafit daripada bahasa lain. 

Melainkan kita tidak dapat memungkiri bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Lebih jauh lagi, apa pentingnya dan manfaat bahasa Inggris atau skor TOEFL bagi seorang mahasiswa, berikut adalah pembahasannya untuk kamu :

1. Syarat Meraih Gelar Sarjana

Bagi seorang mahasiswa, bahasa Inggris merupakan salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana. Kamu pun mungkin pernah mencoba tes TOEFL saat masih menjadi mahasiswa, bukan? 

Bahasa Inggris dan Mahasiswa merupakan 2 hal yang tidak dapat dipisahkan di era bisnis 4.0 sekarang ini

Sebagai informasi, untuk saat ini, seorang mahasiswa harus mendapatkan nilai atau skor 500 pada ujian TOEFL-nya. Jika di bawah 500, mereka harus mengulang hingga bisa mendapatkan skor minimal 500 untuk meraih gelar sarjana. Tentu sangat menyedihkan jika ada mahasiswa yang harus menunda skripsi karena nilai TOEFL-nya tidak cukup.

Oleh karena itu, selain belajar bahasa Inggris di kampus, sebaiknya kamu pun mengikuti les bahasa Inggris di tempat kursus yang terbaik.

2. Syarat Melamar Pekerjaan

Setelah lulus sebagai mahasiswa, kamu tentunya akan memasuki dunia kerja, baik itu sebagai employee maupun pengusaha, bukan? Nah, saat ini atau di era bisnis 4.0, kemampuan bahasa Inggris juga sering digunakan sebagai salah satu syarat untuk melamar pekerjaan lho. 

Bahkan boleh dikatakan bahwa hampir semua pekerjaan profesional membutuhkan kompetensi bahasa Inggris yang baik. Apalagi perusahaan internasional yang gajinya sangat tinggi juga membutuhkan karyawan yang kompetensi bahasa Inggrisnya bagus. 

Kalaupun pada perusahaan yang kamu lamar tidak mengharuskan bisa berbahasa Inggris, sebagai seorang lulusan universitas atau sarjana, seseorang yang mengerti bahasa Inggris, tentu akan mendapatkan posisi yang lebih baik dalam pekerjaannya, maupun usaha yang dirintisnya. Di sinilah penting dan manfaatnya bahasa Inggris mahasiswa.

3. Penting untuk Melanjutkan Pendidikan ke Jenjang Berikutnya

Sarjana yang mutlak harus menguasai bahasa Inggris adalah sarjana yang berencana melanjutkan studi hingga S2, kemudian S3 atau ingin kuliah di luar negeri. Untuk melanjutkan ke jenjang pascasarjana atau S2 Anda harus memiliki TOEFL 480-500 lho. 

Mengapa begitu? Sebab, studi pascasarjana biasanya dilakukan oleh calon dosen atau dosen, baik sebagai guru besar maupun dosen. Selain itu umumnya diinginkan juga oleh karyawan yang ingin menaikkan jenjang karirnya.

Untuk itu, tentu kamu harus menguasai bahasa Inggris, sebab dosen ataupun pimpinan setingkat manager, dan di atasnya tidak boleh kalah dari segi berbahasa Inggris dibandingkan dengan mahasiswanya atau rekan kerjanya.

Nah, itu sedikit keuntungan dari belajar bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris dan mahasiswa. Selain menambah khasanah ilmu pengetahuan dan kesempatan meraih pekerjaan yang lebih baik atau pendidikan tinggi, kemampuan bahasa asing juga bisa meningkatkan kecerdasan kita lho gengs. 

Lalu, ketika kamu berhasil mendapatkan skor TOEFL yang mumpuni dan kemampuan bahasa Inggris yang baik, jangan lupa untuk selalu menggunakannya dalam keseharian agar penguasaan bahasa asingmu semakin lancar.
24 Jan 2021
4 Website Untuk Belajar Bahasa Korea Gratis!

4 Website Untuk Belajar Bahasa Korea Gratis!

Annyeong haseyo, chingu! Apa kabar? Udah namatin berapa episode drama Korea minggu ini? Lagi mantengin drama on going yang mana nih? Kalau aku lagi suka drama yang ada kaitannya sama kemampuan ber-makeup. Eitss, tapi ... yang mau aku bahas di blogpost kali ini bukan dramanya sih. Aku mau ngajak kamu ngobrol dikit soal belajar bahasa Korea.

Jadi, sebagai pecinta k-pop atau dunia perdrakoran, pasti kamu udah paham dong sama beberapa kata yang sering digunain di drama, ya kan, chingu? Seperti kata ‘Annyeong,’ ‘Yeoboseyo,’ ‘Saranghae,’ 'Gomawo,' 'Mian,' dan masih banyak lagi kata-kata lainnya. 

4 Website Untuk Belajar Bahasa Korea Gratis!

Tanpa disadari drama Korea bikin kita belajar kosakatanya ya. Nah, aku yakin deh, pasti banyak yang pengen belajar Bahasa Korea lebih dalam supaya bisa ngerti apa yang idola kamu bicarakan di drakor favorit tanpa repot melihat teks terjemahan aka subtitle-nya, kan? 

Website untuk Belajar Bahasa Korea Secara Gratis

Sayangnya, belajar bahasa dengan cara les butuh banyak budget dan enggak semua orang bisa mengeluarkan budget tersebut. Eitsss, tapi jangan khawatir chingu! Karena di zaman serba canggih seperti sekarang ini dan the power of internet, kamu juga bisa belajar bahasa Korea secara gratis kok. Nih, aku bisikkin beberapa website buat belajar Bahasa Korea gratis dari tim Giladiskon! 

1. TALK TO ME IN KOREAN (TTMIK) 

Kalau kamu Googling Talk To Me In Korean, kamu pasti akan langsung menemukan website yang satu ini lho. Di situs ini kamu bisa belajar gratis bahasa Korea dengan penjelasan yang mudah nih. Meskipun untuk bisa dapet akses ke beberapa fiturnya kamu harus bayar atau diminta jadi member premium. Walaupun begitu, website ini lumayan membantu banget kok supaya kamu bisa belajar bahasa Korea. 

Oh ya, for your information, situs ini menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya ya chingu! 

2. HOW TO STUDY KOREAN 

Selain TTMIK, kamu juga bisa berseluncur di Google search tentang website yang satu ini untuk bisa belajar Bahasa Korea secara gratis nih. Situs How to Study Korean ini juga menyediakan materi dasar tentang bahasa Korea. Akan tetapi, aku mau ngingetin kamu nih, kalau di website ini pun bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Inggris. 

3. LINGUTI 

Tim enggak terlalu suka baca kalau enggak ada gambar pendukung mana suaranya? Tenang, kamu enggak sendirian, aku pun gitu kok, kalau belajar sesuatu lebih suka kalau ada gambarnya.

Nah, Kalau kamu enggak terlalu suka belajar dari website yang isinya tulisan semua, Linguti bisa jadi opsi lain untuk kamu pilih. Di sini kamu bisa belajar bahasa Korea dengan lebih menyenangkan chingu. Soalnya, di Linguti model pembelajarannya seperti game, yang sengaja dibuat supaya kamu enggak bosen lho. 

Di website ini pun ada 4 chapter yang terdiri dari kosakata dan grammar yang bisa kamu pelajari. Patut dicoba nih sama kamu, jangan sampai terlewatkan! 

Belajar Bahasa Korea Online

4. DUOLINGO 

Aku yakin, kamu pasti udah pernah mendengar tentang tempat belajar bahasa gratis yang satu ini. Ya, Duolingo enggak hanya menyediakan pembelajaran buat bahasa Inggris aja, tapi ada beberapa bahasa lain yang bisa dipelajari, termasuk bahasa Korea.

Nah, kalau kamu enggak terlalu suka belajar dari website, kamu bisa coba download app Duolingo di Play Store maupun App Store. Jadi, kamu bisa belajar bahasa Korea lewat smartphone kapan pun di mana pun. 

Aplikasi ini juga mengusung model belajar yang sama dengan Linguti, yaitu dengan bentuk game atau challenge. Belajar bahasa Koreanya jadi lebih praktis, menyenangkan dan bisa di mana aja deh. 

Gimana nih gengs? Enggak ada alasan lagi untuk enggak bisa belajar bahasa Korea karena keterbatasan biaya ya. Kamu bisa belajar lewat situs-situs di atas secara gratis, cuma modal koneksi internet dan gadget yang kamu punya. Jadi, nanti kamu bisa ngerti oppa atau eonni kesukaan kamu ngomong apa deh! Enggak perlu nunggu subtitle juga. Selamat belajar ya! 
18 Dec 2019
Trik Sederhana Agar Semangat Belajar Menulis

Trik Sederhana Agar Semangat Belajar Menulis

Tidak dipungkiri lagi jika kehadiran internet memang mempermudah kita sebagai manusia untuk belajar banyak hal. Termasuk belajar menulis cerita. Mau itu cerita pendek, fiksi mini, novel, cerita anak, ataupun buku terkait ilmu pengetahuan. 
 
Selain itu, kita pun bisa menulis di mana pun kapan pun tanpa memerlukan pena dan kertas karena sudah ditunjang oleh gawai yang memadai. Sehingga ada banyak aplikasi digital yang bisa digunakan baik di komputer, laptop sampai smartphone. Hingga mengantarkanku pada angan-angan untuk menjadi seorang penulis novel. Sayangnya tidak semudah itu ferguso.

Segala kemudahan yang kurasakan ternyata tak serta merta membuatku bersemangat untuk menyelesaikan tulisanku. Semuanya mengendap di folder laptop, hingga ide-ide yang berkelebat bahkan bergulat di kepala pun akhirnya menguap. 
 
Ternyata aku lebih suka menuliskan status berbumbu kesedihan di media sosial, termasuk kisah cinta yang kandas bersama mantan. Hingga akhirnya membuatmu pergi karena bosan. Sungguh berbeda dengan aku yang bersemangat di masa lampau. Apalagi saat baru belajar menulis bersama mama.
 

Efek Dibacakan Dongeng Sebelum Tidur Oleh Mama


Bisa dibilang aku sungguh merasa beruntung, karena saat masih kanak-kanak mama sering membacakan sebuah cerita ataupun dongeng sebelum tidur. Hingga kebiasaan itu membuatku senang membaca buku cerita, termasuk majalah bobo hasil meminjam dari tetangga.
 
Selain itu, mama juga tak pernah lelah mengajarkanku untuk belajar menulis. Dari mulai membentuk sebuah garis yang nantinya ditarik dan membentuk huruf, hingga membentuk kata dan rangkaian katanya menjadi sebuah kalimat.

Setiap malam, sebelum rasa kantuk menggelayuti kedua mata, mama akan memberikanku peralatan menulis yang bertambah setiap harinya. Dimulai dari pensil, penghapus, pulpen, pensil warna hingga spidol berukuran sedang. 
 
Mama juga menyiapkan buku tulis yang masih putih bersih. Kosong melompong tanpa dosa. Tentu saja semua peralatan itu diperbolehkan kupakai juga di siang hari saat mama tak mendampingiku belajar menulis. Yang pada akhirnya membuat lembaran halaman buku dipenuhi coretan abstrak.

tips belajar menulis
belajar menulis
 

Belajar Menulis Bersama Mama

Aku sangat ingat kalimat apa yang pertama kali ditulis dan legend banget. Kurasa kamu juga tahu deh kalimatnya.  Iya, itu adalah kalimat : "Ini Budi!" dilanjutkan dengan "Ini Ibu Budi." 
 
Beruntung sekali ya yang bernama Budi. Soalnya dikenal di seluruh negeri ini. Kenapa saat itu tak terpikirkan untuk menulis namaku sendiri saja dan nama mama. Ya, namanya juga masih kanak-kanak, masih dalam masa-masa meniru dan menuruti orang dewasa.

Setelah mulai lancar menulis atau lebih tepatnya tulisanku bisa dibaca oleh orang lain. Maka mama pun mulai memperkenalkanku pada huruf kecil, besar, dan tanda baca. 
 
Ya, semuanya bertahap dan aku sungguh bersemangat untuk terus belajar menulis. Hingga tertarik untuk belajar huruf tegak bersambung. Mama bahkan mendukungku dengan membelikan buku bergaris, khusus untuk belajar huruf tegak bersambung.
 

Hadiah Diary dari Mama Jadi Semakin Membuatku Suka Menulis


Mungkin melihat aku yang semangat belajar menulis dan juga kepribadianku yang pemalu. Ya walaupun sekarang lebih banyak malu-maluinnya. Mama pun menghadiahiku sebuah buku diary berwarna merah muda, bergembok dengan gambar sampul depannya karakter zodiakku.
 
Mama bilang aku boleh menuliskan semua keluh-kesahku di sana jika aku sedang tak ingin menceritakannya pada mama. Diary itu sangat membantuku untuk mengeluarkan semua yang mengganjal dalam hati dan pikiran tanpa perlu diketahui oleh orang lain.

Terima kasih mama, karena trik sederhana darimu, aku masih terus belajar menulis hingga saat ini. Walaupun terkadang tulisanku yang berupa deskripsi di media sosial membuat seseorang bahkan beberapa orang salah paham. Aku sadar, aku memang harus lebih banyak lagi belajar menulis yang baik dan benar.
 
Menulis yang bermanfaat untuk orang lain. Tenang, semuanya berproses kan. Seperti aku yang dulu menulis diary rahasia namun kini beralih pada diary yang bisa dibaca semua orang. Ya, blog ini.

Cara mama untuk membuatku semangat belajar menulis kelak akan kuulangi pada anak-anakku, cucu-cucu mama di masa depan. Agar mereka bisa merasakan betapa dengan cara sederhana pun bisa membuat sesuatu menjadi menyenangkan. 
 
Doakan juga agar aku bisa konsisten menyelesaikan sebuah cerita yang menjelma menjadi sebuah buku yang terpampang di rak-rak toko buku suatu hari nanti. Buku yang bisa diambil hikmahnya dan membekas di hati pembacanya. Di mana dalam buku itu aku sudah menulis sesuai PUEBI. Hingga tak ada lagi terima kasih yang penulisannya digabung, ataupun fotokopi yang masih ditulis fotocopy
22 Aug 2019
NKRI Dalam Hidupku

NKRI Dalam Hidupku

NKRI (Indonesiaku) ...
Selalu terdengar di telingaku
Terbayang selalu di mataku
Tertulis jelas disanubariku
Selalu menggelora dalam dadaku

NKRI ...
Sebuah nama yang begitu berarti bagiku,
Tanah airku, tanah kelahiran serta tanah kebanggaanku

NKRI ...
Sebuah tempat yang sangat indah, subur, makmur, damai sentosa
Sebuah negeri yang berhawa sejuk, dikelilingi pegunungan serta lautan
Beraneka flora dan fauna tumbuh di dalamnya

NKRI ...
Aku bangga menjadi bagian darimu
Hidup damai dalam naunganmu
Berbagai suku, beraneka bahasa serta keyakinan ...
Semua bisa hidup rukun dan damai
Bersatu padu dalam setiap sendi kehidupan


NKRI ...
Tanah airku tercinta
Tanah yang kutempati sejak lahir, bertumbuh dan hingga akhir hayat nanti
Apa pun yang terjadi kau selalu menjadi bagian dari diriku
Menjadi kebanggaanku dan tak akan lekang oleh waktu

NKRI ...
Aku selalu berharap
Semuanya rukun terjaga
Damai abadi selamanya
Makmur sejahtera rakyatnya
Hingga tak ada lagi kesenjangan dalam setiap sendi kehidupan
Dan semakin bersinar di mata dunia

Selamat bertambah usia NKRI ku, Indonesiaku
Jiwa dan ragaku selalu bersamamu
Bersama para pahlawan yang gugur dalam perjuangan meraih kemerdekaan
Dan bersama Revu Indonesia 17 an

2 Aug 2019
Kunci yang Terjatuh ke Atas

Kunci yang Terjatuh ke Atas

Beka mempercepat langkahnya memasuki areal perumahan cukup elit, mengingat ada beberapa pejabat yang tinggal di kawasan tersebut walaupun berbeda blok. Walaupun elit, tapi jalan di perumahan ini cukup membuat bulu kuduk berdiri saat malam tiba. Apalagi di pertigaan menuju blok B. Sisi kirinya ditumbuhi tumbuhan hijau yang dibentuk aneka rupa. Sementara sisi kanannya ditumbuhi pohon sukun yang buah matangnya sering jatuh tak tahu waktu. Ya, Beka sudah sering menahan teriakannya karena ulah buah dari pohon sukun.

Pertigaan menuju blok B, tempat di mana Beka menyewa sebuah kamar kost memiliki penerangan yang temaram, berbeda dengan pertigaan lainnya. Malah, di suatu waktu lebih mirip penerangan di scene film atau tayangan horor. Ya, hidup-mati, hidup-mati. Untung saja tidak dilengkapi tiba-tiba ada sesosok makhluk tak kasat mata yang muncul. Kalau iya, mungkin Beka hanya memiliki tiga pilihan. Diam di tempat lalu pingsan. Menjerit sembari lari terbirit-birit atau jalan pelan-pelan sembari membaca doa dan pura-pura tidak melihatnya.

Selain pertigaan, areal lain yang cukup menyeramkan adalah rumah kosong yang bersebelahan dengan tempat menjemur pakaian di kost-kostannya. Rumah kosong dengan pagar terbuka lebar dan halaman yang ditumbuhi rumput liar. Belum lagi tepat di seberang rumah ibu kost masih ada areal kosong yang ditumbuhi aneka pohon lengkap dengan patung-patung berupa anak-anak yang bukannya menggemaskan justru malah menambah jantung berdegup cepat dan tentu saja bukan degupan yang menyenangkan seperti saat jatuh cinta.



Beka mendorong pintu gerbang kecil dengan hati-hati agar tak membangunkan ibu kost beserta keluarganya. Mengingat ini sudah pukul sembilan lewat. Setelah berhasil menutupnya kembali, Beka bergegas menuju ke depan pintu garasi. Yang mana biasa digunakan untuk akses keluar masuk kamar kostnya yang bersatu dengan rumah ibu kost. Sebelum menuju kamarnya yang berada di lantai dua, Beka menyempatkan diri mengetuk pintu kamar temannya. Memberikan sekotak martabak pesanan dan juga seblak kering sebagai oleh-oleh. Oleh-oleh pulang ke rumah sebulan sekali.

Beka menundukan kepala dengan tangan terkepal dan bibir yang mengerucut manakala melihat gantungan kuncinya lepas hingga membuat kunci kamar dan kunci garasi berpisah. Ya kunci kamar masih menancap di pintu, sementara kunci garasi yang seharusnya jatuh dan mengeluarkan bunyi, tapi malah tidak sama sekali justru tak ada di sekitar sana. Ia pun menggeser pintu kamarnya, takut-takut kuncinya terselip di celah pintu dan masuk ke dalam. Tapi nihil. Ia kembali mencari di area depan kamar kostnya, hingga menuruni anak tangga. Dan hasilnya sama, nihil.

"Beka, kamu ngapain mondar-mandir di sini?"

Cika yang baru saja kembali dari kamar mandi menghampirinya. Dan turut mencari kunci garasi milik Beka. Karena penasaran, mereka bahkan mencari hingga ke kamar Cika di mana tadi Beka berhenti sejenak di sana. Beka juga meminjam kunci garasi milik Cika untuk menuntaskan rasa penasarannya. Iya, takutnya memang sudah terjatuh saat membuka pintu garasi. Tapi setelah ia pikirkan kembali. Mana mungkin pintunya terkunci rapi.

"Tetep enggak ketemu?" Cika menerima kunci miliknya beserta wajah murung Beka.

Beka menggeleng dan menyatakan jika besok siang akan menemui tukang kunci untuk membuat salinan yang baru. Dan Cika pun setuju untuk mengantarnya. Beka kembali ke kamarnya dan menghempaskan diri di atas tempat tidur. Tidur dengan pikirannya yang tidak begitu tenang. Dengan baju dan jaket yang tak diganti terlebih dulu.

"Beka, ada mang Galon nih!" Teriak Cika dengan leluasa mengingat pemilik rumah kost sudah pergi sejak tadi pagi.

"Tolong bukain dulu garasinya Cik, sebentar lagi aku turun!"

Hanya lima menit dan galon di atas dispensernya sudah berganti baru. Beka pun merogoh uang dari saku jaketnya yang lain. Yang di gantung di belakang pintu. Dan ia menelan ludah tatkala menemukan kunci garasinya di sana. Iya di sana, di saku jaket yang tergantung di belakang pintu. Bukan saku jaketnya yang dikenakannya. Dengan kening yang mengerut ia memberikan uang penggantian Galon dan mengikuti hingga pintu garasi terkunci kembali olehnya. Oleh kunci yang didapatnya dari saku jaket.

"Lha, itu kamu udah punya kuncinya?" Cika baru saja ingin meminjamkan kuncinya kembali.

Beka tertawa, sumbang. Kemudian menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Iya, udah ketemu, ada di saku jaket yang digantung di belakang pintu!"

"Serius, kok bisa?"

Beka menggeleng, "enggak tahu nih! Ajaib, kuncinya jatuh ke atas bukan ke bawah, nyelip di saku jaket pula!"

"Iya, kok aneh, ya!"

"Tidak perlu heran, mungkin ada yang sedang iseng!" Seru mba Anin yang kamarnya bersebrangan dengan Chika, samping garasi. Katanya mba Anin bisa melihat dan merasakan makhluk tak kasat mata.

Meskipun mba Anin mengatakannya sembari tersenyum, tetap saja Beka dan Cika bergedik ngeri dan cepat-cepat mengalihkan pembicaraan. Berharap kejadian aneh seperti ini tak lagi terjadi. Dan tentu saja tidak begitu.

11 Apr 2019
Sekali Lagi Menikmati Hari Bersamamu

Sekali Lagi Menikmati Hari Bersamamu

Apakah kau tahu sebagian lirik dari lagu Maudy Ayunda berjudul Tahu Diri?
Tidak?
Baiklah, akan kuberi tahu bagian lirik yang paling aku senangi.
Sudah siap?

"Hai, selamat bertemu lagi
Aku sudah lama menghindarimu."

Bagian lirik ini sungguh mewakili perasaanku kepadamu ...
Sungguh sudah lama sekali aku tak bertemu denganmu
Tak menghabiskan waktu bersamamu

Dan tentu saja, rasa rindu yang teramat dalam membawaku kembali untuk bertemu lagi denganmu.
Mencoba lagi menikmati hari-hari bersamamu, seperti dulu.
Menikmati aromamu yang membangkitkan semangatku.

Detik ini aku sadar, perasaan itu hadir kembali, aku ingin bersamamu yang membuatku lebih bahagia menikmati hari-hariku.
Aku ingin kau selalu di sampingku, dan merasakan kembali debar jantung yang meningkat.

Namun, perasaan ragu pun ternyata turut hadir dalam diriku.
Aku sungguh berada dalam dilema.
Aku menginginkanmu lagi, tapi rasa takut dan ragu terus membayangiku.

Aku ragu, apakah keputusanku benar?
Aku ragu, apakah aku bisa tetap tegar saat terjaga sepanjang malam karenamu, bersamamu seperti tahun-tahun sebelumnya?
Ya, sebelum aku memutuskan untuk berpisah denganmu.

Aku takut, sungguh takut ...
Karena aku tahu, bersamamu tak hanya tentang mengecap rasa manis.
Tapi juga meninggalkan rasa pahit.

Apa?
Apa yang harus kulakukan?

Kucoba memejamkan mata berkali-kali, tapi tak bisa
Bahkan hingga pagi menjelang, aku masih terjaga akibat ulahmu
Kau tak tahu betapa tersiksanya diriku selama ini tanpa kehadiranmu
Namun bersamamu ternyata membuat segalanya jauh lebih pelik

Baiklah, suka atau tidak, akan kubisikan hal ini padamu
Biarlah kali ini kumenikmati lagi hari bersamamu
Tapi cukup kali ini saja
Wahai secangkir kopi yang isinya sudah tandas dalam perutku

Dok pribadi
24 Jul 2018
Terserah Kamu | Terinspirasi Kopi

Terserah Kamu | Terinspirasi Kopi


Jika kamu itu secangkir kopi,
kamu telah mampu membuatku terjaga hingga pagi.
Dan terkadang menimbulkan rasa deg-degan berlebihan.
Walaupun ada rasa pahit.
Lebih banyaknya menimbulkan rasa senang.

Jika kamu segelas jus.
Kamu juga menyegarkan ...
Memberi banyak pilihan, 
ada banyak buah-buahan dan sayuran yang bisa dipadukan, layaknya perasaan.

Tapi, tak apa jika pada akhirnya kamu hanya ingin menjadi air putih.
Netral, membuat semua orang suka, membuat semua orang nyaman.
Walaupun tanpa rasa.

Terserah mau jadi apa dirimu.
Yang terpenting aku menyukaimu. Dan kamu tidak harus tahu.
29 Jan 2018
Pelatihan Jurnalistik Pemula, Relawan TIK

Pelatihan Jurnalistik Pemula, Relawan TIK

Untuk pertama kalinya dalam hidup, aku naik kereta lokal Bandung Raya pukul setengah lima pagi, dari stasiun Cicalengka menuju stasiun Bandung. Demi apa coba aku bela-belain berangkat subuh ke Bandung? Demi ikut bersama sembilan emak-emak blogger dari KEB Bandung, dalam rangkaian kegiatan pelatihan jurnalistik pemula bagi relawan TIK kota Bandung.

pelatihan jurnalistik pemula relawan tik bandung

Kegiatan ini diadakan oleh diskominfo dan  bertempat di Kampung Sampireun Resort and Spa di tanggal 18 - 19 Desember 2017. Pelatihan ini diikuti oleh siswa-siswi terpilih dari SMAN 10 Bandung, SMK Bahagia dan beberapa bapak-ibu guru dari sekolah tersebut. Dan tahu nggak, ibu-bapak guru dari SMK Bahagia masih pada muda gitu. Bahkan kelihatan seumuran sama siswa-siswinya.

Garut - Senin, 18 Desember 2017,
Setibanya di Kampung Sampireun, sekitar pukul 11.00 WIB, kami disambut bajigur hangat sebagai minuman selamat datang. Istirahat sebentar sebelum akhirnya beralih menuju restoran seruling bambu dalam rangka makan siang dan pembagian kaos RTIK kota Bandung juara untuk dikenakan saat outbound keesokan harinya.


Setelah makan siang, para peserta pelatihan jurnalistik diarahkan menuju ruang pertemuan untuk pembahasan materi seputar jurnalistik. Dibuka dengan sambutan oleh ibu Eli Harliani selaku kabid Diseminasi Informasi, kemudian pembacaan doa dan seluruh peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelahnya dilanjutkan dengan pembahasan materi Dasar-dasar jurnalistik oleh bapak Maulana Yudiman selaku praktisi bidang media dan kehumasan.

Bapak Maulana menjelaskan dari yang paling dasar, yaitu memahami terlebih dahulu apa itu profesi. Baru kemudian berlanjut ke profesi jurnalis, etika jurnalistik, kode etik jurnalistik, 9 elemen jurnalisme, perkembangan pers di indonesia, perbedaan perangkat kerja wartawan zaman dulu dan zaman sekarang, kontrol media, membedakan wartawan dan buzzer, sampai ke elemen jurnalisme ke 10.  Kubaru tahu lho kalau di tahun 1955-1965, industri pers di Indonesia dijadikan alat propaganda partai.


Jadi gengs, elemen ke 10 ini merupakan elemen terbaru yang hadir mengikuti perkembangan teknologi informasi, khususnya internet. Di mana warga bisa menyumbangkan pemikiran, opini, berita dan lain sebagainya melalui medianya sendiri. Macem kita menginformasikan lewat blog, citizen journalism, dan lain-lain.

Sesi materi dasar-dasar jurnalistik pun di tutup dengan tanya jawab. Ada emak Efi dan emak Nia dari KEB Bandung juga yang turut bertanya. Tapi yang paling menarik perhatianku adalah pertanyaan dari bapak Warsidi kurang lebih tentang menghadapi pemberitaan media yang tidak benar, tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan dan terlanjur ditayangkan di televisi nasional hingga mencoreng nama baik sebuah institusi. Soalnya itu sangat merugikan.


Dan ternyata gengs, di dunia jurnalistik itu ada yang namanya hak jawab. Yang mana kita bisa menyampaikan keberatan terhadap pemberitaan tersebut ke media yang memberitakan bahwasannya pemberitaan tersebut tidak benar, dan kejadian yang terjadi di institusi tersebut tidak terjadi. Lalu, media yang dituju harus menayangkan hak jawab yang kita lakukan, baik cetak maupun televisi. Dan kalau sampai nggak ditayangkan, media tersebut bisa diajukan ke dewan pers. Nah begitu gengs, siapa tahu kan suatu saat institusi atau orang-orang terdekat kamu mengalami kejadian serupa.

Eh ya, masih ada satu lagi pertanyaan menarik lainnya dari ibu Dian tentang bagaimana caranya mengetahui wartawan abal-abal apa bukan. Ternyata caranya sederhana lho gengs. 1. Tanya tanda pengenalnya, 2. Surat tugas, 3. Minta fotonya dan rekam juga. Kalau itu wartawannya abal-abal, mereka pasti nggak akan mau di foto apalagi direkam.

Setelah seluruh pertanyaan terjawab, acara dijeda dulu dengan coffee break, baru kemudian dilanjutkan kembali dengan pembahasan materi tata cara membuat berita/ press release yang baik oleh bapak Ari Syahrial, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung.


Di sini dibahas mengenai perbedaan berita dan rilis. Kalau berita disajikan kepada publik, kalau rilis kepada jurnalis atau media massa. Terus kalau berita diterbitkan oleh lembaga pers, kalau rilis oleh organisasi non pers. Dibahas juga mengenai cara menggali informasi melalui reportase, observasi, wawancara, juga paper trail. Sebelum melakukan wawancara kita harus mengetahui dulu siapa narasumbernya, bagaimana latar belakangnya, orangnya seperti apa, siapkan daftar pertanyaan dan siapkan alat perekamnya. pastikan juga kita menguasainya. Setelahnya dibahas juga mengenai teknik menulis dan editing. Editing pun terbagi dua lho. Editing isi dan editing redaksional.

Sesi kedua ditutup dengan tanya jawab dan latihan menulis pengalaman seru ataupun menarik selama perjalanan dari Bandung menuju Kampung Sampireun, Garut dalam waktu kalau nggak lupa sekitar 3 menitan. Kalau dari KEB ada emak Ima yang membacakan hasil menulisnya, membahas tentang bubur ayam. Yang menarik ada salah satu siswi yang menceritakan kengenesannya bersama teman-teman pada bajigur yang belum sempat mereka minum tapi sudah dibereskan oleh pramusaji.

***
Setelah makan malam, diadakan hiburan di ruang pertemuan. Rencananya sih membuat api unggun, tapi berhubung hujan turun sejak sore hari dilanjut masih gerimis. Jadilah acaranya diadakan di ruang pertemuan. Sebelum acara hiburan dimulai, ibu Eli dan ibu Ahyani bagi-bagi hadiah kepada para peserta. Total ada sepuluh hadiah berupa setrika, kompor gas, dispenser, magic com, blender, dll. Syarat untuk mendapatkan hadiahnya, para peserta harus menjawab pertanyaan seputar materi yang tadi siang dibahas. Dan emak-emak KEB Bandung, emak Widya, emak Risky, emak Astri, dan emak Ayu mendapatkan hadiahnya juga. The power of emak-emak yee nggak.


***
Selasa, 19 Desember 2017
Dimulai dengan sarapan pagi pukul 08.00 WIB, acara dilanjutkan dengan outbound. Pertama-tama para peserta berkumpul di sebuah lapangan terbuka, masih di Kampung Sampireun tentunya. Ada teteh pembaca acara yang memandu agar para peserta yang kurang lebih enam puluh lima orang (yang mengikuti outbound) untuk membuat lingkaran besar dan saling berpegangan tangan. Setelah berdoa, permainan pertama pun dimulai. Permainan pertama, peserta harus berkonsentrasi dan melakukan formasi sesuai petunjuk. Bergerak seperti motor (2 orang), mengayuh becak (3 orang) dan kereta api (10 orang). Ada beberapa yang gagal fokus dan akhirnya menggantikan peran teteh pembaca acara untuk memandu.


Setelahnya, peserta kembali membuat lingkaran besar dan berhitung dari 1-6 secara berulang, hingga terbentuklah 6 kelompok dan emak-emak KEB Bandung pun terpisah. Aku kebetulan di kelompok 2 bersama teh Susanti. Setiap kelompok diharuskan membuat nama kelompok, yel-yel, dan menentukan ketua kelompoknya. Kelompok 2 kalau nggak salah namanya kelompok lifestyle (maafkeun aku gagal fokus). Setelah semua kelompok unjuk yel-yel, permainan dilanjutkan dengan balap sarung. Sarung lho ya bukan karung. Enam orang dari setiap kelompok bermain. 3 orang pertama berada dalam satu sarung. Berlari secepat mungkin menuju tiga orang di seberangnya yang akan kembali ke titik awal. Dan kelompok 2 yang pertama kali sampai.

Lalu dilanjut dengan permainan estafet air, kita nggak boleh liat ke belakang sementara air dalam katel (wajan kecil) harus diteruskan sampai ke anggota kelompok di bagian akhir dan bertugas memasukannya ke dalam ember. Setelah permainan tangkap belut. Aku maju karena kangen. Terakhir main tangkap belut tahun 2012 waktu ospek jurusan di kampus. Seru lha itu nangkep-nangkep belut sampai nggak sadar kerudung ngambay terus keuna ku cipratan air belut, jadilah bau hanyir.


Dari lapangan terbuka, outbond dilanjutkan menuju ke danau. Yuhu, lomba dayung perahu. Lima orang perwakilan setiap kelompok berjuang untuk menjadi yang pertama sampai. Nah, berhubung danau di Kampung Sampireun ini tinggi airnya sekitar 3 meter, maka diwajibkan untuk memakai pelampung, terutama yang nggak bisa berenang. Diiringi alunan musik khas sunda, balapan perahu pun dimulai. Dan dimenangkan oleh kelompok 1.

Dan permainan penutup di outbound hari itu adalah, dua orang perwakilan kelompok berjalan di atas selang yang melewati kolam ikan dan pancuran yang ada di sana. Dan kelompok 2 juara, karena berhasil sampai tepian di seberangnya dengan waktu tempuh yang paling cepat beberapa detik dari kelompok 1.


Sebenarnya ada yang lebih cepat tapi gagal mencapai tepian. Malah ada yang sampai mengerahkan segala kemampuannya demi nggak tigejebur. Iya loh, ada yang sampai kaya atraksi sirkus, satu kakinya diluruskan ke belakang.


Dari semua permainan dalam outbound ini, pelajaran yang bisa dipetik adalah, konsentrasi, sportifitas dan kerjasama tim yang baik. Kalau semuanya diterapkan dengan baik tentu hasilnya pun yang terbaik. Ya nggak. Setelah kegiatan outbound selesai, dilanjut makan siang, penutupan dan pulang lagi ke Bandung. Dan berakhir pula blogpost aku kali ini. Sampai bertemu di blogpost selanjutnya gengs.

17 Mar 2017
Ada Banyak Hal yang Ingin Kuwujudkan

Ada Banyak Hal yang Ingin Kuwujudkan

Wah, nggak terasa ya, sudah hari terakhir. Sedih rasanya. Karena gara-gara ikutan tantangan tujuh hari menulis dari Kampus Fiksi dan Basa-basi Store ini membuatku rajin menulis dan update blog. Di hari ketujuh, hari terakhir ini, pertanyaannya adalah ... kenapa sampai detik ini aku masih bertahan hidup?

Pertama karena Tuhan masih memberikan waktu untuk hidup, jadi aku harus memanfaatkannya untuk menjadi manusia yang lebih baik. Kemudian menggapai apa yang kuinginkan, menjadi seorang penulis. Walaupun masih penulis status di sosial media dan belajar menulis cerita utuh. Kelak, ingin rasanya mempunyai novel yang nangkring di toko buku. Aku juga masih bertahan hidup karena ingin memenuhi harapan orangtua dan keluarga. Yup, aku masih berusaha mendapatkan pekerjaan diluar rumah, di perusahaan orang lain agar aku bisa memenuhi keinginan mereka dan kelak bisa membahagiakan mereka. Selain itu masih banyak lagi dan nggak akan aku tuliskan di sini.

Terakhir, terima kasih Kampus Fiksi dan Basa-basi Store. Menyenangkan bisa mengikuti tantangan tujuh hari menulis ini.
16 Mar 2017
Kucing Abu abu - Buciku

Kucing Abu abu - Buciku

Dibandingkan menulis kehilangan teman, aku lebih memilih kehilangan  tentang kucing abu abu bernama Buci. Dia yang biasanya mendengarkan aku bicara, walau sudah jelas ia tak bisa memberi saran ataupun menenangkanku. Setidaknya dia bisa menjaga rahasia dan kupeluk kapanpun aku mau. Tapi sekarang, sekarang dia tak ada. Menghilang entah ke mana, dan aku masih berharap dia kembali.

Baca Juga : Kamu Di Mana?

Aku masih berharap dia akan membangunkanku dengan suara cemprengnya, tepat di depan pintu kamar. Minta dibukakan pintu untuk masuk ke rumah. Bahkan mencakar-cakar bunga-bunga kertas yang kubuat. Tak mengapa asalkan dia kembali. Kembali menemani aku. Kembali membuat rumah ini ramai dengan suaranya.

kucing abu abu tua

Baca Juga : Memelukmu Dalam Mimpi

Buci, kucing abu-abu tua nyaris hitam kesayanganku yang baru berumur satu koma empat tahun. Yang telah menghilang selama satu bulan lewat empat hari. Kuharap kamu masih hidup dan baik-baik saja. Aku kehilangan dirimu, aku merindukanmu. Rindu bermain denganmu. Rindu mengusap kepalamu. Rindu menggendong dan memeluk kamu.
15 Mar 2017
Seperti yang Kurasakan Saat Ini

Seperti yang Kurasakan Saat Ini

Dan jujur saja, hidup sendirian membuatku semakin sinting-bicara pada diri sendiri, membaca buku keras-keras di kamar mandi, dan memutar film tanpa menontonnya hanya agar ruangan nggak terlalu sunyi. Aku sudah sampai pada titik di mana aku bosan mendengar suara sendiri. Kalau ada stalker yang ingin bicara kepadaku, aku siap menerimanya, asal dia mengeluarkan suara yang berbeda dariku.

Dari novel JAKARTA SEBELUM PAGI - Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie halaman 51

Kebetulan buku terdekat yang tergeletak di kasur adalah novelnya Ziggy yang ini. Kenapa? Karena lagi dibaca ulang. Terus kenapa milih paragraf yang ini? Simpel sih, karena aku merasa, inilah yang sedang aku alami saat ini. Meskipun nggak seratus persen sama.

Aku masih punya orangtua lengkap dan tinggal di rumah. Tapi aku merasa sendirian. Karena suasana di rumah nggak menyenangkan seperti saat aku masih kecil. Aku merasa sendirian dan semakin sinting. Iya, ngomong sama diri sendiri, nanya sendiri, jawab sendiri. Aku juga nggak punya teman buat diajak bicara sekalipun lewat chatting. Iya, semua serba berubah setelah mereka bekerja aku menganggur bekerja mengganggur lagi , mereka menikah, aku belum. Aku nggak punya apa-apa, mereka punya segalanya. Perbedaan itu membuat aku merasa nggak pantes buat jadi teman mereka, nggak pantes ganggu mereka.

Kalau Emina di novelnya Ziggy ini membaca keras-keras di kamar mandi, aku membaca dalam hati dan menyanyi keras-keras di kamar saat merasa frustasi. Aku juga sering memutar film di laptop atau menyalakan televisi tanpa berniat menontonnya. Ya, seperti halnya Emina, aku juga berada pada titik di mana aku bosan mendengar suara sendiri. Berharap ada orang yang mau bicara sama aku, sekalipun dia seorang stalker. Tapi sayangnya nggak ada yang stalkerin aku. Kemudian ketawa sendiri karena merasa konyol membayangkan punya stalker.
14 Mar 2017
Arti Cinta Bagiku

Arti Cinta Bagiku

Cinta, kalau ditanya arti cinta menurut diri sendiri itu apa, maka aku akan mendefinisikannya menjadi dua bagian.

Cinta itu sebuah perasaan di mana aku merasa takut kehilangan seseorang. Takut jika ada orang lain yang merebut perhatian serta kasih sayangnya. Merasakan rindu ketika tak mendengar atau bercakap-cakap dengannya untuk waktu yang lama. Definisi cinta yang ini kutujukan untuk keluarga kecil kami, terutama mama.

arti cinta

Baca Juga : Benci Jadi Cinta

Cinta, sebuah perasaan di mana aku menyukai seseorang (lawan jenis). Diawali dengan rasa deg-degan, di hatiku   gugup sekaligus bahagia ketika berada disisinya. Perasaan yang harusnya diutarakan namun seringnya kupendam dalam hati, yang biasa disebut jatuh cinta diam-diam. Diam-diam cinta, diam-diam rindu, diam-diam memerhatikannya, diam-diam cemburu. Cinta yang ini sering kali membuat aku merasakan hal-hal yang aneh. Di sisi lain hati berbunga-bunga dan membuat pipi merah jambu, sisi lainnya membuat aku berderai air mata dan penuh amarah ketika melihat seseorang itu berdekatan dengan wanita lain.

Baca Juga : Sebentuk Cinta Tak Termiliki
13 Mar 2017
Menerima Pemberian Tuhan

Menerima Pemberian Tuhan

Maut, jodoh, rezeki, semuanya sudah diatur Tuhan. Termasuk rezeki yang satu ini, rezeki diberikan keturunan/anak. Aku tentu berharap, kelak jika menikah kemudian diberikan kepercayaan untuk mengandung dan melahirkan anak-anak dengan kondisi yang sempurna, dan sesuai dengan apa yang kuinginkan, dan kuharapkan. 

Tapi jika Tuhan berkehendak lain, awalnya tentu aku akan merasa sedikit kecewa, namun tidak untuk waktu yang lama. Aku harus bangkit dan menemaninya tumbuh dari waktu ke waktu. Karena kembali lagi, sebagai manusia, aku hanya bisa menerima dan menjaga pemberiannya dengan sebaik-baiknya. Aku akan berusaha memenuhi kebutuhannya, menyayanginya setiap waktu. Toh, Tuhan menitipkan anak tersebut bukan tanpa alasan. Pastilah, Tuhan mempercayai aku untuk menjaganya.

Walaupun fisik ataupun mentalnya sedikit berbeda, tentu ia akan mempunyai kelebihan lain yang bahkan bisa lebih luar biasa dibandingkan yang tak memiliki kekurangan fisik maupun mental. Karena bagiku, setiap anak/manusia yang terlahir ke dunia, memiliki keistimewaan masing-masing. Yang tak mungkin sama antara satu dengan lainnya.
12 Mar 2017
Maunya Ke Kutub Utara

Maunya Ke Kutub Utara

Coba kalau tantangan hari kedua, pertanyaannya tempat paling jauh yang ingin kamu tinggali. Pastilah jawabnya mudah, SURGA. Iyalah, siapa coba yang nggak mau masuk Surga? Tapi ini pertanyaannya tempat terjauh yang ingin kamu singgahi. Maunya sih jawab hati kamu, tapi itu sangat-sangat-sangat jauh. Jadi aku pilih Kutub Utara. Kenapa Kutub Utara? 

Pernah mendengarkan lagu Gita Gutawa berjudul Parasit. Ada bagian yang "pergi kau keluar angkasa, hiportemia di kutub utara. Hilang di samudra Antartika. Dan jangan kembali!" Gara-gara lagu ini, aku penasaran sama Kutub Utara padahal Kutub Utara bukan di luar angkasa ya, masih di bumi. Di ujung dunia. Tapi nggak mau kena hipotermia apalagi sampai hilang di samudra Antartika. 

Kenapa nggak Kutub Selatan aja? Karena Kutub Utara konon katanya laut yang membeku dan dikelilingi daratan. Sementara Kutub Selatan daratan yang dikelilingi gunung es, laut es. Lebih penasaran datang ke laut membeku dong. Lagi pula, Kutub Selatan katanya susah dijangkau dan lebih dingin.

Aku ingin ke Kutub Utara, mengunjungi masjid Nurd Kamal, melihat beruang kutub, rusa, kelinci, menginap di hotel es, mengelilingi lingkaran Kutub Utara dengan kereta, bermain salju dan melihat aurora yang cantik. Dibayangkan saja sudah indah, apa kabar jika kelak tiba di sana.
11 Mar 2017
Pertanyaan Tanpa Jawaban

Pertanyaan Tanpa Jawaban

Cinta monyet, cinta yang katanya nggak serius, cuma main-main. Tapi nyatanya aku masih penasaran dengan kebenaran kalimat dari temanmu, dulu. Saat aku dan kamu berada di kelas yang sama. Kelas delapan, delapan B lebih tepatnya. Kelas yang paling terkenal tahun 2006-2007 di kalangan guru-guru apalagi guru BP yang mirip jelangkung, datang tak dijemput pulang tak diantar.

Kamu, yang kuakui sebagai cinta pertama yang tak bisa termiliki. Yang diam-diam kuperhatikan setiap kali ada kesempatan. Tahukah kamu, semua perasaan suka dan cinta yang dinamakan cinta monyet itu berawal dari sebuah pertemuan pertama yang menyebalkan saat tes tulis ujian masuk SMP. Ya, kamu yang duduk disampingku dan tidak mau meminjamkan penghapusmu barang sebentar saja membuatku membenci dirimu. Dan hadiah dari membenci adalah, aku mengingatmu setiap waktu hingga perasaan itu berubah menjadi perasaan aneh. Sebut saja cinta, cinta monyet.

Dan aku tak pernah menduga ataupun berharap berada di kelas yang sama denganmu. Tapi sistem acak kelas saat naik ke kelas delapan, membuatku kembali satu ruangan denganmu. Kamu yang selalu sebangku dengan si paling jail di kelas. Dan paling suka meja yang berhadapan, tepat dengan meja guru. Anugerah untuk aku, yang bisa memandangimu dari jauh dengan leluasa. Dan setiap mengumpulkan tugas matematika, aku bisa berdiri di samping tempat dudukmu untuk beberapa menit. Kamu dan aku pun pernah berkali-kali satu kelompok. Dan sikapmu seperti pertama kali aku dan kamu bertemu, ketus, judes, jutek. Herannya aku tetap menyukaimu.

Hari itu pelajaran Biologi, aku yang tengah fokus menyalin apa yang pak Iwan tulis di papan tulis mendengar bisikan temanmu dari jarak yang jauh itu. "Gilang, si x suka sama kamu!" katanya sembari menunjukmu. Ini apa telinga sama penglihatanku bermasalah atau cuma halusinasi? Itulah yang ada dibenakku kala itu. Setelah mendengar dan melihat untuk kedua kalinya, aku hanya menganggap itu gurauan.

Tapi temanmu tak kehilangan akal, ketika aku tak lagi mempedulikan bisikan yang entah bisa dibilang bisikan atau bukan. Secara estafet beberapa orang diminta mengatakan kata yang sama padaku. "Gilang kata Y, si X suka sama kamu!" Dan itu berulang hingga pelajaran Biologi berakhir. Sementara kamu, kamu tak menyangkal, tapi tak mengatakan apa pun padaku. Dan inilah yang kutanyakan padamu dalam hati sehingga aku tak mendapatkan jawabannya. "Benarkah itu? Benarkah kamu menyukaiku?"

Yang kusesali adalah, ketika aku mengusirmu pergi dari kursi paling belakang di lab Biologi karena salah satu temanku ingin duduk tapi tak ada lagi kursi kosong. Ya, kamu tepat duduk di belakangku saat itu, saat tes tari pelajaran kesenian diadakan di lab Biologi.

Sejak saat itu kamu yang mulanya mulai ramah padaku kembali berubah seperti dulu. Bahkan kamu sempat menolak untuk mengiringi kelompokku bernyanyi. Andai Ku Tahu dari Band Ungu, menjadi lagu yang paling indah dalam hidupku karena bernyanyi diiringi oleh kamu yang setengah kurang rela. Dan andai ku tahu saat itu perasaanku padamu tak bertepuk sebelah tangan, mungkin kamu yang jadi cinta sekaligus pacar pertamaku.

Tapi itu sudah berlalu, jadi biarlah, biarlah kamu yang jadi cinta monyet, cinta pertamaku, cinta tak termiliki dan kalimat temanmu itu tetap menjadi pertanyaan tanpa jawaban.
7 Feb 2017
Kali Kedua, Cerpen

Kali Kedua, Cerpen

kali kedua
sumber gambar : http://desioktariana.blogspot.co.id
Ini bukan tentang lagu Raisa, bukan pula novel romantis yang lahir dari wattpad dengan jutaan pembaca karya Ainun Nufus. Ini tentang kamu dan aku yang menerobos derasnya hujan untuk kali kedua. Kesempatan kedua yang kusyukuri namun akhirnya kusesali.

Malam itu, aku masih terpekur di depan layar notebook. Menyelesaikan tiga buah artikel sesuai permintaan redaksi. Ditemani gemercik yang syahdu, sepotong cheese cake dan secangkir kopi hitam tanpa gula. Aku tenggelam dalam lautan kata yang membanjiri isi kepala. Hingga tak menyadari kehadiranmu ... tepat dihadapanku.

"Ka-ka-kamu?!" aku terpekik, sulit membedakan antara halusinasi dan kenyataan. Apa benar yang kulihat? Apa itu kamu? Seseorang yang kuharapkan berjalan berbalik arah, kepadaku?

Aku mengucek kedua mataku kemudian menggeleng cepat. Kamu tetap di sana, tak bergerak, juga tak menyapa. Hanya tersenyum manis seperti dulu. Aku kembali menggeleng, kemudian menyapukan pandangan pada seluruh sudut ruangan kedai kopi. Tak ada pengunjung lain yang datang, hanya ada dua barista yang sibuk membereskan tata letak meja dan kursi.

"Ini aku, kamu nggak salah liat! Aku bukan hantu!" Kualihkan kembali pandanganku, tepat ke arah dua manik matamu yang teduh.

"Ke-kenapa kamu ada di sini?" Aku kembali tergagap, rasanya masih sulit mencerna apa yang terjadi.

Kamu tersenyum, lebih tepatnya mengejek. Dan aku selalu menyukai hal itu. "Aku ke rumahmu, tapi kamu nggak pulang-pulang," kamu menghela napas, "aku juga udah kirim chat, terus nelpon kamu. Tapi nomormu nggak aktif!"

Refleks aku meraih tas punggungku, mengeluarkan ponsel dari dalam sana. Ya, ponselku mati ... kehabisan daya. Sedetik kemudian aku mematung, mencerna apa yang baru saja terjadi. Kamu bilang apa? Kamu ke rumah, kamu chat aku? Berusaha menelponku? Kamu mengkhawatirkanku?

"Kok malah ngelamun sih?" kamu mengetuk-ngetuk punggung tanganku. Membuatku tersadar dari isi kepala dan hati yang terus menerka-nerka.

Kuusap peluh yang membasahi wajah, "maaf, aku masih kaget."

"Kamu nggak pernah berubah, ya? Setidaknya dari terakhir kali kita ketemu!"

Aku terdiam, kamu memang benar. Aku tak pernah berubah, begitupun perasaanku. Aku yang masih saja berharap tentangmu. Berharap bahwa perasaan sayangmu padaku masih sama seperti kali pertama kamu menyatakannya padaku. Enam tahun lalu, seminggu setelah aku dan kamu menerobos hujan bersama. Sekarang, kamu mulai berceloteh, tentang apa yang terjadi dengan kehidupanmu selama tiga tahun terakhir. Setelah kamu tak menghubungiku dan aku berhenti untuk menyapamu melalui sosial media. Rasa-rasanya seperti mengulang masa itu. Masa di mana aku menjadi pendengar yang baik, dan kamu pencerita yang hebat.

 ***

Kakiku rasanya berhenti menapaki bumi, saat kurasakan jemari kita bersentuhan pada payung lipat miliku. Untuk beberapa saat aku dan kamu terdiam di depan kedai kopi yang gelap. Ya, setiap kali bertemu denganmu, rasanya waktu berjalan begitu cepat ... sangat cepat. Padahal, aku selalu ingin berlama-lama, berada di dekatmu. Akhirnya, dengan satu tarikan kamu merebut payung itu dariku. Membukanya dan memintaku untuk segera bernaung di bawahnya.

"Ayo pulang, ini sudah malam! Nanti ibumu khawatir! Kita bisa ngobrol sambil jalan!"

"Hah?" Aku membelalak, menatapmu.

"Aku bakal nganter kamu pulang! Biar aman!"

Layaknya mantra sihir, aku selalu menuruti kata-katamu. Ya, kata-kata yang selalu memenangkan, juga menenangkan. Andai bisa kuhentikan waktu, aku ingin berteriak dan melompat setinggi-tingginya. Aku terlalu bahagia untuk semua ini. Semua yang sama persis dengan urutan peristiwa enam tahun lalu. Kita berbincang, lupa waktu, dan kamu mengantarku pulang. Saat itu hujan pun tengah turun membasahi bumi.

"Bolehkah aku berharap hal yang sama, Ga?" Aku terlanjur mengumamkan pertanyaan itu, beruntung kamu tak mendengarnya, beruntung hujan menyamarkannya.

"Kamu bilang apa barusan?"

"Umm, makasih udah nganterin aku pulang!"

Hanya tersisa satu belokan lagi, aku dan kamu akan tiba di depan rumahku. Tapi, kamu tak menepati janjimu untuk berbincang sembari berjalan. Ah, tak apa ... lupakan saja, rasanya kembali sepayung berdua denganmu sudah cukup membuat hatiku membuncah dan rindu yang membuat dadaku sesak akhirnya musnah.

"Boleh aku minta sesuatu dari kamu?"

"Apa?"

"Nanti, aku kasih tahu, kalau kita tinggal selangkah lagi di depan rumahmu!"

Aku hanya mengangguk, kembali melangkah bersamamu. Dan tibalah aku dan kamu di sini, berhenti sebelum menyelesaikan langkah terakhir menuju teras rumahku. Kamu menatapku sembari tersenyum, di bawah payung dan penerangan yang temaram. Tangan kananmu sibuk mengeluarkan sesuatu dari dalam tasmu. Aku kembali menerka-nerka apa yang akan terjadi? Apa kamu akan melamarku? Apa kamu sudah putus dengan perempuan itu?

"Aku minta tolong banget sama kamu, berhenti untuk mengunjungi sosial media tunanganku. Dia merasa terganggu. Dan aku nggak mau dia salah paham. Kamu bisa, kan?"

"Dan ini, undangan pernikahan kami, minggu depan," kamu meraih tanganku, memaksaku untuk menerima amplop merah muda bertuliskan nama kalian yang dicetak menggunakan tinta emas itu. Aku membeku, rasanya ada yang menusuk hatiku dan menghantam dadaku.

"Kamu harus bahagia dan bukan sama aku! Aku pulang, ya? Kamu istirahat, udah malem!" Kamu mendorongku hingga mendekati pintu. Setelahnya berbalik dan menghilang di telan kegelapan.

Aku terduduk lemas, mengenggam amplop di tanganku. Ini kali kedua aku harus kehilangan dirimu. Dulu karena keputusanku dan sekarang atas keputusanmu. Kali kedua aku patah hati. Dan kali kedua harus berpura-pura bahwa aku baik-baik saja. Seperti salah satu kutipan dari buku bang Raditya Dika, 'patah hati putus cinta itu seperti disengat lebah, awalnya tidak berasa, lama-lama bengkaknya mulai terlihat.' Awalnya, saat memutuskan untuk tak menerimamu saat itu, aku merasa baik-baik saja, lama-kelamaan aku merasa kehilangan. Selamat untukmu, semoga kamu berbahagia selalu, Aga. Aku akan mengingat kalimat terakhirmu.

"Aku harus bahagia, dan bukan sama kamu! Uli harus bahagia!"

*Fiksi ... udah lama nggak nulis, rasanya aneh. Rasanya malah makin acak-adul. Iya kan-kan-kan?
21 Oct 2016
Kau dan Hujan Memang Berbeda

Kau dan Hujan Memang Berbeda

Aku berdiri di depan pintu rumahku, memerhatikanmu yang sibuk melipat jas hujan. Jas hujan yang selama tiga puluh lima menit lalu kupakai dari pusat kota Garut menuju Kadungora. Kau bahkan tak mempedulikan tetesan air hujan yang semakin deras dan menimbulkan bunyi berirama saat menyentuh helm yang melekat di kepalamu.

"Kenapa masih berdiri di situ? Ayo cepet masuk!" kau mengibaskan tanganmu sembari memasang wajah kesal. Dan itu menggelikan. Wajahmu yang selalu ceria dan ramah tak pernah cocok memasang ekspresi seperti itu.

Kedua sudut bibirku terangkat hingga membentuk senyum simpul, "kamu aja yang cepet pulang, baru aku masuk!" Entah mengapa, aku masih ingin memandangimu lebih lama lagi.

Tak kusangka kau beranjak dari sepeda motormu dan menghampiriku. Telapak tanganmu menyentuh poniku yang layu. Mengambil selembar daun yang menempel entah sejak kapan. Disaat bersamaan, seperti sebuah sulap kau memberikanku setangkai bunga mawar. Dan pipiku bersemu merah dibuatnya. Aku sangat bahagia hari ini. Sebelum mengucap selamat malam dan pamit, kau mencubit hidungku.

"Biar cepet mancung!" katamu sembari tertawa pelan.

Melewati beberapa tahun ini bersamamu membuatku percaya bahwa kau akan selalu bersamaku selamanya. Tak seperti hujan musiman, atau hujan yang tiba-tiba datang kemudian pergi. Kuharap aku akan selalu menerobos derasnya hujan demi pulang tepat waktu bersamamu.

 ***

"Neng, ini kembaliannya!" suara bass ini berhasil membuyarkan lamunanku tentangmu. Ya, ternyata aku melamun. Memutar kembali hari terakhir kita bersama yang masih tersimpan dalam memori ingatanku.

"Terima kasih, mang!" Aku menerima kembalian ongkos ojek dan segera membalikan badan, memutar knop pintu. Berdiri dibalik pintu dengan mata yang terasa panas.

Hujan selalu berhasil membangkitkan kenangan tentangmu, masih tentangmu, selalu tentangmu. Setidaknya selama satu tahun terakhir ini. Kau bahkan tak seperti hujan. Hujan jauh lebih baik darimu. Hujan tak pernah benar-benar pergi. Sesekali ia datang. Sementara kau, kau hanya setetes air yang turun dari langit. Kemudian turut mengalir bersama tetesan lainnya meninggalkanku. Dan takkan kembali

***
Yang harus kau ketahui ...

"Ada apa?" aku sangat khawatir saat melihatmu datang dalam keadaan basah kuyup di depan kantorku.

"A-aku, aku akan menikah," ucapmu lirih dan terbata-bata.

Mataku berbinar, hampir saja berteriak girang. Sayang, semuanya berubah saat kau menyebut namanya. Dia, seseorang yang merebutmu dariku. Hanya perlu dua puluh menit untuknya (mantan kekasihmu, cinta pertamamu) meyakinkanmu bahwa dialah yang terbaik untukmu.

Aku tersenyum tegar, dihadapanmu. Menahan air mata yang siap berjatuhan. Setelah kau pergi, aku menerobos hujan sore itu. Berlari tanpa arah sembari menangis. Untungnya, hujan berbaik hati menyamarkan tangisku, sedihku. Hujan turun semakin deras seolah ingin menemaniku, turut merasakan sedihku ... karenamu. Kau dan hujan memang berbeda.


kau dan hujan memang berbeda

19 Oct 2016
Ikut Nostalgia Jawilin Blogger

Ikut Nostalgia Jawilin Blogger

ikut nostalgia jawilin blogger

Meskipun kuota internet sudah sangat menipis, aku biasanya masih iseng buka facebook. Sekedar melihat notifikasi dan siapa tahu ada yang kirim pesan. Eh bulan lalu ... pagi-pagi ada notif teh Efi nge-tag sesuatu. Ternyata di Jawil. Hah Jawil? Apaan Jawil? Akhirnya main ke blogpostnya teh Efi tapi tetep belum ngerti jawil itu apa. Apalagi judulnya ada kata nostalgia dan ajang silaturahmi. Tanya mbah gugel deh akhirnya tentang pengertian jawil.

Di jawil teh Efi mah ya seneng aja. Hihihi. Sebelum menjawab tantangan Teh Efi, aku mau nurutan teh Efi ah bikin pembukaan. Ehm, Teh Efi ini blogger yang suka warna merah, kalau teh Efi pake baju sama kerudung merah auranya keluar pisan #inipendapat. Pertama kenal teh Efi via pesan facebook pas daftar di Kumpulan Emak-emak Blogger(KEB) akhir tahun lalu. Baru ketemu langsung pas pertama ikutan event Yoga In The Air-nya Kiranti bersama delapan anggota KEB Bandung lainnya, Awal Juni lalu. Di situ jadi kenal juga sama tujuh orang teteh geulis lainnya. Pemilik blog catatan-efi.com dan akunbuku.com

Teh Efi - sumber : facebook teh Efi :D
Teh Efi juga yang memasukkanku ke grup Blogger Bandung. Seneng? Pasti atuh, jadi makin banyak dapet ilmu blogging tapi dipraktekinnya mah belum hehehe #janganditimpuksendal #timpukcikiaja, bisa coba ikut daftar ke event-event Blogger juga. Intinya mah seneng bisa kenal teh Efi, beserta blogger-blogger kece lainnya.

Dan inilah jawaban untuk tantangan dari blogpost teh Efi. Karena aku mah tukang curhat, jawabannya udah bisa ditebak kan? Pasti curhat hehehe.

1. Guru SD yang pertama kali teringat dan kenangan asik bersama beliau.

Ibu Aah, guru paling senior saat aku masuk SD. Bu Aah mengajar di kelas tiga. Aku kelas tiga SD sekitar tahun 2001-an. Bu Aah adalah guru yang paling sabar, baik, dan nggak pernah marah. Nah terkadang kalau memberikan soal-soal untuk dikerjakan, ibunya suka nundutan di kelas. Otomatis kalau mau nyontek nggak ketahuan. Selain itu aku paling suka kalau bu Aah sedang menulis di papan tulis. Huruf tegak bersambungnya rapi, indah.

2. Teman SMP yang pertama kali teringat dan apa cerita asik dengannya?

Asta - sumber : facebook asta

Asta. Teman sebangku pas kelas delapan. Yang tanggal lahirnya sama persis, beda jam aja. Dulu anaknya jago bikin gerakan dance. Pas pertama kali punya hape yang ada kartu memorinya, Asta jadi penyumbang mp3-mp3 terbaru via bluetooh meskipun kita udah nggak sekelas pas kelas sembilan. Cerita paling asyik sama Asta itu waktu kita surat-suratan eh curhat tapi via surat. Suratnya kebetulan masih ada. Utuh. Tapi terakhr ketemu pas kelas 1 SMK, itupun aku yang ke sekolahnya SMA nya Asta :D Tapi masih sesekali komunikasi sih kalau via media sosial.

3. Kuliner yang pertama kali teringat, di mana lokasinya dan apa istimewanya?

Baso Aci Mang Oleh. Lokasinya di depan gerbang SMK YPPT GARUT. Kadang di seberang gerbang utama kadang di seberang gerbang kedua deket pos satpam. Nggak tahu sih sekarang masih ada apa nggak ya? Istimewa karena harganya murah, dulu Rp.2500,- dapet semangkok baso aci yang ukurannya segede-gede bola pingpong. Mana sambelnya lada pisan. Kenyang, enak dan puas.

4. Kapan terakhir kali baca koran edisi cetak? Apa namanya dan di mana bacanya?

Waah ini mah udah lumayan lama, sekitar awal tahunan. Koran Buser bekas yang dibawa mama dari sekolah. Bacanya di rumah.

5.Jika sempat meletakkan gadget lalu melihat sekeliling di tempat umum. Apakah kamu melihat keberagaman (manusia) yang ada? Apapun jawabannya yang ada dibenak saya adalah ...

Sempat, misalnya di dalam angkutan umum (kereta lokal). Ada bapak-bapak/ibu-ibu paruh baya yang tertidur. Ada gerombolan anak SMA yang asyik ngobrol sambil ketawa-ketiwi. Ada anak-anak batita dan balita yang mondar-mandir sambil ketawa lepas kemudian diikuti ibunya. Ada ibu-ibu yang baru ketemu tapi bisa ngobrol seru. Anak-anaknya yang masih kecil juga bisa akrab sambil fokus liat pemandangan di luar jendela. Ada yang sibuk main gadget. Ada yang baca buku. Ada yang ngemil. Ada mas-mas modus yang rela menggeser tempat duduknya supaya mba-mba yang berdiri di depannya bisa duduk kemudian mendapat kesempatan untuk ngobrol. Ada juga yang serasa di rumah,kakinya naik kursi.

6.Angkutan umum yang terakhir kali dinaiki? Asik ga perjalanannya?

16 Oktober 2016, Bus Mios jurusan Bandung - Garut. Kurang asik sih perjalanannya karena dapat tempat duduk yang di tengah-tengah, terus duduknya di kursi yang ngga deket jendela jadi ngga bisa melihat pemandangan sebelum magrib. Selain itu kejebak macet hampir satu jam di kadungora. Jadi telat sampai Nagreg dan udah ngga ada mang ojek dipangkalannya. Jadi nunggu di jemput. Tapi karena perjalanan yang kurang asik dari Garut menuju Nagreg, aku jadi kebagian pemandangan asik sambil nunggu mang ojek yang jemput. Iya malem itu ngga hujan. Bisa liat bintang dan juga bulan yang bulet sempurna.

7. Apakah pagi ini sempat melihat matahari terbit? Kenapa?

Ga sempat. Karena masih nganggur di rumah otomatis jarang keluar rumah. Biasanya habis sholat subuh langsung balik lagi ke kamar. Lanjutin ritual ngalamun hehehe

Nah itulah jawaban dengan pertanyaan yang sama. Aku mau jawilin blogger lain juga ah yang dikenal eh aku yang pura-pura kenal, muehehe. Thanks to teh Efi yang bikin aku nostalgiaan.
1 Jun 2015
Akrab Bersama Si Kulit Bundar

Akrab Bersama Si Kulit Bundar

Oleh : Ge Maulani

Cerpen ini tergabung dalam antologi My Story Of Football pada event yang diselenggarakan oleh AE Publishing pada tahun 2014 lalu.




Bentuknya bulat dan berisi. Dia bisa menggelinding ke sana kemari jika di tendang oleh kaki manusia. Dia juga bisa melambung tinggi di angkasa. Kemudian kembali ke bumi dan masuk ke dalam tiang gawang … yang berarti tambahan satu angka untuk lawan bermain. Lagi-lagi si kulit bundar ini mencuri perhatian kami sekeluarga. Membuat kami berkumpul di ruang keluarga hanya untuk menontonnya. Menonton kesebelasan andalan kami berlaga, Persib Bandung. Klub sepak bola lokal yang di juluki si Maung Bandung ini selalu kami nantikan penampilannya. Berharap dia akan menang saat melawan Arema Malang.

“Ayo Firman, terus serang!” teriak kakakku.

“Ayo Sib, Ayo … masa kalah sama Arema!” Bapak tak mau kalah.

“Atep menggiring bola, terus menuju kotak penalti dan …”

“Sayang sekali sodara-sodara, membentur tiang gawang dari Arema” lanjut komentator bola.

Kami semua memegang kepala dengan kedua tangan masing-masing tanda kecewa dengan serangan yang gagal di eksekusi oleh Atep. Kami harus puas dengan skor satu kosong di babak pertama, unggul satu poin untuk Persib. Sambil menunggu jeda iklan dan penampilan Persib di babak kedua, Ibu dengan sigap menyiapkan camilan tambahan untuk kami semua.

Kick off babak kedua pertandingan antara Persib melawan Arema Malang akan segera dimulai. Kami sudah bersiap kembali di depan televisi berukuran 21 inchi itu. Dengan semangat 45 kami menunggu wasit meniupkan peliutnya. Selang lima belas menit kemudian kami harus menelan kekecewaan dengan skor dua satu.

“Ah, payah … pasti deh suka kayak gini. Di awal udah menang. Di babak kedua malah sama!” Aku menggerutu.

“Yee … emangnya maen bola gampang apa!” balas kakak sembari melemparkan bantal kursi ke arahku.

“Ya tinggal tendang aja kali kak, susah amat! Kayak kita waktu kecil kan sering main bola berdua!” protesku, tak mau kalah.

“Itu kan cuma main-main aja dek, ini kan beda lagi. Ini pertandingan dan di lapangan yang luas banget! Perlu teknik dan strategi untuk menyerang lawan.”

Sejak dulu aku memang suka menonton sepak bola, sama seperti keluargaku yang lainnya. Dari mulai nonton Persib, Timnas U-19, MU, Chelsea, dan Piala Dunia. Saat itu aku mengidolakan Eka Ramdani, Zaenal Arif, Christiano Ronaldo, Irfan Bachdim, Kenji, Sergio, dan Evan Dimas. Bahagia rasanya saat melihat mereka menggiring si kulit bundar itu di tengah lapangan.

Kami kembali fokus pada pertandingan di layar kaca itu. Dengan mata berbinar, menantikan si Maung Bandung mencetak gol berikutnya. Tiba-tiba saja wasit mengeluarkan kartu kuning untuk salah satu pemain Persib. Kami saling menatap. 

“Salahnya di mana coba? Kok tiba-tiba kartu kuning!”

“Iya ih kok kartu kuning!” aku tak kalah herannya dengan kakakku.

“Itu kali gara-gara ngejatuhin lawan” sambung mama.

Akhirnya kami kembali menelan kekecewaan atas tendangan penalti yang berhasil menembus dinding pertahanan Persib dan penjaga gawangnya. Kedudukan menjadi dua sama hingga akhir pertandingan.

Namun, yang terbaik dari menonton si kulit bundar dan tim sepak bola kesayangan kami itu adalah kebersamaan kami. Jika ada pertandingan bola, semua anggota keluarga pasti berkumpul dan akrab di depan televisi. Berbeda dengan hari-hari biasanya yang sibuk dengan kesibukkan masing-masing. Pertandingan sepak bola membuat kami memahami satu sama lain. Obrolan kami dapat di mengerti oleh semua orang. Berbeda ketika aku menceritakan bahasa pemrograman, bapak menceritakan komponen elektronik, mama mengajar murid-muridnya dan kakak menceritakan pembuatan kendaraan roda empat di tempat kerjanya.